PENANGANAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pelayanan
kesehatan maternal dan neonatal merupakan salah satu unsur
penentu status kesehatan. Pelayanan kesehatan neonatal dimulai sebelum bayi
dilahirkan, melalui pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu hamil.
Pertumbuhan dan perkembangan bayi periode neonatal merupakan periode
yang paling kritis karena dapat menyebabkan kesakitan dan kematian bayi
(Salim,2012).
Setiap
tahun diperkirakan 4 juta bayi meninggal pada bulan pertama kehidupannya dan
dua pertiganya meninggal pada minggu pertama. Penyebab utama kematian pada
minggu pertama kehidupan adalah komplikasi kehamilan dan persalinan seperti
asfiksia, sepsis dan komplikasi berat bayi lahir rendah (BBLR). Kurang lebih
98% kematian ini terjadi di negara berkembang dan sebagian besar kematian ini
dapat dicegah dengan pencegahan dini dan pengobatan yang tepat (Maryanti,2011).
Berdasarkan
data World Health Organization (WHO), setiap tahunnya kira-kira 3% (3,6
juta) dari 120 juta bayi baru lahir di dunia mengalami asfiksia, hampir satu
juta bayi ini meninggal. Survei WHO tahun 2002 dan 2004 menyebutkan bahwa
sekitar 23% seluruh kematian neonatal disebabkan oleh asfiksia dengan
proporsi lahir mati yang lebih besar.(Salim,2012)
Angka
Kematian Bayi di Indonesia masih tinggi dibandingkan dengan negara ASEAN
lainnya. Angka Kematian Neonatus (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka
Kematian Balita (AKABA) merupakan beberapa indikator status kesehatan
masyarakat. Menurut data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, AKB
34 per 1.000 kelahiran hidup, AKN 19 per 1.000 kelahiran hidup, AKABA 44 per
1.000 kelahiran hidup (Fadila,2012).
Angka
kematian bayi ini sebanyak 47% meninggal pada masa neonatal, setiap lima
menit terdapat satu neonatus yang meninggal. Adapun penyebab kematian bayi baru
lahir di Indonesia, salah satunya asfiksia yaitu sebesar 27% yang merupakan
penyebab ke-2 kematian bayi baru lahir setelah bayi berat lahir rendah (BBLR)
(Salim,2012).
Di
Sumatera Utara sendiri AKB pada tahun 2007 mencapai 14 per 1000 kelahiran
hidup, selanjutnya pada tahun 2008 mencapai 18 per 1000 kelahiran hidup, tahun
2009 sebanyak 19 per 1000 kelahiran hidup. Sedangkan pada tahun 2010 mencapai
22 per 1000 kelahiran hidup (Fadila,2012).
Neonatus
normal merupakan neonatus yang lahir dari kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu
dan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan 4000 gram (Fadila,2012).
Asfiksia
merupakan keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan
dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan
mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan
gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang
mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan (Asuhan
Persalinan Normal, 2007).
Dalam mengantisipasi tingkat kebutuhan masyarakat yang
semakin bermutu terhadap pelayanan kebidanan, perubahan-perubahan yang cepat
dalam pemerintahan maupun dalam masyarakat dan perkembangan IPTEK serta
persaingan yang ketat di era global ini diperlukan tenaga kesehatan khususnya
tenaga bidan yang berkualitas baik tingkat pengetahuan, keterampilan dan sikap
profesionalisme (IBI,2007).
Pencapaian kemampuan bidan sesuai dengan Permenkes
572/1996 tidaklah mudah, karena kewenangan yang diberikan oleh Departemen
Kesehatan ini mengandung tuntutan akan kemampuan bidan sebagai tenaga
profesional dan mandiri. Pencapaian kemampuan tersebut dapat diawali dari
institusi pendidikan yang berpedoman kepada kompetensi inti bidan dan melalui
institusi pelayanan dengan meningkatkan kemampuan bidan sesuai dengan kebutuhan
(IBI,2007).
Dalam upaya pengadaan tenaga bidan yang profesional
sesuai dengan kewenangan yang tertuang dalam Kepmenkes No 900 tahun 2002,
diperlukan fokus dan kompetensi pendidikan yang diaplikasikan pada masa studi.
Kompetensi yang diharapkan dikuasai oleh mahasiswa adalah mampu melaksanakan
asuhan kebidanan pada kasus fisiologis secara komprehensif dan mampu
melaksanakan asuhan kebidanan patologi dan kegawatdaruratan (Sujianti,2010).
Pengetahuan merupakan hasil atau dan dini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap satu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui
panca indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba sehingga
sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Jadi
pengetahuan merupakan hasil pengindraan kita(Notoadmojo, 2007).
Keterampilan merupakan hal-hal atau langkah-langkah
yang kita kuasai karena kita melatih atau melakukannya secara terus-menerus (Gozali,2009).
Antara teori dan praktek pendidikan merupakan dua hal
yang tidak dapat dipisahkan, yang memiliki hubungan komplementer, yang saling
mengisi satu sama lainnya (Salam,2011).
Berdasarkan survey awal yang dilakukan pada bulan juni
2012 di Akademi Kebidanan Nusantara 2000 Medan, dari 10 mahasiswa yang di
wawancara tentang asuhan neonatus pengetahuannya masih kurang baik begitu juga
dengan pengetahuan tentang penanganan asfiksia, dan dari hasil belajar asuhan
neonatus yang mendapatkan nilai “A” hanya sebesar 12,7% dari seluruh mahasiswa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Asuhan Neonatus
2.1.1 Defenisi
Neonatus
Neonatus
normal adalah neonatus yang lahir dari kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan
berat badan lahir 2500 gram sampai dengan 4000 gram (Fadila,2012).
Bayi
baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala
melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai
dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai Apgar >7 dan
tanpa cacat bawaan (Rukiyah,2010).
Bayi
baru lahir adalah bayi yang baru lahir dengan usia kehamilan atau masa
gestasinya dinyatakan cukup bulan (aterm) yaitu 36 – 40 minggu. Bayi baru lahir
harus menjalani proses adaptasi dari kehidupan didalam rahim (intrauterin) ke
kehidupan di luar rahim (ekstrauterin) (Fadila,2012).
Masa bayi baru lahir (
neonatal) adalah masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu (28 hari) sesudah
kelahiran (Fadila,2012).
2.1.2 Asuhan Segera
Bayi Baru Lahir
Asuhan
segera bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir selama
satu jam pertama setelah kelahiran. Sebagian besar BBL akan menunjukkan usaha
pernafasan spontan dengan sedikit bantuan/gangguan. Asuhan segera BBL meliputi
:
a. Membersihkan jalan nafas
-
Sambil menilai pernafasan secara
cepat, letakkan bayi dengan handuk diatas perut ibu.
-
Bersihkan darah/lendir dari wajah
bayi dengan kain bersih dan kering/kassa.
-
Periksa ulang pernafasan.
-
Bayi akan segera menangis dalam
waktu 30 detik pertama setelah lahir.
b. Perawatan tali pusat.
Setelah plasenta lahir dan kondisi ibu stabil, ikat atau jepit tali
pusat,Caranya :
- Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan
kedalam klorin 0,5% untuk membersihkan darah dan sekresi tubuh lainnya.
- Bilas tangan dengan air matang/ Desinfeksi Tingkat
Tinggi (DTT).
- Keringkan tangan ( bersarung tangan).
- Letakkan bayi yang terbungkus diatas permukaan yang
bersih dan hangat.
- Ikat ujung tali pusat sekitar 1cm dari pusat dengan
menggunakan benang DTT. Lakukan simpul kunci/jepitkan.
- Jika menggunakan benang tali pusat, lingkarkan benang
sekeliling ujung tali pusat dan lakukan pengikatan kedua dengan simpul kunci
pada sisi yang berlawanan.
- Lepaskan klem pejepit dan letakkan didalam larutan
klorin 0,5%.
- Selimuti bayi dengan kain bersih dan kering, pastikan
bahwa bagian kepala bayi tertutup.
c.
Mempertahankan suhu tubuh
- Keringkan bayi secara seksama.
- Selimuti bayi dengan selimut / kain bersih,kering dan
hangat.
- Tutup bagian kepala bayi.
- Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya.
- Lakukan penimbangan setelah bayi menggunakan pakaian.
- Tempatkan bayi dilingkungan yang hangat.
d.
Pencegahan infeksi
- Memberikan obat tetes mata/salep.
- Cuci tangan sebelum dan setelah kontak dengan bayi.
- Pastikan semua peralatan dalam keadaan bersih.
2.1.3 Defenisi
Asfiksia Neonatorum
Asfiksia
neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara
spontan dan teratur setelah lahir (Winkjosastro,2007).
Asfiksia
neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan teratur
,sehingga dapat menurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2
yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut (Manuaba,1998).
Asfiksia
adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan
teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami
asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan
kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi
kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan (Asuhan Persalinan Normal,
2007).
2.1.4 Diagnosis
Asfiksia Neonatorum
Asfiksia
yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari anoksia / hipoksia
janin. Diagnosis anoksia / hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan dengan
ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Hal yang perlu mendapat perhatian yaitu :
-
Denyut jantung janin
Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak
banyak artinya, akan tetapi apabila frekuensi turun sampai ke bawah 100 kali
per menit di luar his, dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal itu merupakan
tanda bahaya.
-
Mekonium dalam air ketuban
Mekonium pada presentasi sungsang tidak ada artinya,
akan tetapi pada presentasi kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenisasi
dan harus diwaspadai. Adanya mekonium dalam air ketuban pada presentasi kepala
dapat merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan bila hal itu dapat
dilakukan dengan mudah.
-
Pemeriksaan pH darah janin
Dengan menggunakan
amnioskop yang dimasukkan lewat serviks dibuat sayatan kecil pada kulit kepala janin,
dan diambil contoh darah janin. Darah ini diperiksa pH-nya. Adanya asidosis
menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu turun sampai di bawah 7,2 hal itu
dianggap sebagai tanda bahaya gawat janin mungkin disertai asfiksia.
2.1.5 Penilaian
Apgar Skor
Tabel 2.1 Penilaian Apgar Skor
Skor
|
0
|
1
|
2
|
Appearence (warna kulit)
|
Pucat
|
Badan merah,
ekstremitas biru
|
Seluruh tubuh
kemerah-merahan
|
Pulse (frekuensi
jantung)
|
Tidak ada
|
<100x/menit
|
>100x/menit
|
Grimace (reaksi terhadap
rangsangan)
|
Tidak ada
|
Sedikit gerakan
mimik
|
Menangis,
batuk/bersin
|
Activity (tonus oto)
|
Lumpuh
|
Ekstremitas dalam
fleksi sedikit
|
Gerakan aktif
|
Respiration (usaha nafas)
|
Tidak ada
|
Lemah, tidak
teratur
|
Menangis kuat
|
Klasifikasi klinik
nilai apgar :
-
Asfiksia berat (nilai apgar 0-3).
Memerlukan resusitasi segera secara aktif, dan
pemberian oksigen terkendali. Karena selalu disertai asidosis, maka perlu
diberikan natrikus bikarbonas 7,5% dengan dosis 2,4ml /kg BB, dan cairan
glukosa 40% 1-2ml/kg BB, diberikan via vena umbilikus.
-
Asfiksia ringan sedang (nilai
apgar 4-6).
Memerlukan resusitasi dan pemberian oksigen sampai
bayi dapat bernafas normal kembali.
-
Bayi normal atau sedikit asfiksia
(nilai apgar 7-9).
-
Bayi normal dengan nilai apgar 10
(Mochtar,1998).
2.1.6 Persiapan
Alat Resusitasi
Sebelum
menolong persalinan, selain persalinan, siapkan juga alat-alat resusitasi dalam
keadaan siap pakai, yaitu :
- 2 helai kain / handuk.
- Bahan ganjal bahu bayi. Bahan ganjal dapat berupa kain, kaos, selendang, handuk kecil, digulung setinggi 5 cm dan mudah disesuaikan untuk mengatur posisi kepala bayi.
- Alat penghisap lendir Dee Lee atau bola karet.
- Tabung dan sungkup atau balon dan sungkup neonatal.
- Kotak alat resusitasi.
- Jam atau pencatat waktu (Wiknjosastro, 2007).
2.1.7 Penanganan
Asfiksia pada Bayi Baru Lahir
Penanganan
asfiksia ringan :
1. Nilai keadaan bayi.
2. Mencuci tangan pada air mengalir dan memakai sarung
tangan steril.
3. Mencegah kehilangan panas pada bayi dengan cara
mengeringkan tubuh bayi dan membungkus bayi dengan kain yang bersih dan kering
kecuali muka dan dada.
4. Mengatur posisi bayi sedikit ekstensi dengan mengganjal
bahu bayi dengan kain.
5. Membersihkan jalan nafas dengan mengisap lendir
menggunakan Dee-Lee, masukkan Dee-Lee 3-5 cm pada bagian mulut dan 2-3 cm pada
bagian hidung.
6. Berikan asuhan bayi baru lahir normal.
Penanganan
asfiksia sedang :
1. Nilai keadaan bayi.
2. Mencuci tangan pada air mengalir dan memakai sarung
tangan steril.
3. Mencegah kehilangan panas pada bayi dengan cara
mengeringkan tubuh bayi dan membungkus bayi dengan kain yang bersih dan kering
kecuali muka dan dada.
4. Mengatur posisi bayi sedikit ekstensi dengan
mengganjal bahu bayi dengan kain.
5. Membersihkan jalan nafas dengan mengisap lendir
menggunakan Dee-Lee, masukkan Dee-Lee 3-5 cm pada bagian mulut dan 2-3 cm pada
bagian hidung.
6. Nilai keadaan bayi.
7. Berikan rangsangan taktil dengan cara menggosok
punggung bayi dan menepuk telapak kaki bayi.
8. Berikan oksigen 1-2 liter/menit.
9. Nilai kembali keadaan bayi.
10. Berikan asuhan bayi baru lahir normal.
Penanganan
asfiksia berat :
1.
Nilai keadaan bayi.
2.
Mencuci tangan pada air mengalir
dan memakai sarung tangan steril.
3.
Mencegah kehilangan panas pada
bayi dengan cara mengeringkan tubuh bayi dan membungkus bayi dengan kain yang
bersih dan kering kecuali muka dan dada.
4.
Mengatur posisi bayi sedikit
ekstensi dengan mengganjal bahu bayi dengan kain.
5.
Membersihkan jalan nafas dengan
mengisap lendir menggunakan Dee-Lee, masukkan Dee-Lee 3-5 cm pada bagian mulut
dan 2-3 cm pada bagian hidung.
6.
Nilai keadaan bayi.
7.
Berikan rangsangan taktil dengan
cara menggosok punggung bayi dan menepuk telapak kaki bayi.
8.
Berikan oksigen 1-2 liter/menit.
9.
Nilai kembali keadaan bayi.
10. Periksa alat – alat resusitasi.
11. Atur kembali posisi bayi.
12. Pasang sungkup menutupi dagu, hidung dan mulut.
13. Tekan balon ambubag. Lakukan sebanyak 2x dan periksa
gerakan dinding dada.
14. Lanjutkan ventilasi sebanyak 20x/30 detik.
15. Nilai frekuensi pernafasan bayi dan warna kulit bayi.
16. Lakukan ventilasi selama 2-3 menit, jika belum membaik
lakukan perujukan.
17. Jika setelah 20 menit dilakukan ventilasi keadaan bayi
belum membaik hentikan ventilasi (Purnamaningrum,2010).
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,Suharsimi. 2010. Prosedur penelitian suatu
pendekatan praktik. Jakarta : Rineka cipta.
Budiarto,Eko. 2001. Biostatistika untuk kedokteran dan
kesehatan masyarakat. Jakarta : EGC.
Fadila,Atika. 2012. Karya Tulis Ilmiah : perawatan bayi
baru lahir menurut persepsi suku jawa.
Gozali,Tri. 2009. Antara bakat pengetahuan dan
keterampilan.
http//gozalionline.blogspot.com/2009/03/antara-bakat-pengetahuan-dan
html.Diakses pada tanggal 18-06-2012.Pukul 22.55wib.
Hidayat. 2009. Metode Penelitian kebidanan dan Teknik
Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika.
JNPK-KR/POGI. 2007. Asuhan persalinan Normal. Jakarta :
Ed.3 (Revisi).
Maryanti,Dwi.dkk. 2011. Buku ajar neonatus bayi dan balita.
Jakarta : Trans info media.
Notoatmodjo,Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat ilmu dan
seni. Jakarta : Rineka Cipta.
__________________.2010. Metodologi Penelitian Kesehatan.
Jakarta : Rineka Cipta.
Purnamaningrum. 2010. Penyakit Pada Neonatus,Bayi dan
Balita. Yogyakarta : Fitramaya.
Rukiyah,A dan Yulianti,L. 2010. Asuhan neonatus bayi dan
anak balita. Jakarta : Trans info media.
Salam,Burhanuddin. 2011. Pengantar pedadogik. Jakarta :
Rineka Cipta.
Salim. 2012. pengaruh karakteristik individu motivasi
terhadap kompetensi bidan dalam manajemen asfiksia bayi baru lahir. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30984/4/Chapter%201.pdf.html.
Diakses pada tanggal 12-06-2012.Pukul 12.20wib.
Sofyan,Mustika.dkk. 2007. Bidan menyongsong masa depan.
Jakarta : Ikatan Bidan Indonesia.
Sujianti dan Kusumawati,D. Panduan Praktek Klinik
Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika.
Suprastyo. 2011. pengertian keterampilan/macam-macam
keterampilan. http//kangmr.blogspot.com/2011/08/pengertian-keterampilan
macam-macam.html.Diakses pada tanggal 18-06-2012.Pukul 21.04wib.
Uno,H,B. 2010. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta :
Bumi Aksara.
Winkjosastro,Hanifa.2007. Buku panduan praktis pelayanan
kesehatan maternal dan neonatal.Jakarta:YBPSP.