MAKALAH PENANGGULANGAN DIARE PADA BALITA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diare hingga kini masih merupakan penyebab utama
kesakitan dan kematian pada bayi dan anak-anak. Saat ini morbiditas
(angka kesakitan) diare di Indonesia mencapai 195 per 1000 penduduk dan angka
ini merupakan yang tertinggi di antara negara-negara di Asean. Diare juga masih
merupakan masalah kesehatan yang penting di Indonesia. Walaupun angka mortalitasnya
telah menurun tajam, tetapi angka morbiditas masih cukup tinggi.
Penanganan diare yang dilakukan secara baik selama ini membuat angka kematian
akibat diare dalam 20 tahun terakhir menurun tajam. Walaupun angka kematian sudah menurun tetapi angka
kesakitan masih cukup tinggi. Lama diare serta frekuensi diare pada penderita
akut belum dapat diturunkan (Info Sehat, 2009).
Diare adalah keadaan dimana seseorang buang air besar
lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak; konsistensi feses
encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau
lendir saja. Bila penderita diare banyak sekali kehilangan cairan tubuh maka
hal ini dapat menyebabkan kematian terutama pada bayi dan anak-anak usia di
bawah lima tahun (Ngastiyah, 2005).
Diare seringkali dianggap sebagai penyakit
sepele, padahal di tingkat global dan nasional fakta menunjukkan sebaliknya.
Menurut catatan WHO, diare membunuh dua juta anak di dunia setiap tahunnya
(Info Sehat, 2009). Saat ini morbiditas
(angka kesakitan) diare di Indonesia sekitar 200 - 400 diantara 1000 penduduk
setiap tahunnya. Dengan demikian di Indonesia dapat ditemukan penderita diare
sekitar 60 juta kejadian setiap tahunnya, sebagian besar (70 – 80%) dari
penderita ini adalah anak dibawah lima tahun (± 40 juta kejadian). Sebagian dari penderita ( 1- 2 % ) akan jatuh
ke dalam dehidrasi dan kalau tidak segera ditolong 50 – 60 % diantaranya
dapat meninggal. Hal inilah yang menyebabkan sejumlah 350.000 – 500.000 anak di
bawah lima tahun meninggal setiap tahunnya (Arjatma, 2003).
Dampak negatif penyakit diare pada bayi dan anak-anak
antara lain adalah menghambat proses tumbuh kembang anak yang pada akhirnya
dapat menurunkan kualitas hidup anak. Penyakit diare di masyarakat (Indonesia)
lebih dikenal dengan istilah "Muntaber". Penyakit ini
mempunyai konotasi yang mengerikan serta menimbulkan kecemasan dan kepanikan
warga masyarakat karena bila tidak segera diobati, dalam waktu singkat (± 48
jam) penderita akan meninggal (Info Sehat, 2009).
Sebagian besar angka kematian diare ini di
duga karena kurangnya pengetahauan masyarakat terutama ibu, mengenai upaya
pencegahan dan penanggulangan diare dehidrasi (Sadikin, 2000).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diare
Diare adalah suatu keadaan frekuensi buang air besar
lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensinya
tinja melembek, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah
ataupun lendir saja.
Tanda –
tanda anak mengalami diare :
- Buang air besar lebih dari 5 kali sehari, untuk keadaan yang lebih berat bisa terus menerus.
- Badan terasa lemah dan lesu.
- Tidak mempunyai selera makan.
- Terkadang disertai mual dan muntah.
- Demam terjadi jika ada infeksi bakteri atau virus dalam saluran pencernaaan.
- Badan terasa kering dan selalu haus untuk keadaan yang berat.
Diare terbagi 2 , yaitu ;
a.
Diare Akut
Diare yang terjadi secara mendadak dan
berlangsung kurang dari 3 -7 hari pada bayi dan anak.
b.
Diare kronik
Diare yang berlangsung
lebih dari 14 hari.
2.2 Etiologi
1.
Faktor-faktor infeksi
a.
Infeksi infeksi yaitu
infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada anak.
b.
Infeksi parental yaitu
infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan seperti ;
- (OMA) infeksi
pada telinga tengah terjadi pada anak di bawah umur balita.
- Tonsilorangitis /
pembengkakan pada tonsil
- Bronkopneumonia
(radang paru yang berasal dari cabang tenggorokkan yang mengalami infeksi dan
tersumbat oleh getah arang)
- Ensefalitis /
peradadngan pada otak .
2.
Malabsorbsi dan
karbohidrat (intoleransi laktosa,lemak dan protein)
3.
Faktor makanan
Makanan basi ,
beracun , alergi terhadap makanan .
4.
Faktor psikologis
Rasa takut dan cemas
2.3 Patofisiologis
Sebagai akibat
diare baik akut maupun kronik akan terjadi :
1.
Kehilangan air dan
elaktrolit ( terjadi dehidrasi ) yang mengakibatkan gangguan keseimbangan asam
basa (asdosis metabolic, hipokalemia )
2.
Gangguan gizi akibat
kelaparan (masukan kurang, pengeluaran bertambah)
3.
Hipoglikemia
4.
Gangguan sirkulasi
darah.
Tabel 2.1
Klasifikasi Diare Berdasarkan tanda-tandanya
No
|
Penilaian
|
A
|
B
|
C
|
A
|
Lihat keadaan umum
|
Baik,
sadar
|
Gelisah,
rewel
|
Lesu,
lunglai atau tidak sadar
|
Mata
|
Normal
|
Cekung
|
Sangat
cekung dan kering
|
|
Airmata
|
Ada
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
|
Mulut dan
Lidah
|
Basah
|
Kering
|
Sangat
kering
|
|
Rasa Haus
|
Minum
biasa tidak haus
|
Haus,
ingin minum banyak
|
Malasa
minum atau tidak bias minum
|
|
B
|
Hasil pemeriksaan
|
Tanpa
dehidrasi
|
Dehidrasi
ringan
|
Dehidrasi
berat
|
C
|
Terapi
|
Rencana
terapi A
|
B
|
C
|
Sumber :
Perawatan Anak Sakit
2.4 Penatalaksanaan
2.6.1
Rencana Pengobatan A
a) Mengatasi diare tanpa dehidrasi
b) Berikan pengobatan anak segera bila anak
terkena diare.
Cara
Pengobatan
a. Berikan anak lebih banyak
cairan dari pada biasanya.
1.
Gunakan cairan seperti
oralit,air tajin,aqua atau air matang
2.
Berikan larutan ini
sebanyak anak mau
3.
Teruskan pemberian larutan
ini hingga diare berhenti
b. Beri anak makanan untuk mencegah kurang ASI
1. Teruskan ASI.
2. Untuk
anak < 6 bulan dan belum mendapat makanan padat dan bisa diberikan susu LLM
yang di cairkan dengan air.
3. Bila anak > 6 bulan
atau telah mendapat makanan padat.
4. Gunakan cairan seperti
oralit,air taajin,aqua atau air matang.
a.
Berikan sari buah yang
segar (bahan yang bersifat asam) dan pisang barangan
b.
Berikan makanan yang
segar, masak dan dihaluskan serta ditumbuk dengan halus
c.
Dorong anak untuk makan
sesering mungkin
d.
Berikan makanan yang sama
setelah diare berhenti dan berikan makanan tambahan seperti : roti tawar dan
kentang.
c. Bawa
anak kepada petugas Kesehatan bila anak tidak ada kemajuan dalam
2
hari, misalnya :
1.
Masih Diare
2.
Muntah
3.
Susah Minum dan Makan
4.
Demam
5.
Kebutuhan oralit di rumah
yang diberikan setiap habis buang air besar dan berikan oralit yang cukup 2
hari.
Tabel 2.2
Dosis Pemberian Oralit Berdasarkan Umur
Umur
|
Jumlah
Oralit Yang Diberikan Setiap BAB
|
Jumlah
Oralit Yang
Disediakan
Di Rumah
|
<
12 bulan
|
50 – 100 ml ( ½ gelas )
|
400 ml/hari ( 2 bungkus )
|
1-
4 tahun
|
100 – 200 ml ( 1gelas )
|
600 - 800 ml/hr (3-4 bungkus
)
|
>
5 tahun
|
200 – 300 ml ( 1-1 ½ gelas )
|
800 -1.000 ml/hr ( 4-5
bungkus )
|
Dewasa
|
300 – 400 ml ( ½ gelas )
|
1.200 – 2.000 ml/hr
|
Sumber : Perawatan Anak Sakit
Cara Pemberian Oralit
a.
1 bungkus oralit masukkan
ke dalam 200 ml ( 1 gelas ) air matang
b.
Pada bayi yang berusia
< 12 bulan, diberikan 50 -100 ml oralit tiap BAB
c.
Berikan oralit sedikit
demi sedikit dengan menggunakan sendok
d.
Bila diare terus
berlanjut,dan oralit telah diberikan ,dianjurkan ibu untuk memberikan
cairan lain.
2.7.2. Rencana Pengobatan B
1. Untuk mengetahui dehidrasi .
a.
Jumlah oralit diberikan 3
jam pertama 7-5 ml/kg BB
b.
Jika BB tidak diketahui ,
maka kebutuhan cairan adalah :
-
< 1 tahun 300 ml
(1 ½ gelas )
-
1 – 5 tahun 600 ml (3
gelas )
-
> 5 tahun 1200 ml
( 6 gelas )
-
Dewasa 2400 ml ( 12
gelas )
-
Dorongan ibu untuk
meneruskan ASI
-
Untuk bayi ( 6 bulan yang
tidak mendapatkan ASI
-
Berikan juga 100 -200
ml air masak
1. Diharapkan kepada anggota keluarga dapat
membantu ibu dalam memberikan oralit
a.
Jumlah cairan yang harus
diberikan .
b. Anjurkan ibu cara menganjurkannya yaitu
sesendok the setiap 1-2 menit untuk anak dibawah 2 tahun .Beberapa teguk untuk
dari cangkir untuk anak yang lebih tua .
c.
Bila anak muntah tunggu 10
menit dan kemudian teruskan pemberian oralit tetapi lebih lambat misalnya
sesendok setiap 2-3 menit.
2.
Sebelum selesai
pengobatan B
a.
Anjurkan pada ibu jumlah
oralit yang harus diberikan selama pengobatan 3 jam di rumah
b.
Anjurkan ibu
menyalurkan oralit
-
Berikan oralit atau cairan
hingga berhenti diare
-
Memberikan anak makan
-
Membawa anak ke petugas
kesehatan
2.7.3. Diare dengan Dehidrasi
Berat (Rencana Terapi C)
Anak tetap dirujuk ke rumah sakit yang memadai, selama persalinan oralit
tetap diberikan.
2.8 Pencegahan Diare
Agar tidak terjadi lagi, upaya pencegahan
diare perlu dilakukan. Caranya adalah menjamin makanan si mungil terjaga
kebersihannya, hindari meminum susu mentah dan memakan yang terkontaminasi
basi. Begitu pula dengan alat-alat makanannya. Biasakan untuk mensterilkan
semua peralatan makan dan minum bayi. Selalu mencuci tangan sebelum merawat
atau melakukan kontak dengan bayi. Bukan cuma buat ibu, akan tetapi berlaku
pula bagi seisi rumah atau pengasuhnya wajib mensterilkan peralatan makan atau
minum. Semua anggota keluarga dan masyarakat pun jika buang air besar harus di
kakus, bukan di kali, pantai, sawah, atau sembarang tempat.
Apabila si mungil masih menyusui, jagalah
puting susu dengan selalu membersihkannya dengan kapas yang dicelup air hangat
setiap kali akan menyusui. Kemudian, yang tak kalah penting adalah selalu
membersihkan mainan si mungil secara berkala dan hindari penggunaan obat-obatan
yang tidak perlu khususnya antibiotik.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2003.
Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan praktek. Jakarta : Rineka
Cipta.
__________. 2005.
Manajeman Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.
Budiarto, Eko.
2002. Biostatistika Untuk Kedokteran Dan Kesehatan
Masyarakat.
Jakarta : EGC
Chandra, Budiman. 2008. Metodologi Penelitian Kesehata. Jakarta : EGC.
Fauziatun, Sri.
2008. Gambaran Pangetahuan PUS Tentang Pencegahan Kanker
Leher Rahmi. Medan : Perpustakaan Helvetia.
Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba Medika.
Indiarti. 2007. Ma, Aku
Sakit Lagi Panduan Lengkap Kesehatan Anak Dari A Sampai Z. Yogyakarta :
Andi Offset.
Irianto, Kus dkk. 2004. Gizi
Dan Pola Hidup Sehat. Bandung : Yrama Widya.
Juwono, Lilian. 2005. Panduan Lengkap Perawatan Untuk Bayi Dan Balita.
Jakarta : Arcan
Ngastyah. 2005. Perawatan
Anak Sakit Edisi 2. Jakarta : EGC.
Notoatmojdo. 2003.
Pengantar Pendidikan Dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Rya, Hotma. 2006.
Gambaran Pangetahuan Ibu Tentang Penanggulangan Diare
Pada Balita Di Desa Klumpang. Medan : Perpustakaan Helvetia.
Satyanegara,Surya dkk.
2004. Panduan Lengkap Perawatan. Jakarta : Arcan.
Tjokronegoro,
Arjatmo. 2003. Gastroenterologi Anak Praktisi.Jakarta : FKUI.
Kirara, 2009. ”Penyebab Diare Pada
Anak”. http://www.info-sehat.com/, diakses
oleh
: Lini Rahayu, pada tanggal 17 Mei 2010, Pukul : 10:45
Sadikin, 2000. ” Diare Pada Anak”.
http://www.kafemuslimah.com/article
diakses
oleh : Lini Rahayu, pada tanggal 17 Mei 2010, pukul : 10:45
Post a Comment for "MAKALAH PENANGGULANGAN DIARE PADA BALITA"