MAKALAH TENTANG PENTINGNYA PENIMBANGAN BERAT BADAN BAYI/BALITA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Dalam rangka
menuju masyarakat yang adil dan makmur maka pembangunan dilakukan disegala
bidang. Pembangunan dibidang kesehatan yang merupakan bagian interaksi dari
pembangunan nasional yang secara keseluruhannya perlu digalakkan pula. Hal ini
telah digariskan dalam sistem kesehatan nasional antara lain disebutkan bahwa
sebagai tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan hidup sehat
bagi setiap penduduk atau individu agar dapat mewujudkan derajat kesehatan
masyarakat yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan
pembangunan nasional, khususnya di dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan.
Untuk mencapai keberhasilan tersebut erat kaitannya dengan pembinaan dan
pengembangan SDM (Sumber Daya Manusia) sebagai modal dasar pembangunan
nasional.
Dalam beberapa
tahun terakhir AKB (Angka Kematian Ibu) telah banyak mengalami penurunan yang
cukup menggembirakan meskipun tahun 2001 meningkat kembali sebagai dampak dari
berbagai krisis yang melanda Indonesia. Pada tahun1971, Angka Kematian Bayi
(AKB) diperkirakan sebesar 152/1000 kelahiran hidup, kemudian turun menjadi 117
pada tahun 1980, dan turun lagi menjadi 44/1000 kelahiran hidup pada tahun
2000.
Meskipun sudah
banyak kemajuan yang telah dicapai bangsa Indonesia yang antara lain ditandai
dengan berhasil diturunkan Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi 226/100.000
kelahiran hidup dan AKB (Angka Kematian Bayi) menjadi 26/1000 kelahiran hidup
(Depkes, 2005).
Dalam upaya untuk
menurunkan angka kematian bayi anak balita, angka kelahiran agar terwujud
keluarga kecil bahagia dan sejahtera, pelaksanaannya tidak saja melalui
program-program kesehatan, melainkan hubungan erat dengan program KB (Keluarga
Berencana). Upaya menggerakkan masyarakat dalam keterpaduan ini digunakan
pendekatan melalui pembangunan kesehatan masyarakat desa, yang pelaksanaannya
secara operasional.
Pada tahun 2007
cakupan penimbangan balita yaitu yang ditimbang dibagi jumlah sasaran (D/S)
mencapai 81,99%, untuk cakupan balita yang mengalami kenaikkan berat badan
dibagi jumlah sasaran (N/D) yaitu pada balita mencapai 97,56%. Menargetkan
cakupan penimbangan balita diposyandu mencapai 90%. Cakupan penimbangan balita
yang ditimbang dibagi jumlah sasaran (D/S) mencapai 76%. Untuk cakupan balita
yang mengalami kenaikan berat badan dibagi jumlah sasaran (N/d) yaitu pada
balita mencapai 86%. Menargetkan penimbangan balita mencapai 100%.
Di desa Siraman
terdapat 4 posyandu yang tersebar di 4 lingkungan yaitu posyandu Nusa Indah,
Ngudi Bahagia dan Eko Purnomo. Jumlah bidan ada 1 orang dan jumlah kader 22
orang, disetiap posyandu terdapat 5 kader. Berdasarkan survey dilokasi
diperoleh data dari 3 tahun terakhir (2005-2007) yaitu pada tahun 2005:
cakupan penimbangan balita yang ditimbang dibagi jumlah sasaran D/S di Posyandu
Nusa Indah Mencapai 49%, Posyandu Ngudi Bahagia menccapai 57% Posyandu mencapai
29%, dan diposyandu Eko Purnomo mencapai 44% pada tahun 2006: cakupan
penimbangan balita yang ditimbang dibagi jumlah sasaran D/S di Posyandu Nusa
Indah mencapai 50%, Posyandu ngudi Bahagia mencapai 42% dan pada tahun 2007:
cakupan penimbangan balita yang ditimbang dibagi jumlah sasaran D/S di Posyandu
Nusa Indah mencapai 49%, posyandu Ngudi bahagia mencapai 51%, posyandumencapai
30%, dandi posyandu Eko Purnomo mencapai 39%. Dari data tersebut dapat
diketahui bahwa dari ke empat Posyandu tersebut cakupan penimbangan balita yang
paling rendah terdapat pada poyandu.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1. Penimbangan
2.1.1. Defenisi Penimbangan
Penimbangan
merupakan salah satu kegiatan utama program perbaikkan gizi yang menitik
beratkan pada pencegahan dan peningkatan keadaan gizi anak. Penimbangan
terhadap bayi dan balita yang merupakan upaya masyarakat memantau pertumbuhan
dan perkembangannya. Partisipasi masyarakat dalam penimbangan tersebut
digambarkan dalam perbandingan jumlah balita yang ditimbang (D) dengan jumlah
balita seluruhnya (S). Semakin tinggi partisipasi masyarakat dalam penimbangan,
maka semakin banyak pula data yang dapat menggambarkan status gizi balita.
Banyak
hal yang dapat mempengaruhi tingkat pencapaian partisipasi masyarakat dalam
penimbangan, antara lain tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan masyarakat
tentang kesehatan dan gizi, faktor ekonomi dan sosial budaya. Dari data yang
ada menggambarkan bahwa pedesaan dan perkotaan tidak memperlihatkan perbedaan
yang menyolok dalam partisipasi masyarakat tetapi yang sangat berpengaruh
adalah faktor ekonomi dan sosial budaya.
Antara
usia 0 dan 6 bulan berat bayi bertambah 682g/bulan. Berat badan lahir bayi
meningkat 2 kali ketika usia 5 bulan. Berat badan rata-rata bayi usia 6 bulan
adalah 7,3 kg. Antara usia 6 dan 12 bulan berat badan bayi bertambah
341g/bulan. Berat badan rata-rata bayi usia 12 bulan adalah 9,8 kg. (Pediatri,
2002).
2.1.2. Tujuan Penimbangan
Mengukur berat badan
bayi/balita saat lahir (setelah suhu tubuh bayi stabil, kecuali kalau bayi
memerlukan pengobatan) atau pada saat bayi masuk rumah sakit adalah untuk :
Ø Mengidentifikasikan dan mengantisipasi
masalah yang berhubungan dengan berat lahir rendah
Ø Memasukkan kegrafik berat badan atau Kartu
Menuju Sehat (KMS) guna memantau pertumbuhan
Ø Menghitung dosis dan jumlah cairan, bila diperlukan
Ø Menghitung dosis dan jumlah cairan, bila diperlukan
b.
Balita Yang
Naik Berat Badannya
Persentase Balita yang naik timbangannya dibandingkan dengan jumlah
Balita yang ditimbang dapat menggambarkan keberhasilan dalam memberikan
penyuluhan gizi kepada masyarakat di desanya, sehingga orang tua dapat
memberikan makanan yang cukup gizi kepada anaknya. Anak sehat bertambah umur
akan bertambah berat badannya dan persentase Balita yang naik timbangannya
dapat menggambarkan tingkat kesehatan balita di wilayah kerja. Beberapa hal
yang mungkin mempengaruhi tingkat pencapaian Balita yang naik timbangannya
antara lain pengetahuan keluarga tentang kebutuhan gizi Balita, penyuluhan gizi
masyarakat dan ketersediaan pangan di tingkat keluarga.
c.
Balita Bawah
Garis Merah (BGM)
BGM adalah merupakan hasil penimbangan dimana berat badan Balita
berada di bawah garis merah pada Kartu Menuju Sehat (KMS). Tidak semua BGM
dapat menggambarkan gizi buruk pada Balita, hal ini masih harus dilihat tinggi
badannya, jika tinggi badan sesuai umur maka keadaan ini merupakan titik
waspada bagi orang tua untuk tidak terlanjur menjadi lebih buruk lagi, namun
jika Balita ternyata pendek maka belum tentu anak tersebut berstatus gizi
buruk.Target yang harus dicapai secara nasional untuk BGM adalah 5% atau lebih
rendah. Jika dilihat
kaitan antara data partisipasi masyarakat dengan balita yang naik
timbangannya, maka dapat dilihat bahwa di kabupaten/kota dengan
pencapaian partisipasi masyarakat yang tinggi diikuti dengan tingginya tingkat
balita yang naik berat badannya. Dari data tahun 2007 didapat informasi bahwa
kabupaten dengan partisipasi masyarakat yang cukup tinggi sebagian besar
diikuti oleh tingginya balita yang naik timbangannya. Berbeda dengan
kaitan antara balita yang naik timbangannya dengan BGM, tidak selalu
peningkatan persentase Balita yang naik timbangannya diikuti oleh penurunan
persentase BGM, jadi dapat dikatakan bahwa tidak semua daerah yang berhasil
membuat Balitanya sehat namun belum tentu berhasil menurunkan kasus BGM.
2.2.3. Faktor-Faktor yang Merupakan Pengetahuan Ibu Terhadap Pentingnya
Penimbangan Berat Badan Bayi/Balita Secara Rutin.
a. Tingkat Pendidikan
Pendidikan
yang tinggi dipandang perlu bagi kaum wanita, karena tingkat pendidikan yang
tinggi maka mereka dengan mudah mendapatkan solusi tentang kesehatan mereka,
dibandingkan dengan seorang wanita yang pendidikannya sangat rendah. Pendidikan
adalah upaya atau pembelajaran kepada masyarakat atau melakukan tindakan
praktek untuk memelihara mengatasi masalah-masalah, dan meningkatkan
kesehatannya (Notoatmodjo, 2007)
Pada
pertengahan tahun 2007 masih banyak penduduk Indonesia yang masih buta huruf
dan sekolah dasar, sedangkan pada tahun 2006 penduduk usia lebih dari 10 tahun
yang berpendidikan kondisi ini menunjukkan tentang taraf pendidikan perempuan
belum setara dikarenakan terbentuk dari masyarakat. Tingkat pendidikan turut
pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang
mereka peroleh,pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang semakin baik
pula pengetahuannya. Sebagian besar ibu tingkat pendidikan tertinggi adalah
SLTA, yaitu sebesar 55,3%. Pendidikan yang baik belum tentu menjamin bahwa ibu balita
mengerti tentang penimbangan (Hary, 1996)
Segala
upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok,
atau masyarakat. Pendidikan juga merupakan suatu proses yang menumbuhkan sikap yang
lebih tanggap terhadap perubahan-perubahan atau ide-ide baru. Pendidikan ibu
juga akan mempengaruhi pengetahuan ibu terhadap pentingnya penimbangan dalam
pertumbuhan bayi/balita. (Notoatmodjo, 2007)
b.Umur
Umur adalah lamanya seseorang
hidup dihitung dari tahun lahirnya. Umur adalah variabel yang selalu
diperhatikan didalam penyelidikan-penyelidikan epidemiologi. Angka-angka
kesakitan maupun kematian didalam hampir semua keadaan menunjukkan hubungan
dengan umur (Notoatmodjo, 2005).
Berdasarkan umur perkembangan bayi yaitu :
1. 0-12 bulan
2. 1-3 tahun
3. 3-5 tahun
Jika pendidikan
yang diharapkan mempunyai kemampuan untuk mandiri dan meningkatkan taraf hidup
dan kesehatannya (Widyastuti, 2006). Sedangkan pendapat Abu Ahmadi mengatakan
bahwa bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan
pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur tertentu kemampuan untuk
menerima atau mengingat sesuatu pengetahuan akan berkurang (Ahmadi, 2001).
Lamannya hidup dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan. Jika dihubungkan
dengan pengetahuan ibu dengan bertambahnya umur ibu, maka akan semakin banyak
pengalaman yang diperoleh sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan pengetahuan
ibu. Dalam kaitannya dengan asupan gizi dalam pertumbuhan balita, maka dengan
semakin bertambahnya umur, akan semakin banyak pengalaman (Notoatmodjo, 2007).
c.
Pekerjaaan
Merupakan kegiatan
formal yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Dilihat dari segi pekerjaan,
mengemukakan bahwa pekerjaan/pendapatan keluarga akan menunjang perkembangan
anak karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik yang primer
maupun sekunder. Pekerjaan yang ditekuni seorang ibu memiliki hubungan
mendatangkan pengetahuan tentang suatu hal baru baik yang berhubungan dengan
pekerjaan itu sendiri maupun mengenai hal-hal yang lain. (Notoatmodjo, 2007)
Pendapatan keluarga
yang memadai akan menunjang tumbuh kembang anak, Karena orang tua dapat
menyediakan semua kebutuhan anak baik yang primer maupun yang sekunder
(Soetjininsih, 1998)
Pada keluarga
dengan keadaan sosial ekonomi yang kurang, jumlah anak yang banyak akan
mengakibatkan selain kurangnya kasih sayang dan perhatian anak, juga kebutuhan
primer seperti makanan, sandang dan perumahanpun tidak terpenuhi oleh karena itu
keluarga berencana tetap diperlukan. Hal tersebut mempengaruhi kurangnya asupan
makanan yang mengandung gizi tinggi untuk diberikan kepada balita sebesar
68,08% asupan makanan yang diberikan tergolong kurang.
d.
Paritas
Paritas mempunyai
hubungan yang erat dengan pengetahuan dan pengalaman seorang wanita dalam
menjalankan proses kehamilan, karena kehamilan merupakan proses alami dan
normal, seorang wanita akan mengalami sekali, duakali, bahkan berkali-kali
dalam kehidupannya, setiap ibu mempunyai pengalaman yang berbeda-beda. Pada
seorang wanita yang pernah melakukan penimbangan berat badan bayi/balita, maka
lebih baik dari pada ibu yang jarang melakukan penimbangan berat badan
bayi/balita (Arikunto, 2007).
Laju kelahiran yang
tinggi berkaitan dengan kejadian kurang gizi, karena jumlah pangan yang
tersedia untuk suatu keluarga yang besar mungkin cukup untuk keluarga yang
besarnya setengah dari keluarga tersebut. Akan tetapi tidak cukup untuk
mencegah gangguan gizi pada keluarga yang besar tersebut. Pada survey
didapatkan 1 keluarga yang memiliki 1 balita dan jarak usianya dengan anak
sebelumnya 10 tahun sebesar 95,7%. Dalam hal ini dapat diasumsikan bahwa jumlah
balita dan jarak usia dengan anak sebelumnya tidak berpengaruh terhadap
rendahnya angka keberhasilan penimbangan (Suhardjo, 2003).
e.
Sumber Informasi
Sumber informasi
mempengaruhi baik dari orang atau media informasi. Informasi dari orang yaitu
dari keluarga, teman. Adapun dari tenaga kesehatan yaitu mendapatkan penyuluhan
tentang gizi dari kader posyandu sebesar 68,1% . Hampir sebagian besar ibu
balita tingkat pengetahuan tentang posyandu baik yaitu 89,36%. Hal ini
menunjukkan ibu balita mengerti manfaat penimbangan berat badan pada
bayi/balita secara rutin (Notoatmodjo, 2005). Sedangkan Widyastuti mengatakan
bahwa dengan kemajuan teknologi maka semakin mudah para ibu hamil mendapat
informasi tentang kesehatan. Jika ibu hamil hanya mendapat informasi dari orang
tua itu sangat kurang karena pengetahuan selalu berkembang sehingga ibu hamil
sulit memahaminya (Widyastuti, 2006).
Sumber adalah semua bentuk
informasi yang dapat maningkatkan pengetahuan ibu. Sumber informasi kesehatan
biasanya berasal dari petugas kesehatan maupun media massa. Pada umumnya cara
yang dilakukan oleh petugas kesehatan adalah melakukan sosialisasi tentang
pemakaian produk-produk baru kesehatan. Sedangkan sumber informasi melalui
media cetak, sumber informasi kesehatan yang tepat mempunyai peranan yang besar
dalam meningkatkan pengetahuan individu atau seseorang untuk menerapkan informasi
yang ada dalam kehidupan sehari-hari (Notoatmodjo, 2007)
DAFTAR PUSTAKA
Gerald B, 2002. Handbook Of Pediatrics,
Widya Medik, Jakarta.
Muscari Dkk, 2005. Keperawatan Pediatrik,
EGC, Jakarta.
Betz, 2002. Buku Saku Keperawatan
Pediatrik, EGC, Jakarta.
Arikunto,
2007. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, PT Rineka Cipta,
Jakarta.
Notoatmodjo, 2007. Metodologi Penelitian
Kesehatan, PT Rineka Cipta, Jakarta.
Soetjiningsih, 1998. Penimbangan Berat
Badan, TIM, Jakarta
Widyastuti, 2006. Buku Panduan Perawatan
Bayi, EGC, Jakarta
Hurlock, 2005. Kesehatan Masyarakat, PT.
Rineka Cipta, Jakarta
BKKBN, 2005. Penimbangan Berat Badan
Pada Bayi/Balita
Diakses Oleh Elpida
Siregar, 19 Juni 2010, 15:30 Wib
Ahmadani, 2001. Buku Perawatan Pada Perkembangan
Anak-Anak, EGC, Jakarta
Nurasalam,
2001. Pendekatan Praktis Metodologi Keperawatan, CV Invomedika, Jakarta.