MAKALAH TENTANG PEMBERIAN SUNTIKAN VITAMIN K PADA BAYI BARU LAHIR
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sebagai bidan, dibutuhkan informasi yang siap sedia yang dapat membantu
memberikan asuhan kebidanan kepada ibu-ibu dalam berbagai situasi intrapartum.
Selain itu tugas bidan juga mencakup asuhan pada remaja, ibu hamil, ibu
bersalin, ibu nifas dan bayi, balita dan anak serta wanita menopause. Dalam
makalah ini kami mengangkat tema asuhan pada bayi baru lahir yang mencakup
obat-obat yang dibutuhkan pada bayi baru lahir khususnya vitamin K. Di
Indonesia banyak yang mengalami pendarahan pasca persalinan pada bayi baru
lahir. Hal ini disebabkan karena sedikitnya kadar vitamin K dalam tubuh bayi
baru lahir. Sedangkan salah satu fungsi vitamin K adalah sebagai taktor pembeku
darah (Endriani, 2009).
Indonesia sebagai nagara berkembang, mempunyai angka kematian bayi (AKB)
41,4 per 1.000 kelahiran hidup (tahun 1997) yang diproyesikan akan menjadi 18
per 1.000 kelahiran hidup (tahun 2025), sehingga perlu upaya yang keras dalam
mencapai sasaran tersebut. Salah satu upaya menurunkan AKB adalah dengan
mencegah terjadi pendarahan otak pada bayi baru lahir sebagai akibat kekurangan
Vitamin K (WHO, 2008).
Dibeberapa Negara Asia angka kesakitan bayi karena perdarahan akibat
defisiensi Vitamin K (PDVK) berkisar 1 : 1.200 sampai 1 : 1.400 kelahiran hidup
(Thailand).Angka tersebut dapat turun menjadi 10 : 100.000 kelahiran hidup
dengan pemberian 1,2 profilaksin vitamin K pada bayi baru lahir. Permasalahan
akibat PDVK adalah terjadinya pendarahan otak dengan angka kematian 10-50 %
yang umumnya terjadi pada bayi dalam rentang umur 2 minggu-6 bulan, dengan akibat
angka kecacatan 30-50%. Data PDVK secara nasional di Indonesia belum tersedia.
Sedangkan data dari bagian ilmu kesehatan anak FKUI RSCM (tahun 1990-2000).
Menunjukkan terdapatnya 21 kasus (18%) diantaranya mengalami komplikasi
pendarahan intracranial (catatan medis IKA RSCM 2000). Terdapat berbagai
penyebab terjadinya PDVK pada bayi, antara lain rendahnya kandungan Vitamin K
pada air susu ibu (ASI) serta belum sempurnanya fungsi hati pada bayi baru
lahir terutama bayi kurang bulan, oleh karena itu dibutuhkan suatu kebijakan
nasional penambahan Vitamin K. pada bayi guna menunjang program pemberian ASI
Ekslusif di Indonesia dalam rangka menurunkan angka kesakitan dan kematian
bayi baru lahir (WHO, 2008).
Defisiensi vitamin K jarang terjadi setelah masa neonatus, meskipun
penyakit pendarahan “lambat” telah dilaporkan pada bayi yang mendapat ASI.
Malabsorsi intestinal lemak dan penggunaan antibiotika spectrum yang lama dapat
menyebabkan defisiensi vitamin K : kistik fibrosis dan atresia biliaris mungkin
dikomplikasi dengan gangguan kompleks protombin. Pemakaian profilaksis vitamin
K yang larut dalam air secara oral terindikasi pada keadaan ini (2-3 mg/ 24 jam
untuk anak, 5-10 mg/ 24 jam untuk remaja dan dewasa). Pada penderita dengan
penyakit hati lanjut sintesis factor kompleks protombin mungkin terganggu oleh
kerusakan hepatoseluler, sehingga terapi vitamin K sering tidak efektif untuk
mengoreksi kelainan tersebut pada individu ini, antikogulan yang berkaitan
bergantung pada gangguan pada vitamin K dan pembentukan factor II, VII dan X..
Vitamin K antidorum yang spesifik. (Samson, 2000).
Kejadian pendarahan karena defisiensi vitamin K pada bayi baru lahir
dilaporkan cukup tinggi berkisar 0,25-0,5%. Untuk mencegah terjadinya
pendarahan tersebut, semua bayi baru lahir normal dan cukup bulan perlu diberi
vitamin K peroral 1 mg/ hari selama 3 hari, sedangkan bayi resiko tinggi diberi
vitamin K parenteral dengan dosis 0,5-1 mg 1.M. Apabila bayi dilahirkan
ditempat bersalin yang persalinannya mungkin lebih dari satu persalinan, maka
sebuah alat pengenal yang efektif harus diberikan kepada setiap bayi baru lahir
tetap ditempatnya sampai waktu bayi dipulangkan. (Prawirohardjo, 2002).
Vitamin K merupakan vitamin yang larut dalam lemak yang berfungsi untuk
pembentukan prothrombin, factor II, VII, IX dan X yang harus tersedia pada
tubuh dalam jumlah yang cukup. Kekurangan vitamin K dapat menyebabkan
pendarahan dan metabolisme tulang yang tidak stabil. Vitamin ini tersedia dalam
sayur-sayuran hijau, daging dan hati (Hidayat ,2008).
Bayi baru lahir memiliki (adanya vitamin K yang sangat terbatas dan
bergantung pada susu ibu. Rendahnya vitamin K dalam darah dan hati serta
kurangnya zat tersebut pada ASI bisa menyebabkan bayi kekurangan vitamin K,
karena vitamin K berperan dalam proses pembekuan darah, bayi yang kekurangan
vitamin K ini mudah mengalami gangguan pendarahan yang disebut APCD (Acquired
Protombin Complex Deticiency) dan beresiko mengalami pendarahan otak. Di
negara-negara Asia Tenggara. Penyakit ini bisa menyebabkan kerusakan otak yang
membuat ia tak tumbuh normal dan tergantung seumur hidup pada orang tuanya.
(Anonymus, 2008).
Kecenderungan terjadinya pendarahan akibat gangguan proses koagulasiyang
disebabkan oleh kekurangan vitamin K atau dikenal dengan vitamin K. Deficiency
Bleeding (VKDB). Vitamin K diperlukan untuk sintesis prokoagulan factor II,VII
dan IX dan X (kompleks protombin) serta protein c dan s yang berperan
sebagaianti koagulan (menghambat proses pembekuan). Selainitu vitamin K
diperlukan untuk konversi factor pembekuan tidak aktif menjadi aktif. Angka kejadian VKDB berkisar antara 1 : 200
sampai 1 : 400 kelahiran bayi yang tidak mendapat vitamin K profilaksis. Di
Indonesia, data mengenai VKDB secara Nasional belum tersedia. Hingga tahun 2004
didapatkan 21 kasus di RSCM Jakarta, 6 kasus di RS Dr. Sardjito Yogyakarta dan
8 kasus di RSU Dr. Soetomo Surabaya. (Anonymus, 2009).
Menunjukkan adanya kekurangan vitamin K tetapi kadar prothrombin yang
rendah juga dapat disebabkan oleh obat antikoagulan atau kerusakan hati.
Biasanya diagnosa akan semakin kuat jika setelah penyuntikkan vitamin K
terdapat peningkatan kadar prothrombin dalam beberapa jam dan pendarahan
berhenti dala 3-6 jam. Jika penderita memiliki penyakit hati yang berat, hati
tidak mampu mensintesa factor pembekuan walaupun telah disuntikkan vitamin K,
pada kasus seperti ini diperlukan transfuse plasma untuk melengkapi
faktor-faktor pembekuan darah dapat dilihat pada air kemih atau tinja yang
paling serius adalah pendarahan kedalam otak yang bisa terjadi pada bayi baru
lahir. Bila dicurigai adanya vitamin K, dilakukan pemeriksaan arah untuk
mengukur kadar prothrombin. Salah satu factor pembekuan darah yang memerlukan
vitamin K kadar yang rendah (kurang dari 50% dari normal) (Affandi, 2006).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Bidan
Bidan adalah merupakan profesi yang diakui secara nasional maupun
internasional dengan sejumlah praktisi di seluruh dunia (IBI, 2001).
Bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan bidan
yang diakui oleh Negara serta memperoleh kualifikasi dan diberikan izin untuk
menjalankan praktek kebidanan di negeri itu (IBI, 2001).
Bidan Indonesia adalah seorang wanita yang telah mengikuti dan
menyelesaikan pendidikan bisan yang telah dilalui dan lulus ujian dengan
persyaratan yang berlaku jika melakukan praktek, tentang bersangkutan harus
mempunyai klasifikasi agar mendapatkan lisensi untuk praktek. (IBI, 2001).
Terkait dengan itu, pelayanan bidan adalah profesional yang merupakan
bagian dari pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu dalam kurun waktu
reproduksi dan bayi baru lahir. (IBI, 2003).
Bidan sebagai profesi memiliki ciri (IBI,2003) sebagai berikut :
a. Mengembangkan pelayanan yang unik kepada
masyarakat.
b. Anggota-anggotanya dipersiapkan melalui
suatu program pendidikan yang ditujukan untuk maksud profesi yang bersangkutan.
c. Memiliki serangkaian pengetahuan ilmiah.
d. Anggota-anggotanya bebas menjalankan tugas
profesinya sesuai dengan kode etik yang bersangkutan.
e. Anggota-anggotanya bebas mengambil
keputusan dalam menjalankan profesinya.
f. Anggota-anggotanya wajar menerima imbalan
jasa atas pelayanan yang diberikan.
Bidan dalam jabatan profesinya memiliki persyaratan (IBI,2001) sebagai
berikut :
a. Memberikan layanan kepada masyarakat yang
bersifat khusus special.
b.
Melalui jenjang
pendidikan.
c.
Mempunyai kewenangan
yang disahkan atau diberikan oleh pemerintah.
d.
Mempunyai peran dan fungsi
yang jelas dan teratur.
e.
Memiliki organisasi
profesi sebagai wadah.
f.
Memiliki kode etik.
g.
Memiliki etika
kebidanan.
h.
Memiliki kompetensi
yang jelas dan teratur.
i.
Memiliki standart
pelayanan.
j.
Memiliki standart
praktek.
k.
Memiliki standart
pendidikan yang mendasar dan mengembangkan profesi sesuai dengan kebutuhan
pelayanan.
l.
Memiliki standart
pendidikan berkelanjutan sebagai wahana pengembangan kompetensi.
2.2. Pengertian Vitamin K
Pengertian vitamin K : merupakan vitamin yang larut dalam lemak yang
berfungsi untuk pembentukan prothrombin, faktor koagulasi II, VII, IX dan X
yang harus tersedia pada tubuh dalam jumlah yang cukup (Hidayat, 2008).
Vitamin K adalah pemanjangan waktu prothrombin, (Wahab, 2000).
Vitamin K untuk mencegah terjadinya pendarahan sebagai akibat dari ibu
yang mendapat fenoharbital. Untuk membentuk factor II, VII, IX dan X serta bayi
yang mendapat air susu ibu (Prawirohardjo, 2007).
Vitamin K dari “koagulation-vitamin” dalam bahasa Jerman, vitamin
hydrophobic yang dibutuhkan untuk modifikasi pasca-terjemah dari berbagai macam
protein, terutama banyak dibutuhkan untuk proses pembekuan darah. Vitamin K2
(menaguinone, menatetrenone) secara normal diproduksi oleh bakteri dalam
saluran pencernaan, dan defenisi gizi akibat diet yang sangat jarang kecuali
saluran pencernaan mengalami kerusakan yang sangat parah sehinga tidak dapat
meyebabkan molekul.
Vitamin K merupakan salah satu dari factor pembeku darah. Vitamin K
sangat penting untuk pembekuan prothrombin, yang memungkinkan darah membeku,
dan ternyata kadarnya dianggap “rendah” pada bayi bari lahir. Kadar vitamin K “rendah” adalah normal, dan
secara fisiologis diharapkan pada bayi baru lahir. Pada beberapa hari dan
beberapa minggu awal setelah kelahiran bayi akan membentuk pasokan vitamin K
dari makanan (Endriana, 2009).
Semua bayi baru lahir harus diberikan vitamin K injeksi 1mg intramuskuler
setelah 1 jam kontak kulit ke kulit dan bayi selesai menyusui untuk mencegah
pendarahan BBL akibat defisiensi vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian BBL
(Madjid, 2008).
2.3. Sumber Vitamin K
Ada dua jenis vitamin K alamiah, yaitu berasal dari tanaman yang larut
lemak dan dari flora usus yang larut air. Asupan utama vitamin K pada bayi
bersumber dari susu, hanya sebagian kecil yang berasal dari usus si bayi.
Khusus bayi yang baru lahir, vitamin K juga bisa bersumber dari ibundanya saat
persalinan. Namun, vitamain K dari ibu bisa tidak sampai bila terjadi gangguan
plasenta dan ari-ari. Selain itu, fungsi hati, tempat metabolisme vitamin K,
juga belum matang menambah resiko si kecil kekurangan vitamin K. (Endriana,
2009).
Ada Dua Kelompok Preparat Vitamin K :
a. Preparat Yang Larut Dalam Air (Menadion).
Penggunaan preparat ini merupakan konsentrasi indikasi pada neonatus bayi,
kehamilan stadium lanjut. Merupakan vitamin buatan bagi mereka yang tak mampu
menyerap dari makanan (Sostro, 2002).
b. Preparat yang larut dalam lemak
(Fitomenadion). Kebanyakan sumber vitamin K dalam makanan adalah hati,
sayur-sayuran berwarna hijau yang berdaun banyak, sayur sejenis kol dan susu
(Sostro, 2002)
2.4. Fungsi Vitamin K
Vitamin K diperlukan untuk pembentukan tulang pada janin dan
factor-faktor pembekuan darah II, VII, IX, X. Faktor-faktor anti pembekuan
dalam hati. Vitamin K berguna untuk meningkatkan biosintesis factor pembeku
darah yaitu prothrombin, , factor VII, factor IX, factor X hingga membantu
proses pembekuan darah dan mencegah terjadinya pendarahan bila mengalami luka.
2.5. Defisiensi Vitamin K
Defisiensi vitamin K dapat menyebabkan pendarahan. Vitamin ini bersifat
larut dalam lemak disimpan didalam hati dan dapat mengalami defisiensi pada
keadaan Malabsorbsi (misalnya pada klien penyakit (oeliac). Defisiensi vitamin K berkaitan dengan :
a.
Neonatus yang ibunya
pernah mendapatkan obat-obatan anti epilepsy
b.
Noenatus (khususnya
bayi yang prematur).
c.
Defisiensi makanan yang
meliputi pemberian nutrisi parenteral yang lama.
d.
Malabsorbsi.
e.
Gangguan flora usus karena
pemberian antibiotic.
f.
Penyakit hepar (yang
meliputi penyakit yang ada kaitannya dengan konsensi alkohol)
2.5.1
Defisinsi vitamin K
dapat menyebabkan :
a. Hipoprotrombinemia dan menurunnya beberapa
faktor pembekuan darah sehingga terjadi pendarahan spontan
b. Mudah terjadi pendarahan, gangguan metabolisme
tulang belum diketahui. Kemungkinan
menyebabkan kuning pada bayi premature (Andriana, 2009).
2.6
Kelainan Pendarahan
Pada Bayi Baru Lahir
Penyakit ini telah dibagi menjadi 3 kategori :
2.6.1
Usia Dini
Pada saat lahir atau dalam waktu 24 jam yang mengenai noenatus yang
ibunya pernah mendapatkan obat-obat yang mempengaruhi metabolisme vitamin K,
misalnya warfarin, fenitoin, rifambisin, dan karbamazefin.
2.6.2
Usia Klasik
Pada usia bayi 2-7 hari ketika pendarahan umumnya terjadi dari umbilicus
atau traktus gastrointestinal dan biasanya sembuh sendiri.
2.6.3
Usia Lanjut
Pada usia 8 hari hingga 12 bulan, yang terutama
terjadi pada bayi-bayi yang mendapatkan ASI. Kategori ini meliputi pendarahan
intracranial dengan mendadak dengan gejala sisa yang serius. Defisiensi
vitamin K dapat dipicu oleh diare malabsorbsi misalnya sesudah pemberian
antibiotik dalam waktu yang lama. Faktor-faktor resiko lainnya adalah trauma
lahir, diare kronis, kistik fibrosis, sindrom malabsorbsi, penyakit hati
(Arvin, 2000)
2.7
Farmakokinetik
Vitamin K
Pemberian vitamin K dapat secara oral, intramuscular, intravena,
diberikan untuk keadaan emergency, seperti haemoraga. Dosis pemberian vitamin K
untuk neonatus menjadi objek kontraversi, secara oral tampaknya memberikan
perlindungan baik dari usia klasik dan lanjut.
Pemberiannya dianjurkan saat lahir dan pada empat sampai 10 hari untuk
semua bayi, diikuti dengan dosis lanjutan pada satu bulan untuk bayi menyusu.
Melalui penyuntikan vitamin K sebanyak 1mg pada semua bayi baru lahir.
Kelebihan : kadar dalam darah lebih tinggi dan bertahan lama, bisa disimpan
lebih lama. Penyerapannya lebih baik, dan hanya sekali pemberian dan
kekurangannya adalah harus lewat suntikan.
Melalui vitamin K yang diminum sebanyak 2mg pada bayi baru lahir.
Kelebihannya adalah lebih mudah, resiko lebih kecil dan kekurangan adalah sulit
untuk memberi dosis ulang, tidak bisa dipastikan penyerapannya kedalam tubuh.
Absorsi preparat oral mungkin terlalu lambat untuk mencegah usia dini penyakit
pada neonatus resiko tinggi, yang harus diberikan vitamin K intramuscular pada
saat lahir. Perbandingan internasional menunjukan bahwa pemberian oral kurang
efektif dibandingkan profilaksis intramuscular. Metabolisme Vitamin K dengan
cepat dimetabolisme dan dikeluarkan melalui hati dan ginjal (Nelson, 2002).
2.8
Efek Samping
Vitamin K
Vitamin K pada bayi baru lahir telah dikaitkan dengan
anemia hemolitik dan hiperbilirubenia, terutama pada bayi premature dan bayi
dengan defisiensi glukosa atau defisiensi vitamin E.
Vitamin K oral secara umum ditoleransi baik, tetapi mungkin menyebabkan
mual, sakit kepala, atau pusing. Pada gagal hati akan terus terdepresi.
2.9
Kontraindikasi
Vitamin K paranteral harus diberikan dengan kewaspadaan pada bayi dengan
bayi berat kurang dari 2,5 kg karena peningkatan resiko kernik terus.
2.10
Penyimpanan
Preparat suntikan intramuscular vitamin K harus disimpan dalam wadah yang
resisten cahaya dengan suhu dibawah 25°C penyimpanan dalam freezer harus
dihindari dan larutan yang tampak keruh tidak boleh digunakan. Vitamin K
merupakan preparat yang bersifat iritatif, karena itu kontak kulit dengan
pemberian obat dan penerimanya harus dihindari (Kosmar, 2007).
2.11
Contoh Produk
Vitamin K Yang Sering Digunakan
2.11.1 Neo-K
a. Phytonadione
b. 2mg/ml INJEKSI
c. Komposisi: Setiap ml larutan mengandung :
phytonadione 2mg
d. Phytonadione (vitamin K1) diperlukan untuk
pembentukan factor pembekuan darah dalam hati seperti factor II (protrombin),
VII, IX dan X.
e. Phytonadione (vitamin K1) berperan sebagai
koenzim pada karbosilasi rantai samping yang mengandung asam glutamat.
f. Senyawa karboksi glutamil aktif yang
kemudian di keluarkan oleh sel hati dalam darah.
2.11.2 Indikasi :
Profilaksis dan
pengobatan terhadap hemorrhage pada bayi yang baru lahir.
2.11.3 Kontra Indikasi
Hipersencitifitas terhadap phytonadione
(vitamin K)
2.11.4. Efek Samping
1. Hiperhilirisbinemia terjadi pada bayi lahir
jika obat diberikan melebihi dosis yang dianjurkan.
2. Sianosis, muka merah, berkeringat, rasa
nyeri didada, hiper dosis, syok, reaksi hipersensitif, termasuk reaksi
anatilaktik dan kematian pernah dilaporkan terjadi melalui pemberian secara
intra vena. Pemberian secara intra vena sebaiknya dihindari.
3. Iritasi local seperti rasa sakit, bengkak dan
perih dapat terjadi ditempat obat diberikan.
4. Pemberian secara perenteral pada bayi baru
lahir (neonatus dapat manyebabkan anemia dan hemoglobinuria.
2.11.5 Peringatan dan Perhatian
1. Efek koagulasi phytonadione (vitamin K1)
akan dihasilkan 1-2 jam setelah obat diberikan.
2. Tidak boleh melebihi dosis yang dianjurkan.
3. Phytonadione (vitamin K1) mudah
terdegradasi oleh cahaya, simpan sediaan yang terlindungi oleh cahaya.
4. Hindari penggunaan secara intra vena.
2.11.6 Interaksi Obat
Phytonadione (vitamin K1) merupakan antagonis dan anti koagulasi
2.11.7 Dosis
1. Profilaksis hemorrhage pada bayi yang baru
lahir : 0,5mg-1mg phytonadione (vitamin K1) diberikan secara 1.M, 1-6 jam
setelah bayi dilahirkan.
2. Pengobatan hemorrhage pada bayi baru lahir
: 1mg phytonadione (vitamin K1) diberikan secara 1.M atau S.C.
2.11.6
Ada tiga bentuk Vitamin K yang bisa diberikan yaitu :
a. Vitamin K1 (phytonadione) yang terdapat pada
sayuran hijau.
b. Vitamin K2 ( menaguinone) yang disintesa
oleh tumbuh-tumbuhan diusus kita.
c. Vitamin K3 (menadione), merupakan vitamin K
sintetik (tiruan dari yang terdapat di alam).
Jenis vitamin K
yang digunakan : vitamin K1 (phytonadione) injeksi dalam sediaan ampul yang
berisi 10 mg vitamin K1 per 1 ml, atau dalam sediaan ampul yang berisi 2 mg
vitamin per 1 ml. Dosis pemberian : 1 mg dosis tunggal (untuk sekali suntik
saja).
2.12.
Cara Pemberian
a. Sediakan spuit injeksi 1 ml yang masih baru
(belum pernah dipakai dan belum terinveksi masa kadaluarsanya).
b. Masukkan 1mg vitamin K1 kedalam spuit 1ml.
c. Lakukan desinteksi dengan alkohol 75%
seperlunya.
d. Lakukan pengawasan tanda-tanda vital
(kesadaran, sirkulasi, pernafasan, temperature tubuh, dll) pada bayi selama
minimal 1 jam setelah pemberian suntikan.
2.13.
Cegah Kekurangan
Vitamin K
2.13.1. Melalui penyuntikan vitamin K sebanyak 1 mg pada semua
bayi baru lahir. Kelebihan : kadar dalam darah lebih tinggi dan bertahan
lama, bisa disimpan lebih lama, penyimpanannya lebih baik, dan hanya sekali
pemberian. Kekurangan : harus lewat suntikan.
2.13.2. Melalui vitamin K yang diminum sebanyak 2 mg pada bayi
baru lahir. Kelebihan : lebih sedehana, lebih mudah, resiko lebih kecil.
Kekurangan : lebih mahal, sulit untuk memberi dosis ulang, tidak bisa
dipastikan penyerapannya ke dalam tubuh. Bila sudah terlambat, pada bayi yang
sudah mengalami pendarahan akibat kekurangan vitamin K, dokter akan memberikan
terapi antara lain:
a. Suntik vitamin k
b. Transfuse sel darah
merah bila terjadi kekurangan darah. (Herdata, 2008).
DAFTAR PUSTAKA
Ahandi, Biran. 2006. Asuhan Persalinan
Normal. Jakarta: JNPK-KR
Arikunto, Suharsimi. 2002. Manajemen
Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Cnopra, M. 2006. Panduan Holistit
Kehamilan dan Kelahiran. Bandung: PT. Mizan
Depkes. 2002. Standar Pelayanan Kebidanan.
Jakarta: IBI
Dorland. 2000. Kamus Saku Kedokteran.
Jakarta: EGC
Endriani. 2009. Pemberian Vitamin Pada
Bayi dan Anak. Jakarta: EGC
Hidayat, A. Aziz. Alimul.
2007. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisa Data, Jakarta: Salemba
Medika.
Hurlock. EB. 2000. Psikologi Perkembangan
Selama Rentang Kehidupan, Jakarta: Erlangga
IBI. 2003. Standar Pelayanan Kebidanan,
Jakarta :IBI
IBI. 2006. 50 Tahun
Ikatan Bidan Indonesia. Cetakan VIII. Jakarta: IBI
Madjid, Abdul, 2008, Asuhan Persalinan
Normal. Jakarta: JNPK-KR
Maimunah, S. 2005. Kamus Istilah
Kebidanan. Jakarta: EGC
Manuaba. 2000. Ilmu
Kebidanan Penyakit Kandungan, Jakarta : Kedokteran EGC
Notoatmodjo, Soekidjo, 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Cet. 3.
Jakarta : Rineka Cipta.
Notoatmodjo. Soekidjo, 2003. Ilmu
kesehatan Masyarakat Prinsip-prinsip Dasar, Cet. 2. Jakarta
: Rineka Cipta
Prawirahardjo, Sarwono. 2005. Ilmu
Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka
Arvin, 2000. Darah, (diakses oleh :
Melisa Fitri, 9 Mei 2010, 16.10 WIB) (http://www.asipasti.co.cc/2008/01/pembekuan
darah.html
Herdata. 2008. Manfaat Vitamin K,(diakses
oleh: Melisa Fitri, 9 Mei 2010, 16.05 WIB).(http://www.surabaya-ehealth.org/dkksurabaya-manfaatnya
Kosmar. 2007. Pembekuan darah,
(diakses oleh: Melisa Fitri, 11 Mei 2010, 16.05 WIB) (http://health.detik.com/)
Nelson. 2007. Vitamin K. (diakses oleh
: Melisa Fitri, 9 Mei 2010, 16.17 WIB). (http://www.menkokesra.go.id/content/view/4987/39/
Wahab, 2000. Vitamin K (diakses oleh :
Melisa Fitri. 9 Mei 2010,16.15 WIB). (http://www.rafani.co.cc/2009/07/vitamin
K pada bayi-.html
Vitamin K membantu untuk mendapatkan pembekuan darah normal; membantu mengatur penggunaan kalsium; memiliki efek menguntungkan pada arteri; memperkuat tulang; mendukung kesehatan gigi; membantu mencegah batu ginjal; mendukung pertumbuhan dan perkembangan; meningkatkan keseimbangan hormonal. Ada indikasi untuk pencegahan perkembangan kanker hati dan prostat.
ReplyDelete