Makalah
Strees dan Adaptasi
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Manusia harus selalu menyesuaikan
diri dengan kehidupan dunia yang selalu berubah-ubah. Manusia sebagaimana ia
ada pada suatu ruang dan waktu, merupakan hasil interaksi antara jasmani,
rohani, dan lingkungan. Ketiga unsure tersebut saling mempengaruhi satu dengan
yang lain. Dalam segala masalah, kita harus mempertimbangkan ketiganya sebagai
suatu keseluruhan (holistic) sehingga manusia disebut makhluk
somato-psiko-sosial.
Oleh karena itu, apabila terjadi
gangguan pada jasmani, akan menimbulkan usaha penyesuaian secara fisik atau
somatic. Demikian pula apabila terjadi gangguan pada unsure rohani, akan
menimbulkan usaha penyesuaian secara psikologis. Usaha yang dilakukan organism
untuk mengatasi stress agar terjadi keseimbangan yang terus-menerus dalam
batas tertentu dan tetap dapat mempertahankan hidup dinamakan homeostasis.
Sumber gangguan jasmani (somatic)
maupun psikologis adalah stress. Apabila kita mampu mengatasi keadaan stress,
perilaku kita cenderung berorientasi pada tugas (task oriented), yang
intinya untuk menghadapi tuntutan keadaan. Namun, apabila stress mengancam
perasaan, kemampuan, dan harga diri kita, reaksi kita cenderung pada orientasi
pembelaan ego (ego defence-oriented). Penyesuaian yang berorientasi pada
tugas disebut adaptasi dan yang berorientasi pada pembelaan ego disebut
“mekanisme pertahanan diri atau MPE = Mekanisme Pertahanan/Pembelaan Ego (
Ego defence mechanism)”.
1.2
Rumusan Masalah
- Apa stres dan adaptasi itu ?
- Apa saja stres dan adaptasi pada siklus kehidupan perempuan dan penanggulangannya?
- Apa mekanisme koping itu?
- Apa perbedaan stres dan gangguan jiwa?
1.3
Tujuan
Sebagai bahan pembelajaran dalam
mata kuliah Keterampilan Dasar Kebidanan I dan untuk lebih mengetahui tentang
apa itu stres dan adaptasi itu.
BAB
II
STRES
DAN ADAPTASI
2.1
Stres
2.1.1
Pengertian Stres
Dewasa ini perubahan tata nilai
kehidupan (perubahan psikososial) berjalan begitu cepat karena pengaruh
globalisasi, modernisasi, informasi, industrialisasi, serta ilmu pengetahuan
dan teknologi. Hal tersebut berpengaruh terhadap pola hidup, moral, dan etika.
Beberapa contoh perubahan pola hidup, misalnya pola hidup social religius
berubah individualistis, materialistis, dan sekuler; pola hidup produktif ke
pola hidup konsumtif dan mewah; dan ambisi karier yang menganut asas moral dan
etika hukum ke cara KKN.
Perubahan psikososial dapat
merupakan tekanan mental ( stressor psikososial ) sehingga bagi sebagian
individu dapat menimbulkan perubahan dalam kehidupan dan berusaha beradaptasi
untuk menanggulanginya. Stresor psikososial, seperti perceraian karena tidak
diamalkannya kehidupan religious dalam rumah tangga, masalah orang tua dengan
banyaknya kenakalan remaja, dll.
- “Stres adalah reaksi atau respons tubuh terhadap stressor psikososial (tekanan mental atau beban kehidupan)” ( Hawari, 2001).
- “Stres adalah suatu kekuatan yang mendesak atau mencekam; yang menimbulkan suatu ketegangan dalam diri seseorang “ (Heerdjan, 1987).
- Secara umum, yang dimaksud “Stres adalah reaksi tubuh terhadap situasi yang menimbulkan tekanan, perubahan, ketegangan emosi, dan lain-lain”.
- “Stres adalah segala masalah atau tuntutan penyesuaian diri, dan karena itu, sesuatu yang mengganggu keseimbangan kita” ( Maramis, 1999).
- Menurut Cornelli, sebagaimana dikutip oleh Grant Brecht (2000) bahwa yang dimaksud “Stres adalah ganguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan, yang dipengaruhi baik oleh lingkungan maupun penampilan individu di dalam lingkungan tersebut”.
Kesimpulan:
Stres adalah gangguan pada tubuh
dan pikiran akibat tekanan, perubahan, ketegangan, emosi dan lain-lain yang
menimbulkan dampak pada fisik dan psikologi seseorang.
2.1.2
Faktor yang mempengaruhi Stres
- Faktor biologisà Herediter, konstitusi tubuh, kondisi fisik, neurofsiologik, dan neurohormonal.
- Faktor psikoedukatif/sosio culturalà Perkembangan kepribadian, pengalaman, dan kondisi lain yang mempengaruhi
2.1.3 Penggolongan Stres
Apabila ditinjau dari penyebab
stress, menurut Sri Kusmiati Desminiarti (1990), dapat digolongkan sebagai
berikut.
- Stres fisik, disebabkan oleh suhu atau temperature yang terlalu tinggi atau rendah, suara amat bising, sinar yang terlalu terang, atau tersengat arus listrik.
- Stres kimiawi, disebabkan oleh asam-basa kuat, obat-obatan, zat beracun, hormone, atau gas.
- Stres mikrobiologik, disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit yang menimbulkan penyakit’
- Stres fisiologik, disebabkan oleh gangguan struktur , fungsi jaringan, organ atau sistemik sehingga menimbulkan fungsi tubuh tidak normal.
- Stres proses pertumbuhan dan perkembangan, disebabkan oleh gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi hingga tua.
- Stres psikis/emosional, disebabkan oleh gangguan hubungan interpersonal, social, budaya, atau keagamaan.
Adapun menurut Grand (2000),
stress ditinjau dari penyebabnya hanya dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :
- Penyebab makro, yaitu menyangkut peristiwa besar dalam kehidupan, seperti kematian, perceraian, pensiun, luka batin, dan kebangkrutan.
- Penyebab mikro, yaitu menyangkut peristiwa kecil sehari-hari, seperti pertengkaran rumah tangga, beban pekerjaan, masalah apa yang akan dimakan, dan antri.
2.1.4 Sumber Stres Psikologis
Menurut Maramis (1999), ada empat
sumber atau penyebab stress psikologis, yaitu :
- Frustasi
Timbul akibat kegagalan dalam
mencapai tujuan karena ada aral melintang, misalnya apabila ada perawat
Puskesmas lulusan SPK bercita-cita ingin mengikuti D3 Akper program khusus
puskesmas, tetapi tidak diizinkan oleh istri/suami, tidak punya biaya, dan
sebagainya.
Frustasi ada yang bersifat
intrinsic (cacat badan dan kegagalan usaha) dan ekstrinsik (kecelakaan, bencana
alam, kematian orang yang dicintai, kegoncangan ekonomi, pengangguran,
perselingkuhan, dan lain-lain).
- Konflik
Timbulnya karena tidak bisa
memilih antara dua atau lebih macam keinginan, kebutuhan, atau tujuan.
Bentuknya approach-approach conflict, approach-avoidance conflict, atau
avoidance-avoidance conflict.
- Tekanan
Timbul sebagai akibat tekanan
hidup sehari-hari. Tekanan dapat berasal dari dalam diri individu, misalnya
cita-cita atau norma yang terlalu tinggi. Tekanan yang berasal dari luar diri
individu, misalnya orang tua menuntut anaknya agar di sekolah selalu ranking
satu atau istri menuntut uang belanja yang berlebihan kepada suami.
- Krisis
Krisis yaitu keadaan yang
mendadak, yang menimbulkan stress pada individu, misalnya kematian orang yang
disayangi, kecelakaan, dan penyakit yang harus segera dioperasi.
Keadaan stress dapat terjadi
beberapa sebab sekaligus, misalnya frustasi, konflik, dan tekanan.
2.1.5 Reaksi dan Respon Tubuh Terhadap Stres
Respon stres melibatkan semua fungsi tubuh, sehingga terlampau besarnya
stres yang menghabiskan sumber-sumber adaptif kita dapat menyebabkan kelelahan,
beragam masalah kesehatan, dan bahkan akibat yang fatal.
- Respon Fisik
o Rambut
Warna rambut yang semula hitam
pekat, lambat laun mengalami perubahan warna menjadi kecoklat-coklatan serta
kusam. Ubanan(rambut memutih) terjadi sebelum waktunya, demikian pula dengan
kerontokan rambut.
o Mata
Ketajaman mata seringkali
terganggu misalnya kalau membaca tidak jelas karena kabur. Hal ini disebabkan
karena otot-otot bola mata mengalami kekenduran atau sebaliknya sehingga
mempengaruhi fokus lensa mata.
o Telinga
Pendengaran seringkali terganggu
dengan suara berdenging (tinitus).
o Ekspresi wajah
Wajah seseorang yang stres nampak
tegang, dahi berkerut, mimik nampak serius, tidak santai, bicara berat, sukar
untuk senyum/tertawa dan
o Mulut
Mulut dan bibir terasa kering
sehingga seseorang sering minum. Selain daripada itu pada tenggorokan
seolah-olah ada ganjalan sehingga ia sukar menelan, hal ini disebabkan karena
otot-otot lingkar di tenggorokan mengalami spasme (muscle cramps)
sehingga serasa “tercekik”.
o Kulit
Pada orang yang mengalami stres
reaksi kulit bermacam-macam; pada kulit dari sebahagian tubuh terasa panas atau
dingin atau keringat berlebihan. Reaksi lain kelembaban kulit yang berubah,
kulit menjadi lebih kering. Selain daripada itu perubahan kulit lainnya adalah
merupakan penyakit kulit, seperti munculnya eksim, urtikaria (biduran),
gatal-gatal dan pada kulit muka seringkali timbul jerawat (acne)
berlebihan; juga sering dijumpai kedua belah tapak tangan dan kaki berkeringat
(basah).
o Sistem
Pernafasan
Pernafasan seseorang yang sedang
mengalami stres dapat terganggu misalnya nafas terasa berat dan sesak
disebabkan terjadi penyempitanpada saluran pernafasan mulai dari hidung,
tenggorokan dan otot-otot rongga dada. Nafas terasa sesak dan berat dikarenakan
otot-otot rongga dada (otototot antar tulang iga) mengalami spasme dan tidak
atau kurang elastis sebagaimana biasanya. Sehingga ia harus mengeluarkan tenaga
ekstra untuk menarik nafas. Stres juga dapat memicu timbulnya penyakit asma (asthma
bronchiale) disebabkan karena otot-otot pada saluran nafas paruparu juga
mengalami spasme.
o Sistem
Kardiovaskuler
Sistem jantung dan pembuluh darah
atau kardiovaskuler dapat terganggu faalnya karena stres. Misalnya, jantung
berdebar-debar, pembuluh darah melebar (dilatation) atau menyempit (constriction)
sehingga yang bersangkutan nampak mukanya merah atau pucat. Pembuluh darah tepi
(perifer) terutama di bagian ujung jari-jari tangan atau kaki juga menyempit
sehingga terasa dingin dan kesemutan. Selain daripada itu sebahagian atau seluruh
tubuh terasa “panas” (subfebril) atau sebaliknya terasa “dingin”.
o Sistem
Pencernaan
Orang yang mengalami stres
seringkali mengalami gangguan pada sistem pencernaannya. Misalnya, pada lambung
terasa kembung, mual dan pedih; hal ini disebabkan karena asam lambung yang
berlebihan (hiperacidity). Dalam istilah kedokteran disebut gastritis
atau dalam istilah awam dikenal dengan sebutan penyakit maag. Selain gangguan
pada lambung tadi, gangguan juga dapat terjadi pada usus, sehingga yang
bersangkutan merasakan perutnya mulas, sukar buang air besar atau sebaliknya
sering diare.
o Sistem
Perkemihan.
Orang yang sedang menderita stres
faal perkemihan (air seni) dapat juga terganggu. Yang sering dikeluhkan orang
adalah frekuensi untuk buang air kecil lebih sering dari biasanya, meskipun ia
bukan penderita kencing manis (diabetes mellitus).
o Sistem Otot dan
tulang
Stres dapat pula menjelma dalam
bentuk keluhan-keluhan pada otot dan tulang (musculoskeletal). Yang
bersangkutan sering mengeluh otot terasa sakit (keju) seperti ditusuk-tusuk,
pegal dan tegang. Selain daripada itu keluhan-keluhan pada tulang persendian
sering pula dialami, misalnya rasa ngilu atau rasa kaku bila menggerakan
anggota tubuhnya. Masyarakat awam sering mengenal gejala ini sebagai keluhan
”pegal-linu”.
o Sistem Endokrin
Gangguan pada sistem endokrin
(hormonal) pada mereka yang mengalami stres adalah kadar gula yang meninggi,
dan bila hal ini berkepanjangan bisa mengakibatkan yang bersangkutan menderita
penyakit kencing manis (diabetes mellitus); gangguan hormonal lain
misalnya pada wanita adalah gangguan menstruasi yang tidak teratur dan rasa
sakit (dysmenorrhoe).
- Respon Psikologis
Faktor-faktor Psikologis dapat
mempengaruhi fungsi fisik, faktor-faktor fisik juga dapat mempengaruhi fungsi
mental. Gangguan fisik yang diyakini disebabkan atau dipengaruhi faktor
psikologis pada masa lalu yang disebut psikosomatis (psychosomatic) atau
psikofisiologis.
- Daya pikir
Pada orang seseorang yang
mengalami stres, kemampuan bepikir dan mengingat serta konsentrasi menurun.
Orang menjadi pelupa dan seringkali mengeluh sakit kepala pusing.
2.1.6
Mekanisme Terjadinya Stres
Mekanisme terjadinya stress
dan pengaruhnya terhadap pikiran dan tubuh.
Setiap kali ada ransangan/
perubahan yang dirasakan oleh panca indra kita, maka melalui syaraf2 panca
indra tersebut mengirimkan signyal ke Hypophyse (berada di dasar otak) sebagai
alaram selanjutnya mengirimkan signyalnya ke kelenjar anak ginjal untuk
melepaskan hormone Adrenalin dan Cortisol, Cortisol ini
meningkatkan gula darah yang terutama digunakan otak (berfikir/mengatur),
selain itu fungsi cortisol untuk meningkatkan persediaan bahan perbaikan sel2
tubuh, system kekebalan tubuh, reproduksi dan pertumbuhan serta merangsang
beberapa kelenjar tubuh lainnya untuk peroses metabolisme
sedangkan Adrenaline meningkatkan denyut jantung , dan peningkatan tekanan
darah dan juga meningkatkan pasokan energi.
Jika pikiran dan tubuh selalu cemas karena stres yang berlebihan setiap hari,lama kelamaan tubuh akan menghadapi masalah-masalah kesehatan serius.Tubuh sebagai Hardwire akan bekerja terus menerus dalam kondisi tidak normal/ overload yang akhirnya dapat menyebabkan:
Jika pikiran dan tubuh selalu cemas karena stres yang berlebihan setiap hari,lama kelamaan tubuh akan menghadapi masalah-masalah kesehatan serius.Tubuh sebagai Hardwire akan bekerja terus menerus dalam kondisi tidak normal/ overload yang akhirnya dapat menyebabkan:
Gangguan jantung
Masalah tidur
Masalah pencernaan
Depresi
Obesitas
pelemahan Memori/ingatan
Kelainan pada kulit seperti eksim dan lain-lain,Dengan adanya kelainanan -kelainan pada tubuh tadi (dirasakan) menyebabkan kekewatiran , memicu pemikiran2 yang tidak rasional.
Masalah tidur
Masalah pencernaan
Depresi
Obesitas
pelemahan Memori/ingatan
Kelainan pada kulit seperti eksim dan lain-lain,Dengan adanya kelainanan -kelainan pada tubuh tadi (dirasakan) menyebabkan kekewatiran , memicu pemikiran2 yang tidak rasional.
Stimulasi atau stress. Reaksi yang timbul berupa peningkatan denyut jantung,
napas yang cepat, penurunan aktivitas gastrointestinal. Sementara sistem
parasimpatis membuat tubuh kembali ke keadaan istirahat melalui penurunan
denyut jantung, perlambatan pernapasan, meningkatkan aktivitas
gastrointestinal. Perangsangan yang berkelanjutan terhadap sistem simpatis
menimbulkan respon stress yang berulang-ulang dan menempatkan sistem otonom
pada ketidakseimbangan. Keseimbangan antara kedua sistem ini sangat penting
bagi kesehatan tubuh.
Kelenjar adrenal berisi dua daerah
yang berbeda, bagian dalam atau medulla yang mensekresi adrenalin (epinefrin)
dan noradrenalin (norepinefrin) dan lapisan luar atau korteks yang mensekresi
kortikosteroid mineral (aldosteron) dan glukokortikoid (kortisol). Secara
simultan, hipotalamus bekerja secara langsung pada sistem otonom untuk
merangsang respon yang segera terhadap stress. Sistem otonom sendiri diperlukan
dalam menjaga keseimbangan tubuh. Sistem otonom terbagi dua yaitu sistem
simpatis dan parasimpatis. Sistem simpatis bertanggung jawab terhadap adanya 18
2.2
Adaptasi
2.2.1 Pengertian
Adaptasi
Ada beberapa pengertian tentang
mekanisme penyesuaian diri, antara lain :
- W.A.Gerungan (1996) menybutkan bahwa “Penyesuaian diri adalah
mengubah diri sesuai dengan keadaan
lingkungan, tetapi juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan
diri)”.
Mengubah diri sesuai dengan
keadaan lingkungan sifatnya pasif (autoplastis), misalnya seorang bidan desa
harus dapat menyesuaikan diri dengan norma-norma dan nilai-nilai yang dianut
masyarakat desa tempat ia bertugas.
Sebaliknya, apabila individu
berusaha untuk mengubah lingkungan sesuai dengan keinginan diri, sifatnya
adalah aktif (alloplastis), misalnya seorang bidan desa ingin mengubah perilaku
ibu-ibu di desa untuk meneteki bayi sesuai dengan manajemen laktasi.
- Menurut Heerdjan (1987), “Penyesuaian diri adalah usaha atau perilaku yang tujuannya mengatasi kesulitan dan hambatan”.
Adaptasi merupakan pertahanan
yang di dapat sejak lahir atau diperoleh karena belajar dari pengalaman untuk
mengatasi stress. Cara mengatasi stress dapat berupa membatasi tempat
terjadinya stress, mengurangi, atau menetralisasi pengaruhnya.
Adaptasi adalah suatu cara
penyesuaian yang berorientasi pada tugas (task oriented).
Kesimpulan :
Adaptasi adalah penyesuaian diri, dapat menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan sekitar dengan harapan mengatasi kesulitan dan hambatan dari persoalan yang ada karena perbedaan dari kebiasaan.
Adaptasi adalah penyesuaian diri, dapat menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan sekitar dengan harapan mengatasi kesulitan dan hambatan dari persoalan yang ada karena perbedaan dari kebiasaan.
2.3
Stres dan Adaptasi pada Siklus Kehidupan Perempuan dan
Penanggulangannya
Penanggulangannya
Perempuan adalah individu yang seringkali berperan ganda sehingga pada
perempuan sering kali mudah terjadi stres, dari mulai remaja, pranikah, masa
hamil, masa nifas, masa menyusui dan masa menopause atau sering disebut siklus
kehidupan wanita.
2.3.1 Pada Masa
Remaja
Masa remaja bisa disebut sebagai
puncak stress seseorang. Disinilah masa dimana pertentangan antara naluri
keremajaannya berbenturan dengan peraturan, konflik, tuntutan, dominasi, keluarga
dan lingkungan. Peralihan masa dari jiwa kanak-kanak yang labil menuju jiwa
yang lebih dewasa. Di masa remaja inilah stress yang akan menentukan tingkat
kedewasaan seseorang.
Berikut adalah contoh kasus dari
stres pada remaja :
PERUBAHAN/KASUS
|
RESPON STRES
|
PENANGGULANGAN
|
|
FISIK
|
^Pada masa pubertas:
-Perempuan :
*Menarche(menstruasi pertama)
*Payudara menjadi membesar
(tanpa ada pendidikan
seks oleh orang tua)
|
Respon si anak remaja baru :
kebingungan, cemas , ketakutan yang berlebihan, timbulnya rasa malu, berhayal
|
Pemberian pendidikan seks
terhadap anak yang memasuki usia remaja, dan memberi penjelasan bahwa
perubahan tersebut adalah hal yang normal sehingga tidak perlu remaja
tersebut stres dan perlu adanya perbedaan perlakuan terhadap tubuh, contohnya
pada wanita yang harus memakai miniset/bra karena payudaranya mulai
berkembang.
|
PSIKO-
LOGI
|
^Kekangan berlebihan pergaulan
dari orang tua (overprotective)
^Putus cinta
^Kegagalan Pendidikan (ujian)
^broken home
|
sakit kepala, cemas, mudah marah,
pemurung, sedih berlebihan, menangis, nafsu makan berkurang, gangguan
tidur,frustasi, putusasa, bunuh diri
|
^datang ke psikolog
^support/perhatian yang lebih
dari pihak keluarga dan orang2 sekitar
^lebih mendekatkan diri kepada
Allah (agama)
^positive thinking
|
2.3.2 Pada Masa Pranikah
Penyebab Terjadinya Sindrom
Pranikah:
- Belum benar-benar siap untuk menikah.
- Belum siap untuk punya anak.
- Kedua calon mempelai membayangkan indahnya pernikahan, tapi terkadang tanpa belajar untuk siap menerima kekurangan-kekurangan dari orang yang kelak menikah dengannya, akibatnya menjelang pernikahan berlangsung muncul rasa gamang dan ragu terhadap pasangannya.
- Kejenuhan pada salah satu calon mempelai atau keduanya.
Contoh kasus :
PERUBAHAN/KASUS
|
RESPON STRES
|
PENANGGULANGAN
|
|
PSIKO-
LOGI |
^pertengkaran karena adanya
perbedaan pendapat antara pasangan yang akan menikah tentang pernikahan
mereka
^ terlalu banyak campur aduk
calon pengantin pada proses persiapan pernikahan
^tidak siap untuk menikah
|
Timbul keraguan pada calon
suami/istri, cemas, sulit tidur, sedih, bimbang, kelelahan hingga jatuh
sakit, emosi tinggi, sesak nafas
|
^berkomunikasi dengan baik
^saling menghargai dan menghormati ^bantuan dari pihak keluarga dalam mempersiapkan nya ^bersikap lebih dewasa menerima kekurangan dan kelebihan calon suami/istri ^saling introfeksi diri |
2.3.3 Pada Masa
Kehamilan
Hubungan episode kehamilan dengan
reaksi psikologi yaitu:
- Trimester pertama : timbul fluktuasi lebar aspek emosional sehingga periode ini mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya pertengkaran atau rasa tidak nyaman.
- Trimester kedua : fluktuasi emosional sudah mulai mereda dan perhatian wanita hamil lebih berfokus pada berbagai perubahantubuh yang terjadi selama kehamilan, kehidupan seksual, keluarga dan hubungan batiniah dengan bayi yang dikandungnya.
- Trimester ketiga : berkaitan dengan bayangan resiko kehamilan dan prosespersalinan sehingga wanita hamil sangat emosional dalam upaya mempersiapkan atau mewaspadai segala sesuatu yang mungkin akan dihadapi.
Kehamilan bagi keluarga dan khususnya seorang wanita merupakan peristiwa yang penting,
meskipun demikian kehamilan juga
merupakan saat – saat krisis bagi keluarga di mana
terjadi perubahan identitas dan peran ibu, ayah, serta anggota keluarga lainnya.
Tugas ibu pada masa kehamilan :
- Menerima kehamilannya
- Membina hubungan dengan janin
- Menyesuaikan perubahan fisik
- Menyesuaikan perubahan hubungan suami istri
- Persiapan melahirkan dan menjadi orang tua
Kehamilan dapat
sebagai :
- Krisis
Krisis merupakan ketidakseimbangan psikologis yang dapat disebabkan oleh situasi atau oleh tahap perkembangan. - Stresor
Model konseptual menyatakan bahwa krisis psikologis dan sosial dipertimbangkan, sebagai kejadian yang kritis tapi tidak selalu ditunjukkan dengan masalah psikologis dan interpersonal yang nyata. Setiap perubahan yang terjadi pada seseorang dapat merupakan stresor. Kehamilan membawa perubahan yang signifikan pada ibu sehingga dapat dinyatakan sebagai stresor, yang juga mempengaruhi psikologis anggota keluarga lainnya. - Transisiperan
Terjadi perubahaninteraksi rutin dalam keluarga, dengan adanya anggota keluarga yang baru sehingga terjadi perubahan peran masing-masing anggota keluarga; ayah, ibu, dan anggota keluarga yang lainnya
Terjadi perubahaninteraksi rutin dalam keluarga, dengan adanya anggota keluarga yang baru sehingga terjadi perubahan peran masing-masing anggota keluarga; ayah, ibu, dan anggota keluarga yang lainnya.
Perubahan psikologis selama kehamilan terjadi oleh
karena semakin bertambahnya usia kehamilan dan adanya adaptasi peran barunya. Tahapanperubahan peran selama kehamilan menurut Reva Rubin adalah sebagai berikut:
- Tahap antisipasi atau anticipatory stage
Tahap antisipasi merupakan tahap
sosialisasi atau latihan untuk
penampilan peran yang diasumsikan pasangan (suami/istri) berkaitan dengan
fantasi. Wanita akan mengawali peran barunya dengan
merubah peran sosialnya melalui latihan informal dan informasi melalui model peran. Meningkatnya
frekuensi interaksi dengan yang
lainnya akan mempercepat prosesadaptasi dalam penerimaan peran barunya
sebagai ibu.
- Tahap honeymoon atau honeymoon stage
Tahap honeymoon merupakan tahap
dimana wanita mengasumsikan peran yang harus
ditampilkan, melakukan pendekatan dan eksplorasi terhadap sikap yang dibutuhkan
untuk penampilan peran, mulai melakukan latihan peran. Pada tahap ini, wanita sudah dapat menerima peran barunya
dengan cara menyesuaikan diri dan muncul kebutuhan akan kasih sayang baik ibu-bayi, ibu-suami. Hal lain yang mempengaruhi tahapan honeymoon adalah kesiapan
menghadapi kelahiran bayinya
serta dukungan dari orang-orang terdekat.
- Tahap stabil atau plautau stage
Tahap stabil merupakan tahapan dimana wanita hamil dapat melihat penampilan dalam
peran barunya. Pada tahap ini, pasangan memvalidasikan apakah peran yang akan
ditampilkan adekuat/tidak, yang semuanya tergantung pada bagaimana mereka atau
yang lainnya membentuk peran yang harus ditampilkan. Wanita hamil akan melakukan kegiatan–kegiatan yang positif dan berfokus pada
kehamilannya dan hal yang berguna bagi kesehatankeluarga.
- Tahap akhir atau disengagement/termination stage
Tahap ini merupakan tahap
terminasi/pengakhiran peran. Peran pasangan pada kehamilan berakhir
setelah prosespersalinan selanjutnya
pasangan memasuki tahap peran lainnya. Tahap ini disebut juga sebagai tahap
perjanjian. Perjanjian ini dilakukan agar wanita hamil sedapat mungkin menepati janjinya
yang berkaitan dengan peran barunya kelak.
Contoh kasus :
PERUBAHAN/KASUS
|
RESPON STRES
|
PENANGGULANGAN
|
|
FISIK
|
^perubahan bentuk tubuh yang
membesar karena perkembangan kehamilan
^mual dan muntah
^nutrisi yang lebih untuk
perkembangan si janin
^payudara membesar
|
Resah, tidak PD, minder, malu,
tidak menginginkan kehamilannya, sakit kepala, sedih, mudah marah, ketidak
nyamanan pada ibu, sulit tidur, mudah tersinggung
|
^menyadari bahwa kehamilan itu
adalah suatu anugrah dan suatu hal yang membanggakan
^konsultasi kepada bidan
^perhatian yang lebih dari
suami dan pihak keluarga agar tidak stres
^melakukan aktifitas ringan
yang membuat ibu hamil merasa senang ; senam ibu hamil
|
PSIKO-LOGI
|
^Perubahan peran(Menjadi ibu
baru)
^kehidupan seksual pada masa
kehamilan
^interaksi dengan janin yang
dikandung
^rutin memeriksakan kehamilan
ke posyandu/bidan
^ingin perhatian lebih; meminta
sesuatu yang aneh-aneh(ngidam)
^akan mengalami proses
persalinan
|
Binggung, resah, tidak PD,
sulit tidur, mudah marah, mudah tersinggung, sakit kepala, sedih, takut
|
^meminta penjelasan kepada
bidan tentang apa yang ibu hamil tidak ketahui
^perhatian yang lebih dari
keluarga dan suami, dampingi selalu
^meyakini bahwa berinteraksi
dengan janin yang dikandung adalah suatu hal yang menyenangkan
^meyakini bahwa melahirkan
adalah suatu yang biasa bagi para wanita dan tidak perlu di takuti
|
2.3.4 Pada Masa Nifas
Periode masa nifas merupakan
waktu dimana ibu mengalami stress pasca persalinan, terutama pada ibu primipara.
Hal-hal yang dapat membantu ibu dalam beradaptasi pada masa nifas adalah
sebagai berikut
- Fungsi yang memengaruhi untuk sukses dan lancarnya masa transisi menjadi orang tua
- Respons dan dukungan dari keluarga dan teman dekat
- Riwayat pengalaman hamil dan melahirkan sebelumnya
- Harapan, keinginan, dan aspirasi ibu saat hamil juga melahirkan
Periode ini di ekspresikan oleh
reva rubin yang terjadi pada tiga tahap berikut ini
1.
Taking in period
Terjadi pada 1-2 hari setelah
persalinan, ibu masih pasif dan sangat bergantung pada orang lain, focus
perhatian pada tubuhnya, ibu lebih mengingat pengalaman melahirkan dan
persalinan yang dialami, serta kebutuhan tidur dan nafsu makan meningkat.
2.
Taking hold period
Berlangsung 3-4 hari postpartum,
ibu lebih berkonsentrasi pada kemampuannya daalm menerima tanggung jawab
sepenuhnya terhadap perawatan bayi. Pada masa ini ibu menjadi sangat sensitif,
sehingga membutuhkan bimbingan dan dorongan perawat untuk mengatasi kritikan
yang di alami ibu.
3.
Letting go period
Di alami setelah tiba ibu dan
bayi dirumah. Ibu mulai secara penuh menerima tanggung jawab sebagai ‘’seorang
ibu’’ dan menyadari atau merasa kebutuhan bayi sangat bergantung pada dirinya.
Hal-hal yang harus dapat di
penuhi selama masa nifas adalah sebagai berikut :
- Fisik. Istirahat, memkan makanan bergizi, sering menghirup udara segar, dan lingkungan yang bersih.
- Psikologi. Stress setelah persalinandapat segera distabilkan dengan dukungan dari keluarga yang menunjukan rasa simpati, mengakui dan menghargai ibu.
- Social. Menemani ibu bila terlihat kesepian, ikut menyayangi anaknya, menanggapi dan memerhatikan kebahagian ibu, serta menghibur bila ibu terlihat sedih.
Psikososial
Depresi post partum sering
terjadi pada masa ini. Menurut para ahli mereka didiagnosis menderita depresi
post partum. Depresi merupakan gangguan afeksi yang paling sering dijumpai pada
msa post partum (gorrie,1998). Walaupun insidensinya sulit untuk dketahui
secara pasti, namun diyakini 10-15 % ibu yang melahirkan mengalami gangguan ini
(green dan adams, 1993). Angka kejadian depresi post partum diindonesia sendiri
juga belum dapat diketahui secara pasti hingga kini, mengingat belum adanya
lembaga terkait yang melakukan penelitian terhadap kasus tersebut.
Tanda dan gejala yang mungkin
diperlihatkan pada penderita depresi post partum adalah sebagai berikut
v
Perasaan sedih dan kecewa
v
Sering menangis
v
Merasa gelisah dan cemas
v
Kehilangan ketertarika terhadap hal-hal yang
menyenangkan
v
Nafsu makan menurun
v
Kehilangan energy dan motivasi untuk melakukan
sesuatu
v
Tidak bias tidur atau insomnia
v
Perasaan bersalah dan putus harapan (hopelees)
v
Penurunan atau peningkatan berat badan yang
tidak dapat dijelaskan
v
Memperlihatkan penurunan untuk mengurus bayinya
Penyebab depresi postpartum
sendiri belum diketahui secara pasti (gorrie, 1998). Namun, beberapa hal yang
dicurigai sebagai factor predisposisi terjadinya depresi postpartum adalah
sebagai berikut.
- Perubahan hormonal yang cepat.hormon yang terkait dengan terjadinya depresi postpartum adalh prolaktin, steroid, progesterone, dan estrogen.
- Masalah medis dalam kehamilan seperti PIH (pregnancy-induced hypertention), diabetes mellitus, atau disfungsi tiroid.
- Riwayat depresi, penyakit mental, dan alkoholik, baik pada diri ibu maupun pada dalam keluarga
- Karakter pribadi seperti harga diri rendah ataupun ketidakdewasaan
- Marital dysfunction ataupun ketidakmampuan membina hubungan dengan orang lain yang mengakibatkan kurangnya support system
- Marah dengan kehamilannya (unwanted pregnancy)
- Merasa terisolasi
- Kelemahan, gangguan tidur, ketakutan terhadap masalh keuangan keluarga, dan melahirkan anak dengan kecacatan atau penyakit
Beberapa intervensi berikut dapat
membantu seseorang wanita terbebas dari ancaman depresi setelah melahirkan
- Pelajari diri sendiri
- Tidur dan makan yang cukup
- Olahraga
- Hindari perubahan hidup sebelum atau sesudah melahirkan
- Beritahukan perasaan anda
- Dukungan keluarga dan orang lain di perlukan
- Persiapkan diri dengan baik
- Lakukan pekerjaan rumah tangga
- Dukungan emosional
- Dukungan kelompok depresi postpartum
Post partum blues
Postpartum blues merupakan
kesedihan atau kemurungan setelah melahirkan, biasanya hanya muncul sementara
waktu yakni sekitar dua hari hingga dua minggu sejak kelahiran bayi. Beberapa
penyesuaian dibutuhkan oleh wanita dalam menghadapi aktivitas dan peran barunya
sebagai ibu pada minggu-minggu atau bulan-bulan pertama setelah melahirkan,
baik dari segi fisik maupun segi psikologis. Sebagian wanita berhasil
menyesuaikan diri dengan baik, tetapi sebagian lainnya tidak berhasil
menyesuaikan diri dan mengalami gangguan-gangguan psikologis, salah satunya
yang disebut Postpartum Blues.
Penyebab PostpartumBlues
Etiologi atau penyebab pasti terjadinya postpartum blues sampai saat ini belum diketahui. Namun, banyak faktor yang diduga berperan terhadap terjadinya postpartum blues, antara lain:
Etiologi atau penyebab pasti terjadinya postpartum blues sampai saat ini belum diketahui. Namun, banyak faktor yang diduga berperan terhadap terjadinya postpartum blues, antara lain:
- Faktor hormonal yang berhubungan dengan perubahan kadar estrogen, progesteron, prolaktin dan estradiol. Penurunan kadar estrogen setelah melahirkan sangat berpengaruh pada gangguan emosional pascapartum karena estrogen memiliki efek supresi aktifitas enzim monoamine oksidase yaitu suatu enzim otak yang bekerja menginaktifasi noradrenalin dan serotonin yang berperan dalam perubahan mood dan kejadian depresi.
- Faktor demografi yaitu umur dan paritas.
- Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan.
- Latar belakang psikososial ibu
- Takut kehilangan bayinya atau kecewa dengan bayinya.
Gejala Postpartum
Blues
Gejala – gejala postpartum blues
tampak dari perubahan sikap seorang ibu yang baru melahirkan, antara lain:
mudah tersinggung (iritabilitas), menangis dengan tiba-tiba, cemas yang
berlebihan, mood yang labil, clouding of consciousness, gangguan selera makan,
merasa tidak bahagia, tidak mau bicara, mengalami gangguan tidur, tidak
bergairah khususnya terhadap hal-hal yang semula sangat diminatinya, sulit
berkonsentrasi dan membuat keputusan.
Kesedihan dan duka cita
Proses kehilangan menurut Klaus
dan kennel (1982) meliputi tahapan
- Shock (lupa peristiwa)
- Denial (menolak, ‘’apakah ini bayiku?’’)
- Depresi (menangis, sedih, ‘’kanapa saya?’’)
- Equilibrium dan acceptance (penurunan reaksi emosional, kadang menjadi kesedihan yang kronis)
- Reorganization(dukungan mutual antar orang tua)
- Respons terhadap bayi cacat yang mungkin muncul
- Fantasi anak normal vs kenyataan
- Shock, tidak percaya, menolak
- Frustasi, marah
- Menarik diri
Contoh kasus :
PERUBAHAN/KASUS
|
RESPON STRES
|
PENANGGULANGGAN
|
|
FISIK
|
^Adanya strechmark (garis-garis
putih di perut )
^adanya jahitan setelah
persalinan
^postur badan yang belum
kembali normal
^ASI keluar
|
Cemas, resah, tidak PD, minder,
sedih, kecewa, merasa tidak bahagia, sedih, labil, mudah marah, depresi,
frustasi
|
^konsultasi ke bidan bagaimana
caranya menghilangkan strechmark di perut
^melakukan apa yang dianjurkan
oleh bidan agar dapat menyembuhkan/menormalkan bekas-bekas persalinan
|
PSIKO-
LOGI
|
^Menjadi ibu yang sebenarnya
^harus memiliki rasa tanggung
jawab yang lebih tinggi terhadap anaknya
|
Takut , sedih, kecewa,
depresi, frustasi
|
^support dari
suami/keluarga,dampingi selalu
^pemberian pengarahan dari
bidan
|
2.3.5 Pada Masa
Menyusui
Masa menyusui terkadang menjadi
masa yang membuat stres ibu, banyak gangguan dan perubahan pada fisik dan
psikologi pada ibu yang menyusui,contohnya pada payudara menjadi besar, keras
dan menghitam di sekitar puting susu, ini menandakan dimulainya proses
menyusui. Segera menyusui bayi sesaat setelah lahir (walaupun ASI belum keluar)
dapat mencegah perdarahan dan merangsang produksi ASI. Pada hari ke 2 hingga ke
3 akan diproduksi kolostrum atau susu jolong yaitu ASI berwarna kuning keruh
yang kaya akan anti body, dan protein, sebagian ibu membuangnya karena dianggap
kotor, sebaliknya justru ASI ini sangat bagus untuk bayi.
Contoh kasus :
PERUBAHAN/KASUS
|
REAKSI STRES
|
PENANGGULANGAN
|
|
FISIK
|
^pembesaran payudara
Dan terkadang terasa sakit
^ASI tidak keluar
|
Menggerutu, sedih, resah, cemas
|
^adanya penjelasan dari bidan
tentang seluk beluk menyusui
^menyadari bahwa menyusui bayi
kita adalah salah satu hal mengurangi rasa sakit pada payudara
|
PSIKO-
LOGI
|
^harus menyusui anaknya
|
^takut dan cemas akan
payudara turun sehingga tidak ingin menyusui anaknya,
^malas karena timbulnya rasa
sakit pada payudara
|
^suami selalu mendampingi agar
si ibu merasa nyaman
^ adanya penjelasan dari bidan
tentang seluk beluk menyusui
^menyakini bahwa menyusui anak
itu suatu yang sangat membahagiakan bagi si ibu
|
2.3.6 Pada Masa Menopause/Klimaksterium
Selama menopause, wanita
menghadapi perubahan-perubahan psikososial dalam hal konsep diri, transisi
karir (pekerjaan), seksualitas dan keluarga. Perubahan-perubahan ini dapat
menimbulkan stress yang dapat mempengaruhi kesehatan mereka (Potter &
Perry, 1992). Namun demikian, stress tidak hanya menimbulkan dampak negatif,
tetapi juga dampak positif. Apakah dampak itu positif atau negatif tergantung
pada bagaimana seorang wanita menopause memandang dan mengendalikannya
(Kuntjoro, 2002). Selain itu, apakah wanita menganggap menopause sebagai bagian
dari suatu kehidupan yang wajar dan harus dialami sebagai sesuatu yang
menandakan masa kehidupan yang baru dan lebih baik, maka gejala-gejala yang
berkaitan dengan menopause tidak akan terlalu berat dan tidak akan menimbulkan
kekacauan dalam keluarga (Gunarsa, 2002).
Masa menopause sering bertepatan
dengan keadaan menegangkan dalam kehidupan wanita seperti merawat orang tua
lanjut usia, memasuki masa pensiun, anak meninggalkan rumah. Ketegangan ini
dapat menimbulkan gejala fisik dan Wanita menopause akan mengalami kestabilan
emosi. Jika mereka mudah beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi
pada masa menopause. Apabila seorang wanita tidak siap mental menghadapi masa
menopause dan lingkungan psikososial tidak memberi dukungan yang positif, maka
akan berakibat tidak baik terhadap kesehatan wanita menopause tersebut
(Maspaitela, 2004).
Contoh Kasus :
PERUBAHAN/KASUS
|
RESPON STRES
|
PENANGGULANGAN
|
|
FISIK
|
^terhentinya proses menstruasi
^daya tahan tubuh melemah sehingga rentan terserang penyakit Haid tidak teratur, Hot flushes (semburan panas di daerah dada dan leher yang menyebar ke wajah sampai kulit kepala), berkeringat di malam hari, Jantung berdebar-debar, Sakit kepala/ migren, Vertigo, Imsomnia, Nyeri sendi dan otot, Cepat lelah, ^Akibat jangka panjang pada wanita menopause ini adalah osteoporosis, penyakit jantung koroner, stroke dan kepikunan. |
Minder untuk melakukan suatu
kegiatan karena keterbatasan(usia yang sudah renta)
|
^lebih merawat diri untuk
meminimalisir rasa ketidakpercayaan diri
^olahraga ringan rutin, seperti
jalan santai dipagi hari
|
PSIKO-
LOGI |
^labil (emotional)
^melemahnya daya ingat
^Gairah seks menurun
^Sampai perubahan emosi
seperti; cemas, depresi dan mudah tersinggung
|
Mudah tersinggung, ingin
diperhatikan,
|
^keluarga dan bidan memberi
pengertian bahwa menopause adalah hal yang fisiologis dan akan dialami oleh
semua wanita.
|
2.4
Mekanisme Koping
2.4.1 Pengertian Koping
Mekanisme koping adalah cara yang
dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan
perubahan, serta respon terhadap situasi yang mengancam (Keliat, 1999).
Sedangkan menurut Lazarus (1985),
koping adalah perubahan kognitif dan perilaku secara konstan dalam upaya untuk
mengatasi tuntutan internal dan atau eksternal khusus yang melelahkan atau
melebihi sumber individu.
Berdasarkan kedua definisi maka
yang dimaksud mekanisme koping adalah cara yang digunakan individu dalam
menyelesaikan masalah, mengatasi perubahan yang terjadi dan situasi yang
mengancam baik secara kognitif maupun perilaku.
2.4.2
Penggolongan Mekanisme Koping
Mekanisme koping berdasarkan
penggolongannya dibagi menjadi 2 (dua) (Stuart dan Sundeen, 1995) yaitu :
1. Mekanisme koping adiptif
1. Mekanisme koping adiptif
adalah mekanisme koping yang
mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar dan mencapai tujuan.
Kategorinya adalah berbicara dengan orang lain, memecahkan masalah secara
efektif, teknik relaksasi, latihan seimbang dan aktivitas konstruktif.
2. Mekanisme koping maladaptif
Adalah mekanisme koping yang
menghambat fungsi integrasi, memecah pertumbuhan, menurunkan otonomi dan
cenderung menguasai lingkungan.
Kategorinya adalah makan berlebihan / tidak makan, bekerja berlebihan, menghindar.
Kategorinya adalah makan berlebihan / tidak makan, bekerja berlebihan, menghindar.
Koping dapat dikaji melalui
berbagai aspek, salah satunya adalah aspek psikososial (Lazarus dan Folkman,
1985; Stuart dan Sundeen, 1995; Townsend, 1996; Herawati, 1999; Keliat, 1999)
yaitu :
A. Reaksi Orientasi Tugas
A. Reaksi Orientasi Tugas
Berorientasi terhadap tindakan
untuk memenuhi tuntutan dari situasi stress secara realistis, dapat berupa
konstruktif atau destruktif. Misal :
1. Perilaku menyerang (agresif) biasanya
untuk menghilangkan atau
Mengatasi rintangan untuk
memuaskan kebutuhan.
2. Perilaku menarik diri digunakan untuk menghilangkan sumber
2. Perilaku menarik diri digunakan untuk menghilangkan sumber
sumberancaman baik secara fisik
atau psikologis.
- Perilaku kompromi digunakan untuk merubah cara melakukan, merubah tujuan atau memuaskan aspek kebutuhan pribadi seseorang.
B. Mekanisme pertahanan
ego, yang sering disebut sebagai mekanisme pertahanan mental. Adapun
mekanisme pertahanan ego adalah sebagai berikut :
- Kompensasi
Proses dimana seseorang memperbaiki penurunan citra diri dengan secara tegas menonjolkan keistimewaan/kelebihan yang dimilikinya. - Penyangkalan
(denial)
Menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas dengan mengingkari realitas tersebut. Mekanisme pertahanan ini adalah paling sederhana dan primitif. - Pemindahan(displacement)
Pengalihan emosi yang semula ditujukan pada seseorang/benda lain yang biasanya netral atau lebih sedikit mengancam dirinya. - Disosiasi
Pemisahan suatu kelompok proses mental atau perilaku dari kesadaran atau identitasnya. - Identifikasi(identification)
Proses dimana seseorang untuk menjadi seseorang yang ia kagumi berupaya dengan mengambil/menirukan pikiran-pikiran, perilaku dan selera orang tersebut. - Intelektualisasi(intelectualization)
Pengguna logika dan alasan yang berlebihan untuk menghindari pengalaman yang mengganggu perasaannya. - Introjeksi
(Introjection)
Suatu jenis identifikasi yang kuat dimana seseorang mengambil dan melebur nilai-nilai dan kualitas seseorang atau suatu kelompok ke dalam struktur egonya sendiri, merupakan hati nurani. - Isolasi
Pemisahan unsur emosional dari suatu pikiran yang mengganggu dapat bersifat sementara atau berjangka lama. - Proyeksi
Pengalihan buah pikiran atau impuls pada diri sendiri kepada orang lain terutama keinginan, perasaan emosional dan motivasi yang tidak dapat ditoleransi. - Rasionalisasi
Mengemukakan penjelasan yang tampak logis dan dapat diterima masyarakat untuk menghalalkan/membenarkan impuls, perasaan, perilaku, dan motif yang tidak dapat diterima. - Reaksi formasi
Pengembangan sikap dan pola perilaku yang ia sadari, yang bertentangan dengan apa yang sebenarnya ia rasakan atau ingin lakukan. - Regresi
Kemunduran akibat stres terhadap perilaku dan merupakan ciri khas dari suatu taraf perkembangan yang lebih dini - Represi
Pengesampingan secara tidak sadar tentang pikiran, impuls atau ingatan yang menyakitkan atau bertentangan, dari kesadaran seseorang; merupakan pertahanan ego yang primer yang cenderung diperkuat oleh mekanisme lain. - Pemisahan(splitting)
Sikap mengelompokkan orang / keadaan hanya sebagai semuanya baik atau semuanya buruk; kegagalan untuk memadukan nilai-nilai positif dan negatif di dalam diri sendiri. - Sublimasi
Penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia artinya dimata masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami halangan dalam penyalurannya secara normal. - Supresi
Suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme pertahanan tetapi sebetulnya merupakan analog represi yang disadari; pengesampingan yang disengaja tentang suatu bahan dari kesadaran seseorang; kadang-kadang dapat mengarah pada represi yang berikutnya. - Undoing
Tindakan/ perilaku atau komunikasi yang menghapuskan sebagian dari tindakan/ perilaku atau komunikasi sebelumnya; merupakan mekanisme pertahanan primitif
2.5
Perbedaan Stres dan Gangguan Jiwa
- Stres adalah pola adaptasi umum dan pola reaksi menghadapi stresor, yang dapat berasal dari dalam di individu maupun dari lingkungannya. Bila proses adaptasi berhasil dan stresor yang dihadapi dapat diatasi secara memadai, maka tidak akan timbul stres. Baru bila gagal dan terjadi ketidakmampuan, timbullah stres. Menurut Hans Selye: Stres tidak selalu merupakan hal yang negatif. Hanya bila individu menjadi terganggu dan kewalahan serta menimbulkan distres, barulah stres itu merupakan hal yang merugikan, sedangkan,
- Gangguan jiwa adalah sindrom atau pola psikologis atau perilaku yang penting secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan adanya distress (misalnya nyeri) atau disabilitas (yaitu kerusakan pada satu atau lebih area fungsi yang penting) atau disertai dengan peningkatan resiko kematian yang menyakitkan, nyeri, disabilitas, atau sangat kehilangan kebebasan (American Psychiatric Association 1994 ).Sehingga dapat disimpulkan bahwa stress adalah salah satu sebab yang menyebabkan terjadinya gangguan jiwa, dan gangguan jiwa adalah akibat yang ditimbulkan oleh stress itu sendiri.
- Gangguan jiwa adalah GANGGUAN
KESEIMBANGAN NEUROTRANSMITTER di otak (Neurotransmitter adalah hormone
yang dibuat dalam otak di SISTEM LIMBIK)
Sistem Limbik (atau otak Paleomammalian) ada satu set struktur otak termasuk hipokampus, amigdala, nukleus thalamic anterior, septum, korteks limbik dan forniks, yang tampaknya mendukung berbagai fungsi termasuk emosi, perilaku, memori jangka panjang, dan penciuman.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Setiap individu pasti pernah mengalami stres dan Manusia juga haruslah mampu
dan pandai beradaptasi terutama pada wanita. Karena wanita sangat rentan dan
mudah mengalami stres.Dari masa remaja, pranikah, kehamilan, melahirkan, nifas
menyusui dan menopuse.
Stres adalah gangguan pada tubuh
dan pikiran akibat tekanan, perubahan, ketegangan, emosi dan lain-lain yang
menimbulkan dampak pada fisik dan psikologi seseorang. Sedangkan Adaptasi
adalah penyesuaian diri, dapat menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan
sekitar dengan harapan mengatasi kesulitan dan hambatan dari persoalan yang ada
karena perbedaan dari kebiasaan.
Gangguan jiwa adalah sindrom atau
pola psikologis atau perilaku yang penting secara klinis yang terjadi pada
seseorang dan dikaitkan dengan adanya distress (misalnya nyeri) atau
disabilitas (yaitu kerusakan pada satu atau lebih area fungsi yang penting)
atau disertai dengan peningkatan resiko kematian yang menyakitkan, nyeri,
disabilitas, atau sangat kehilangan kebebasan (American Psychiatric Association
1994 ).Sehingga dapat disimpulkan bahwa stress adalah salah satu sebab yang
menyebabkan terjadinya gangguan jiwa, dan gangguan jiwa adalah akibat yang
ditimbulkan oleh stress itu sendiri.
3.2 Daftar
Pustaka
- http://www.berbagimanfaat.com/2011/09/mekanisme-dan-respon-tubuh-terhadap.html
(diakses pada tanggal 27 Oktober 2012 pada pukul 09.25 WIB)
http://kaskus-forum.blogspot.com/2011/11/gangguan-jiwa-depresi-berawal-dari.html(diakses
pada tanggal 27 Oktober 2012 pada pukul 09.30 WIB)
http://medic-care.blogspot.com/2008/10/mekanisme-koping.html(diakses
pada tanggal 27 Oktober 2012 pada pukul 09.45 WIB)
http://keluargacemara.com/psikologi/stres-dan-penanggulangannya.html
(diakses pada tanggal 27 Oktober 2012 pada pukul 09.25 WIB);
Hawari Dadang 2001;Heerdjan Soeharto 198 ; Maramis, 1999; Cornelli Vincent; Brecht Grant 2000;Desminiarti Sri Kusmiati 1990; W.A.Gerungan 1996; Potter & Perry, 1992; Kuntjoro, 2002; Gunarsa, 2002; Maspaitela, 2004; Keliat, 1999; Lazarus,1985; Stuart dan Sundeen,1995; Folkman, 1985; Townsend, 1996;
Post a Comment for " "