KONSEP DASAR ASUHAN NEONATUS, BAYI, BALITA, DAN ANAK PRA SEKOLAH
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembuatan
makalah ini didasarkan pada banyaknya kekeliruan pada penanganan bayi terhadap
infeksi dan imunisasi Pada daerah risiko
tinggi infeksi TBC, Imunisasi BCG harus segera di berikan pada bayi segera
setelah bayi lahir, pemberian dosis pertama tetesan polio dianjurkan pada umur
2 minggu. Rawat gabungan merupakan perawatan bayi dan ibu dalam suatu unit.
Dalam pelaksanaanya, bayi harus selalu berada di samping ibu sejak segera setelah
dilahirkan sampai pulang di bantu secara emosional, pengguanaan air susu ibu
(ASI), pencagahan infeksi, pendidikan kesehatan. Manfaat rawat gabungan Setelah
menunggu selama 9 bulan dan setelah lelah dalam proses persalinan si ibu akan
sangat senang bahagia bila dekat dengan bayi sangat penting untuk saling
mengenal terutama pada hari-hari pertama setelah persalinan. Bayi akan
memperoleh kehangatan tubuh ibu, suara ibu, kelembutan dan kasih sayang ibu.
Dengan rawat gabung, bayi dapat disusui dengan frekuensi yang lebih sering dan
menimbulkan reflek prolaktin yang memacu prose produksi ASI dan reflek
oksitosin yang membantu pengeluaran ASI mempercepatinvolusi rahim. pemberian
ASI dapat dilakukan sedini mungkin sehingga anggaran penggeluaran untuk membeli
susu formula dan peralatan untuk membuatnya dapat dihemat. Ruang bayi tidak
perlu ada dan ruang dapat digunakan untuk hal yang lain. Lama rawat juga bisa
dikurangi sehingga pergantian pasien bisa lebih cepat.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara yang benar untuk pencegahan infeksi terhadap neonatus,
bayi, balita, dan prasekolah ?
2. Mengapa pencegahan infeksi terhadap neonatus, bayi, balita, dan anak
prasekolah perlu dilakukan ?
3. Mengapa rawat gabung perlu dilakukan ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui cara yang baik dan benar untuk mencegah infeksi pada
neonatus, bayi, balita, dan anak prasekolah.
2. Untuk mengetahui pencegahan infeksi terhadap neonatusaaaaaa, bayia,
balita dan anak prasekolah.
3. Untuk mengetahui pentingnya rawat gabungan, dan cara penatalaksanaan
dalam melakukan rawat gabung
1.4 Batasan Masalah
Dalam makalah yang kami buat ini kami membatasi
pembahasan makalah ini hanya tentang pencegahan infeksi dan rawat gabung dalam
asuhan neonatus, bayi, balita, dan anak prasekolah.
1.5 Metode Penulisan
Dalam pembuatan makalah ini kami menggunakan browsing
data dari internet. dan metode pustaka dari buku- buku yang relevan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Konsep Dasar Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak
Pra Sekolah
2.1 Pencegahan Infeksi
Pencegahan Infeksi
merupakan penatalaksanaan awal yang harus dilakukan pada bayi baru lahir karena
bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi. Pada saat penanganan bayi baru
lahir, pastikan penolong untuk melakukan tindakan pencegahan infeksi.
2.1.1 Tindakan-Tindakan Pencegahan Infeksi
Tindakan-tindakan
pencegahan infeksi bayi baru lahir sebagai berikut
1. Mencuci tangan secara seksama sebelum dan sesudah
melakukan kontak dengan bayi
2. Memakai sarung tangan bersih saat melayani bayi
yang belum dimandikan
3. Memastikan semua peralatan telah disterilkan
4. Memastikan semua perlenkapan bayi dalam keadaan
bersih,
5. Memastikan semua alat-alat yang bersentuhan dengan
bayi dalam keadaan bersih,
6. Menganjurkan ibu menjaga kebersihan diri, terutama
payudara,
7. Membersihkan muka, pantat,dan tali pusat bayi
dengan air bersih hangat dan sabun setiap hari,
8. Menjaga bayi dari orang-orang yang menderita
infeksi. (1)
2.1.2 Prinsip Dasar
Pencegahan Infeksi
Prinsip dasar dalam
pencegahan infeksi adalah sebagai berikut.
·
Setiap orang (pasien dan petugas
pelayanan kesehatan) harus dianggap berpotensi menularkan infeksi.
·
Cuci tangan adalah prosedur yang paling praktis
dalam mencegah kontaminasi silang.
·
Pakailah sarung tangan sebelum menyentuh
setiap kulit yang luka, selaput lendir (mukosa), darah, dan cairan tubuh
lainnya (sekret atau ekskret).
·
Gunakanlah pelindung (barier) seperti kacamata
(goggles), masker, celemek(apron) pada setiap kali melakukan kegiatan pelayanan
yang diantisipasi dapat terkena percikan atau terkena darah dan cairan tubuh
pasien.
·
Selalu melakukan tindakan/prosedur
menurut langkah yang aman, seperti tidak memebengkokan jarum dengan tangan,
memegang alat medik dan memprosesnya dengan benar, membuang dan memproses
sampah medik dengan benar.
1. Cuci Tangan
·
Seluruh permukaan kedua tangan dicuci
dengan sabun selama 15-30 detik dan dicuci dengan air mengalir.
·
Cuci Tangan :
-
sebelum dan sesudah melakukan pemeiksaan atau setelah setiap kontak langsung.
- setelah
menyentuh darah atau cairan tubuh pasien walaupun telah memakai sarung
tangan
- setelah
melepaskan sarung tangan, karena ada kemungkinan kebocoran disarung tangan
· Selalu mencuci tangan sebelum melakukan tindakan bedah.
· Untuk membudidayakan kebiasaan cuci tangan,pengelola perlu berusahan
menyediakan sabun dan air bersih secara terus menerus, dapat dari keran atau
ember, serta penggunaan handuk sekali pakai. Untuk setiap petugas digunakan
satu handuk /lap bersih dan kering untuk mengeringkan tangan.
2. Sarung Tangan
· Pemakaian sarung tangan :
-
Apabila melakukan tindakan klinik
- Apabila
memegang alat medik dan sarung tangan
-
Apabila membuang sampah medik (kapas, kasa dan lain-lain).
·
Untuk setiap pasien harus digunakan
sarung tangan yang berbeda guna mencegah kontaminasi silang.
·
Apabila sarung tangan bekas pakai akan
digunakan lagi :
-
Didekontaminasi dengan merendam dalam
larutan klorin 0,5 % selama 10 menit, kemudian dicuci.
-
Selanjutnya sarung tangan disterilisasi
dengan otoklaf (alat sterilisasi) atai didisenfeksi tingkat tinggi dengan
menguapkan atau merebus.
· Baju
pelindung (gaun) yang bersih, tetapi tidak perlu steril, digunakan selama
melakukan semua prosedur persalinan:
-
Pada pemakaian baju bedah berlengan
panjang, tepi sarung tangan harus menutupi ujung lengan baju untuk menghindari
kontaminasi.
-
Pastikan bahwa tangan yang telah memakai
sarung tangan (yang telah didisinfeksi tingkat tinggi atau steril) diletakkan
lebih tinggi dari pinggang dan tidak bersentuhan dengan baju pelindung. (2)
2.1.3 Upaya Pencegahan Infeksi
Upaya lain untuk mencegah
infeksi sebagai berikut :
1. Pencegahan infeksi pada tali pusat,
Upaya dilakukan dengan
cara merawat tali pusat agar luka tersebut tetap bersih. Dilarang membubuhkan
atau mengoleskan ramuan, abu dapur, dan sebagainya pada luka tali pusat sebab
akan menyebabkan infeksi, tetanus, dan kematian. Tanda infeksi tali pusat yang
harus di waspadai antara lain : kulit disekitar tali pusat berwarna kemerahan,
ada pus/nanah dan berbau busuk.
2. Pencegahan infeksi pada kulit,
Beberapa cara yang
diketahui dapat mencegah terjadinya infeksi pada kulit bayi baru lahir adalah
meletakkan bayi di dada ibu, agar terjadi kontak kulit langsung antara ibu dan
bayi, sehingga menyebabkan terjadinya kolonisasi mikroorganisme ibu yang
cenderung bersifat patogen, serta adanya zat antibodi bayi yang sudah terbentuk
dan terkandung dalam ASI.
3. Pencegahan infeksi pada mata bayi baru lahir,
Cara mencegah infeksi
pada mata bayi baru lahir adalah dengan memberikan salep mata atau obat tetes
mata dalam waktu 1 jam setelah bayi lahir untuk mencegah oftalmia neonatorium,
biarkan obat pada mata bayi dan obat yang ada disekitarnya jangan dibersihkan,
keterlambatan memberikan salep mata pada bayi baru lahir merpakan seringnya
kegagalan upaya pencegahan infeksi pada mata.
4. Imunisasi
Pada daerah risiko
tinggi infeksi TBC , Imunisasi BCG harus segera di berikan pada bayi segera
setelah bayi lahir, pemberian dosis pertama tetesan polio dianjurkan pada umur
2 minggu, maksud pemberian imunisasi polio secara dini adalah untuk
meningkatkan perlindungan awal, imunisasi hepatitis B sudah merupakan program
nasional meskipun pemberiannya secara bertahap. (1)
2.2 Rawat Gabung
Rawat gabung ( rooming
– in ) ialah suatu sistem perawatan di mana bayi serta ibu dirawat dalam satu
unit.
Dalam pelaksanaanya,
bayi harus selalu berada di samping ibu sejak segera setelah dilahirkan sampai
pulang. Ini bukan suatu hal yang baru. Di lingkungan rumah sakit dan rumah
bersalin, sistem perawatan dalam satu ruangan ( rawat gabung ) difungsikan
kembali.
Istilah rawat gabung
parsial yang dulu banyak dianut, yaitu rawat gabung hanya dalam beberapa jam
seharinya, misalnya hanya siang hari saja sementara pada malam hari bayi
dirawat di kamar bayi, sekarang tidak dibenarkan dan tidak dipakai lagi. Rawat
gabung merupakan lanjutan dari early ambulation dimana memungkinan ibu
memelihara anaknya.
Untuk persalinan di
rumah sakit terdapat modifikasi dalam praktik bahwa pada saat kunjungan bayi
ditempatkan dalam suatu station bayi agar tidak ada kontaminasi dengan
pengunjung. Station bayi dibuat dengan dinding kaca agar pengunjung dapat
melihat bayi.
2.2.1 Tujuan Rawat Gabung
Ada beberapa tujuan dari rawat gabung
antara lain sebagai berikut :
1. Bantuan emosional
Setelah menunggu selama
9 bulan dan setelah lelah dalam proses persalinan si ibu akan sangat senang
bahagia bila dekat dengan bayi. Si ibu dapat membelai-belai si bayi, mendengar
tangis bayi, mencium-cium dan memperhatikan bayinya yang tidur disampingnya.
Hubungan kedua makhluk ini, sangat penting untuk saling mengenal terutama pada
hari-hari pertama setelah persalinan. Bayi akan memperoleh kehangatan tubuh
ibu, suara ibu, kelembutan dan kasih sayang ibu (bonding effect).
2. Penggunaan Air Susu IBu (ASI)
ASI adalah makanan bayi
yang terbaik. Produksi ASI akan lebih cepat dan lebih banyak bila dirangsang
sedini mungkin dengan cara menetekkan sejak bayi lahir hingga selama mungkin.
Pada hari – hari pertama, yang keluar adalah kolostrum yang jumlahnya sedikit.
Tidak perlu khawatir bahwa bayi akan kurang minum, karena bayi harus kehilangan
cairan pada hari – hari pertama dan absorpsi usus juga sangat terbatas.
3. Pencegahan infeksi
Pada tempat perawatan
bayi di mana banyak bayi disatukan, infeksi silang sulit dihindari. Dengan
rawat gabung, lebih mudah mencegah infeksi silang. Bayi yang melekat pada kulit
si ibu akan memperoleh transfer antibodi dari si ibu. Kolostrum yang mengandung
antibodi dalam jumlah tinggi, akan melapisi seluruh permukaan kulit dan saluran
pencernaan bayi, dan diserap oleh bayi sehingga bayi akan mempunyai kekebalan
yang tinggi. Kekebalan ini akan mencegah infeksi, terutama pada diare.
4. Pendidikan kesehatan
Kesempatan melaksanakan
rawat gabung dapat dimanfaatkan untuk memberikan pendidikan kesehatan kepada
ibu, terutama primipara. Bagaimana teknik menyusui, memandikan bayi,merawat
tali pusat, perawatan payudara dan nasihat makanan yang baik, merupakan bahan –
bahan yang diperlukan si ibu. Keinginan ibu untuk bangun dari tempat tidur,
menggendong bayi dan merawat sendiri akan mempercepat mobilisasi, sehingga si
ibu akan lebih cepat pulih dari persalinan.
2.2.2 Manfaat Rawat Gabung
Manfaat dan keuntungan rawat gabung
ditinjau dari berbagai aspek dan sesuai tujuanya adalah sebagai berikut :
1. Aspek Psikologis
Dengan rawat
gabung, antara ibu dan bayi akan terjalin proses lekat ( bonding ). Rasa aman,
kasih sayang, dan percaya pada orang lain (basic trust ) merupakan dasar
terbentuknya rasa percaya diri pada bayi. Hal ini sangat mempengaruhi
perkembangan psikologis bayi selanjutnya.
2. Aspek Fisiologis
Dengan rawat
gabung, bayi dapat disusui dengan frekuensi yang lebih sering dan menimbulkan
reflek prolaktin yang memacu prose produksi ASI dan reflek oksitosin yang
membantu pengeluaran ASI mempercepatinvolusi rahim. Pemberian ASI ekslusif
dapat juga dipergunakan sebagai metode Keluarga Berencana, asal memenuhi syarat
yaitu usia bayi belum berusia 6 bulan, ibu belum haid lagi, dan bayi masih
diberikan ASI secara eksklusif.
3. Aspek Fisik
Dengan rawat
gabung, ibu dengan mudah menyusui kapan saja bayi menginginkannya. Dengan
demikian, ASI cepat keluar karena dapat rangsangan dari isapan bayi.
4. Aspek Ekonomi
Dengan rawat
gabung, pemberian ASI dapat dilakukan sedini mungkin sehingga anggaran
penggeluaran untuk membeli susu formula dan peralatan untuk membuatnya dapat
dihemat. Ruang bayi tidak perlu ada dan ruang dapat digunakan untuk hal yang
lain. Lama rawat juga bisa dikurangi sehingga pergantian pasien bisa lebih
cepat.
5. Aspek Edukatif
Dengan rawat
gabung ibu, terutama yang primipara, akan mempunyai pengalaman menyusui dan
merawat bayinya. Ibu juga segera dapat mengenali perubahan fisik atau perilaku
bayi dan menanyakan pada petugas hal-hal yang di anggap tidak wajar. Sarana ini dapat juga dipakai sebagai sarana
pendidikan bagi keluarga.
6. Aspek Medis
Dengan rawat
gabung, ibu merawat bayinya sendiri. Bayi juga tidak terpapar dengan banyak
petugas sehingga infeksi nosokomial dapat dicegah. Di samping itu, kolostrum yang
banyak mengandung berbagai zat protektif akan cepat keluar dan memberikan daya
tahan bagi bayi
2.2.3 Pelaksanaan Rawat Gabung
Sebagai pedoman penatalaksanaan rawat
gabung telah disusun tata kerja sebagai berikut :
1. Di Poliklinik Kebidanan
a. Memberikan
penyuluhan mengenai kebaikan ASI dan rawat gabung.
b. Memberikan
penyuluhan mengenai perawatan payudara, makanan ibu hamil, nifas, perawatan
bayi, dan lain – lain.
c.
Mendemonstrasikan pemutaran film, slide mengenai cara – cara merawat payudara,
memandikan bayi, merawat tali pusat, Keluarga Berencana, dan sebagainya.
d. Mengadakan
ceramah, tanya jawab dan motivasi Keluarga Berencana.
e.
Menyelenggarakan senam hamil dan nifas.
f. Membantu ibu
– ibu yang mempunyai masalah – masalah dalam hal kesehatan ibu dan anak sesuai
dengan kemampuan.
g. Membuat
laporan bulanan mengenai jumlah pengunjung, aktivitas, hambatan dan lain –
lain.
2. Di Kamar Bersalin
a. Bayi yang
memenuhi syarat perawatan bergabug dilakukan perawatan bayi baru lahir seperti
biasa.
b. Kriteria yang
diambil sebagai syarat untuk dirawat bersama ibunya adalah:
1. Nilai APGAR lebih dari 7.
2. Berat badan lebih dari 2500 gr, kurang dari 4000
gr.
3. Kehamilan lebih dari 36 minggu, kurang dari
42 minggu.
4. Lahir spontan, presentasi kepala.
5. Tanpa infeksi intrapartum .
6. Ibu sehat.
c. Dalam jam pertama setelah lahir, bayi segera disusukan kepada ibunya
untuk meragsang pengeluaran ASI.
d. Memberikan penyuluhan mengenai ASI dan perawatan bergabung terutama bagi
yang belum mendapat penyuluhan di poliklinik.
e. Mengisi status P3-ASI secara lengkap dan benar.
f. Catat pada lembaran pengawasan, jam berapa bayi baru lahir dan jam
berapa bayi disusukan kepada ibunya.
g. Persiapan agar bayi dan ibunya dapat bersama – sama ke ruangan.
3. Di Ruangan Perawatan.
a. Bayi
diletakkan di dalam tempat tidur bayi yang ditempatkan di samping tempat tidur
ibu.
b. Waktu
berkunjung bayi dan tempat tidurnya dipindahkan ke ruangan lain.
c. Perawat harus
memperhatikan keadaan umum bayi dan dapat dikenali keadaan – keadaan yang tidak
normal serta kemudian melaporkan kepada dokter jaga.
d. Bayi boleh
menyusu sewaktu bayi menginginkan.
e. Bayi tidak boleh diberi susu dari botol.
f. Bila ASI masih kurang, boleh ditambahkan air putih atau susu foemula
dengan sendok.
g. Ibu harus dibantu untuk dapat menyusui bayinya dengan baik, juga untuk
merawat payudaranya.
h. Keadaan bayi sehari – hari dicatat dalam status P3 – ASI.
i. Bila bayi sakit atau perlu diobservasi lebih teliti, bayi dipindahkan ke
ruang perawatan bayi baru lahir.
j. Bila ibu dan bayi boleh pulang, sekali lagi diberi penerangan tentang
cara – cara merawat bayi dan pemberian ASI serta perawatan payudara dan makanan
ibu menyusui.
k. Kepada ibu diberikan leaflet mengenai hal tersebut dan dipesan
untuk memeriksakan bayinya 2 minggu kemudian.
l. Status P3 – ASI setelah dilengkapi, dikembalikan ke ruangan follow – up.
4. Di Ruang FOLLOW - UP
a. Pemeriksaan
di ruang follow – up meliputi pemeriksaan bayi dan keadaan ASI.
b. Aktivitas di
ruang follow – up meliputi :
1. Menimbang berat bayi.
2. Anamnesis makanan bayi dan keluhan yang
timbul.
3. Mengecek keadaan ASI.
4. Memberi nasihat mengeni makanan bayi, cara
menyusukan bayi dan makanan ibu yang menyusukan.
5. Memberikan peraturan makanan bayi.
6. Pemeriksaan bayi oleh dokter anak.
7. Pemberian imunisasi menurut instruksi
dokter.
2.2.4 Syarat-Syarat Rawat Gabung
Pada prinsipnya syarat
rawat gabung adalah dimana ibu mampu menyusui dan bayi mampu untuk menyusu.
Kemampuan ibu untuk menyusui dimulai dengan keinginan atau kesediaan yang
berupa motivasi ibu sendiri untuk menyusui. Di sinilah pentingnya motivasi
diberikan sejak awal kehamilan. Keadaan ibu yang sehat selalu memungkinkan ibu
untuk menyusui.
Dari pihak si bayi
kemampuan menyusui dinilai dari fungsi kardiorespiratorik, reflek
menghisap dan fungsi neurologik yang baik. Penolong persalinan harus cukup
terlatih untuk menilai apakah ibu dan bayi mampu menyusui segera setalah proses
persalinan. Apabila ibu dan bayi baik, secepat bayi diberikan kepada ibu dan
mulai menyusui. Apabila diperlukan observasi hal ini tentu dapat dilakukan dan
setelah ibu dan bayi sudah mejadi lebih baik keadaan umumnya harus segera
digabung dan mulai menyusui.
2.2.5 Kontra Indikasi Rawat Gabung
1. Pihak Ibu
a. Fungsi
kardiorspiratorik yang tidak baik.
Pasien penyakit jantung kelas II
dianjurkan untuk sementara tidak menyusui sampai keadaan jantung cukup baik.
Bagi pasien jantung klasifikasi III tidak dibenarkan menyusui. Penilaian akan
hal ini harus dilakukan dengan hati-hati.
b. Eklamsi dan Preeklamsi berat.
Keadaan ibu biasanya tidak baik
dan pengaruh obat-obatan untuk mengatasi penyakit biasanya menyebabkan
kesadaran menurun sehingga sementara ibu belum sadar betul. Tidak diperbolehkan
ASI dipompa dan diberikan pada bayi.
c. Penyakit infeksi akut dan aktif.
Bahaya penularan pada bayi yang
dikhawatirkan. Tuberkolosis paru yang aktif dan terbuka merupakan kontra
indikasi mutlak . Pada sepsis keadaan ibu biasanya buruk dan tidak akan mampu
menyusui. Banyak perdebatan mengenai penyakit infeksi apakah dibenarkan
menyusui atau tidak
d. Karsinoma payudara.
Pasien dengan karsinoma payudara
harus dicegah jangan sampai ASInya keluar karena mempersulit penilaian
penyakitnya. Apabila menyusui ditakutkan adanya sel-sel karsinoma yang terminum
si bayi.
e. Psikosis.
Tidak dapat dikontrol keadaan jiwa
si ibu bila mendeerita psikosis. Meskipun pada dasarnya ibu sayang pada
bayinya, tetapi selalu ada kemungkinan penderita psikosis membuat cedera pada
bayi.
2. Pihak Bayi
a. Bayi kejang.
Kejang-kejang pada bayi akibat
cedera persalinan atau infeksi tidak memungkinkan untuk menyusui. Ada bahaya
aspirasi, bila kejang timbul saat bayi menyusui. Keadaan bayi yang menurun juga
tidak memungkinkan bayi untuk menyusui.
b. Bayi yang sakit berat bayi dengan penyakit
jantung atau paru-paru atau peyakit lain yang memerlukan perawatan intensif
tentu tidak meyusu dan dirawat gabung.
c. Bayi yang memerlukan observasi atau terapi
khusus.
Selama observasi rawat gabung
tidak dapat dilaksanakan. Setelah keadaan membaik tentu dapat dirawat gabung.
Ini yang disebut rawat gabung tidak langsung.
d. Very Low Brith Weight (Berat Badan Lahir Sangat
Rendah).
Refleks menghisap dan refleks lain pada
BBLSR belum baik sehingga tidak mungkin menyusu dan di rawat gabung.
e. Cacat bawaan.
Diperlukan persiapan mental ibu untuk
menerima keadaan bayinya yang cacat. Cacat bawaan yang mengancam jiwa si bayi
merupakan kontra indikasi mutlak. Cacat ringan seperti labiaskizis,
palatoskizis bahkan labiognatopalatoskizis masih memungkinkan utuk meyusui.
f. Kelainan metabolik di mana bayi tidak dapat
menerima ASI.
2.2.6 Kesulitan Rawat Gabung
1. Kasus tidak terdaftar belum memperoleh penyuluhan
sehingga masih takut menerima rawat gabung.
2. Kekurangan tenaga pelaksana untuk penyuluhan dan
pendidikan kesehatan untuk mencapai tujuan yang maksimal.
3. Secara terpaksa masih digunakan susu formula untuk
keadaan-keadaan dimana ASI sangat sedikit, yaitu ibu yang mengalami tindakan
operatif dan belum pulih kesadarannya. (3)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pencegahan
infeksi pada asuhan neonatal, bayi, balita, dan anak prasekolah untuk
meminimalkan risiko penyebaran penyakit yang berbahaya seperti hepatitis B dll.
Rawat gabung ialah suatu sistem perawatan di mana bayi serta ibu dirawat dalam
satu unit. Bayi harus selalu berada di samping ibu sejak segera setelah
dilahirkan sampai pulang. Di lingkungan rumah sakit dan rumah bersalin, sistem
perawatan dalam satu ruangan ( rawat gabung ) difungsikan kembali.
3.2
Saran
Mungkin hanya ini yang bisa penulis sampaikan dalam makalah yang singkat
ini, pasti dalam penyampaian dan penulisan makalah ini banyak sekali
kesalahan-kesalahan, semua itu tidak lain karena keterbatasan penulis, untuk
itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran serta mohon ralat yang
bersifat membangun demi bertambahnya pengetahuan bagi penulis sendiri dan
umumnya kepada kita semua.
DAFTAR
PUSTAKA
1. kesehatan.kompasiana.com/.../konsep-asuhan-neonatus-bayi-dan-anak-b.
2. Asuhan Bayi Baru Lahir. Jakarta:
Pusdiknakes-WHO-JHPIEGO, 2001
3. suratbidanku.blogspot.com/2009/12/rawat-gabung-rooming-in.html