PERAWATAN TALI PUSAT PADA BBL
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pada waktu kelahiran, sejumlah adaptasi psikologis mulai terjadi pada
tubuh bayi baru lahir. Karena perubahan bayi memerlukan pemantauan ketat untuk
menentukan bagaimana ia membuat suatu transisi yang baik terhadap kehidupannya
diluar uterus. Bayi baru lahir juga membutuhkan perawatan yang dapat
meningkatkan kesempatan menjalani masa transisi dengan berhasil (Patricia,
2006).
Tujuan asuhan keperawatan yang lebih luas selama masa ini adalah
memberikan perawatan komprehensif kepada bayi baru lahir pada saat ia
dalam ruang- rawat, untuk mengajarkan orang tua bagaimana merawat bayi mereka,
dan untuk memberi motivasi terhadap upaya pasangan menjadi orang tua, sehingga
orang tua percaya diri dan mantap (Patricia, 2006).
Menurut Who Health Organization (WHO) proporsi kematian bayi baru
lahir di dunia sangat tinggi dengan estimasi sebesar 4 juta kematian bayi baru
lahir pertahun dan 1,4 juta kematian pada bayi baru lahir pada bulan pertama di
Asia tenggara. Hanya sedikit negara di Asia Tenggara yang mempunyai sistem
registrasi kelahiran yang baik sehingga tidak diperoleh data yang akurat
tentang jumlah kematian bayi baru lahir atau pun kematian pada bulan pertama.
Dalam Kenyataannya, penurunan angka kematian bayi baru lahir di setiap negara
di Asia Tenggara masih sangat lambat. Perkiraan kematian yang terjadi karena
tetanus adalah sekitar 550.000 lebih dari 50 % kematian yang terjadi di Afrika
dan Asia Tenggara disebabkan karena Infeksi pada tali pusat pada umumnya
menjadi tempat masuk utama bakteri, terutama apabila diberikan sesuatu yang
tidak steril (Sarwono, 2008).
Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI).
Angka kematian bayi baru lahir sebesar 25 per 1000 kelahiran hidup. Sebagian
besar penyebab kematian terebut dapat dicegah dengan penanganan yang adekuat
(Depkes, 2007).
SUSENAS (2005) menunjukkan bahwa AKB di Indonesia adalah 35 bayi per 1000
kelahiran hidup, sedangkan AKB di propinsi Sumatera Utara mencapai 44 bayi per
1000 kelahiran hidup. Ini
menunjukkan bahwa AKB di propinsi Sumatera Utara masih di atas angka rata-rata
nasional. Padahal pada tahun 2015 Indonesia telah menargetkan AKB menurun
menjadi 17 bayi per 1000 kelahiran hidup (Notoatmodjo, 2005).
Hasil penelitian Sri Mutia Batu Bara (2009) di desa Kota Datar Kecamatan
Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang menyebutkan bahwa jumlah infeksi pada
tali pusat pada tahun 2008 berjumlah 65% kemudian meningkat menjadi 80% pada tahun 2009, kondisi ini menumjukkan bahwa infeksi tali pusat di
kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang dapat diprediksi angka infeksi
tali pusat semakin meningkat. Rendahnya pengetahuan tentang perawatan tali
pusat diduga turut menjadi faktor penyebab tingginya angka kematian akibat
infeksi tali pusat.
Faktor-faktor yang menyebabkan kematian perinatal adalah perdarahan,
infeksi, kelahiran preterm/bayi berat lahir rendah, asfiksia, hipotermi. Bahwa
50% kematian bayi terjadi dalam periode neonatal yaitu dalam bulan pertama
kehidupan, kurang baiknya penanganan bayi baru lahir yang lahir sehat akan
menyebabkan kelainan-kelainan yang dapat mengakibatkan cacat seumur hidup
bahkan kematian (Sarwono, 2006).
Infeksi masih merupakan penyebab kematian bayi baru lahir di masyarakat.
Untuk pencegahan infeksi, tindakan dasar seorang bidan lakukanlah mencuci
tangan sebelum melakukan tindakan dan jaga kesterilan alat (Sarwono, 2008).
Infeksi berasal dari 2 sumber utama, ibu dan lingkungan, termasuk di dalamnya
tempat persalinan, tempat perawatan dan rumah. Infeksi yang terjadi pada hari
pertama kehidupan pada umumnya berasal dari kontak dengan mikroorganisme yang
berasal dari ibu. Infeksi yang terjadi setelah itu lebih sering berasal dari
lingkungan. Hasil pengobatan akan menjadi jauh lebih baik apabila tanda infeksi
dapat dikenal secara dini dan segera dilakukan pengobatan yang tepat dan sesuai
(Sarwono, 2008).
Tetanus pada bayi yang baru lahir disebabkan kuman Clostridium tetani.
Biasanya terjadi pada bayi berusia kurang satu bulan akibat pemotongan tali
pusat tidak bersih. Selain itu, tetanus dapat disebabkan tali pusat yang diberi
macam-macam ramuan. Ibu yang tidak mendapat suntikan tetanus toksoid lengkap
sewaktu hamil akan membuat ibu dan bayi berisiko terserang kuman tetanus (Iis
Sinsin, 2008).
Tingkat kejadian yang tinggi infeksi ini umumnya ada dipedesaan dimana
masih banyak ibu yang melahirkan didukun. Peralatan tidak steril yang memotong
tali pusat berisiko tinggi menimbulkan infeksi. Infeksi tetanus neonatorum
dapat menyebabkan kematian dalam beberapa hari pada sebagian besar bayi (Iis
Sinsin, 2008).
Sewaktu masih berada dalam rahim, bayi mendapatkan makanan dan oksigen
melalui plasenta atau tali pusat. Setelah bayi dilahirkan, tali pusat dipotong
karena sudah tidak lagi berfungsi sebagai alat penghantar makanan. Pangkal tali
pusat yang berwarna putih, bening, dan mengkilat baru putus setelah bayi
berusia sekitar 1 sampai 3 minggu. Biasanya tali pusat yang belum putus akan
membuat bayi rewel karena tidak nyaman. Bayi merasa sakit bila tali pusatnya
yang masih lembap itu tersentuh. Karena itu, tali pusat perlu mendapat
perawatan (Iis Sinsin, 2008).
Merawat tali pusat juga penting untuk mencegah tetanus neonatorum, yang
dapat menyebabkan kematian. Tubuh bayi yang baru lahir belum cukup kuat
menangkal kuman infeksi. Karena itu, tali pusat harus dalam keadaan bersih dan
tetap kering sampai tali pusat mengering, menyusut, dan lepas dari pusat bayi
(Iis Sinsin, 2008).
BAB II
TINJAUAN
TEORITIS
2.1
Perawatan Tali
Pusat Pada Bayi Baru Lahir
2.2.1 Defenisi
Perawatan tali pusat
pada bayi baru lahir ialah menjaga agar tali pusat tetap kering dan bersih.
Perawatan tali pusat yang benar dan lepasnya tali pusat dalam minggu pertama
secara bermakna mengurangi insiden infeksi pada neonatus (Sarwono, 2008).
Tali pusat atau umbilical
cord adalah saluran kehidupan bagi janin selama dalam kandungan.
Dikatakan saluran kehidupan karena saluran inilah yang selama 9 bulan 10
hari menyuplai zat-zat gizi dan oksigen ke janin. Tetapi begitu bayi
lahir, saluran ini sudah tak diperlukan lagi sehingga harus dipotong dan diikat
atau dijepit.
Perawatan tali pusat
pada bayi baru lahir sebaiknya dijaga tetap kering setiap hari untuk
menghindari terjadinya infeksi. Bila sampai terdapat nanah dan darah berarti
terdapat infeksi dan harus segera diobati (Iis Sinsin, 2008).
Sisa tali pusat yang
masih menempel di perut bayi (umbilical stump), akan mengering dan
biasanya akan terlepas sendiri dalam waktu 1-3 minggu, meskipun ada juga yang
baru lepas setelah 4 minggu. Umumnya orangtua baru agak takut-takut
menangani bayi baru lahirnya, karena keberadaan si umbilical stump
ini. Meski penampakannya sedikit ’mengkhawatirkan’, tetapi kenyataannya
bayi Anda tidak merasa sakit atau Perawatan tali pusat tersebut sebenarnya juga
sederhana. Yang penting, pastikan tali pusat dan area sekelilingnya selalu
bersih dan kering. Selalu cuci tangan dengan menggunakan air bersih dan
sabun sebelum membersihkan tali pusat. Selama ini, standar perawatan tali
pusat yang diajarkan oleh tenaga medis kepada orangtua baru adalah membersihkan
atau membasuh pangkal tali pusat dengan alkohol. Rekomendasi terbaru dari
WHO adalah cukup membersihkan pangkal tali pusat dengan menggunakan air dan
sabun, lalu dikering anginkan hingga benar-benar kering. Penelitian
menunjukkan bahwa tali pusat yang dibersihkan dengan air dan sabun cenderung
lebih cepat puput (lepas) daripada tali pusat yang dibersihkan dengan
alkohol. (Dian Kartika, 2009)
Tindakan membersihkan
tali pusat dengan alkohol sudah dilarang namun dibeberapa negara maju masih
diterapkan perawatan tali pusat dengan alkohol. Pertimbangannya, tali
pusat yang dirawat tanpa menggunakan alkohol terkadang mengeluarkan aroma
(tetap tidak menyengat). Hal inilah yang membuat orangtua merasa
khawatir. Oleh sebab itu orangtua ragu untuk menentukan cara mana yang akan
diterapkan untuk merawat tali pusat bayi (Susyanto, 2009).
Selama belum tali
pusatnya puput, sebaiknya bayi tidak dimandikan dengan cara dicelupkan ke dalam
air. Cukup dilap saja dengan air hangat. Alasannya, untuk menjaga
tali pusat tetap kering. Jangan khawatir, bayi Anda tetap wangi meskipun
hanya dilap saja selama seminggu. Bagian yang harus selalu dibersihkan
adalah pangkal tali pusat, bukan atasnya.
Untuk membersihkan
pangkal ini, Anda harus sedikit mengangkat (bukan menarik) tali pusat.
Tenang saja, bayi Anda tidak akan merasa sakit. Sisa air atau alkohol
yang menempel pada tali pusat dapat dikeringkan dengan menggunakan kain kasa
steril atau kapas. Setelah itu kering anginkan tali pusat. Anda
dapat mengipas dengan tangan atau meniup-niupnya untuk mempercepat
pengeringan. Tali pusat harus dibersihkan sedikitnya
dua kali sehari.
Tali pusat juga tidak
boleh ditutup rapat dengan apapun, karena akan membuatnya menjadi lembab.
Selain memperlambat puputnya tali pusat, juga menimbulkan resiko infeksi.
Kalaupun terpaksa ditutup (mungkin Anda ’ngeri’ melihat penampakannya), tutup
atau ikat dengan longgar pada bagian atas tali pusat dengan kain kasa
steril. Pastikan bagian
pangkal tali pusat dapat terkena udara dengan leluasa. Bila bayi Anda
menggunakan popok sekali pakai, pilihlah yang memang khusus untuk bayi baru
lahir (yang ada lekukan di bagian depan). Dan jangan kenakan celana atau jump-suit
pada bayi Anda. Sampai tali pusatnya puput, kenakan saja popok dan baju
atasan. Bila bayi Anda menggunakan popok kain, jangan masukkan baju
atasannya ke dalam popok. Intinya adalah membiarkan tali pusat terkena udara
agar cepat mengering dan lepas.
(Susyanto, 2009)
Biarkan tali pusat lepas
dengan sendirinya. Jangan memegang-megang atau bahkan menariknya meskipun
Anda gemas melihat bagian tali pusat yang ’menggantung’ di perut bayi hanya
tinggal selembar benang. Orangtua dapat menghubungi dokter bila tali
pusat belum juga puput setelah 4 minggu, atau bila terlihat adanya tanda-tanda
infeksi, seperti; pangkal tali pusat dan daerah sekitarnya berwarna merah,
keluar cairan yang berbau, ada darah yang keluar terus- menerus, dan/atau bayi
demam tanpa sebab yang jelas. Setelah tali pusat, terkadang pusar bayi
terlihat menonjol (bodong). Dalam budaya kita ada anjuran untuk
menempelkan uang logam (binggel) di atas pusar bayi setelah tali pusatnya
puput.
Tujuannya agar pusar
anak tidak menonjol (bodong). Padahal tanpa diberi pemberat pun (uang
logam), lama-lama tonjolan terebut akan menghilang. (Susyanto, 2009)
2.2.2 Tujuan perawatan tali pusat
Tujuan perawatan tali
pusat pada bayi baru lahir adalah mencegah dan mengidentifikasi perdarahan atau
infeksi secara dini. Apabila ada perdarahan dari pembuluh darah tali pusat,
perawatan harus memeriksa keadaan klem (atau ikatan) dan pasang klem kedua
dekat klem pertama (Irene, 2005).
Perawatan tali pusat secara
umum bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi dan mempercepat putusnya tali
pusat. Infeksi tali pusat pada dasarnya dapat dicegah dengan melakukan
perawatan tali pusat yang baik dan benar, yaitu dengan prinsip perawatan kering
dan bersih. Banyak pendapat tentang cara terbaik untuk merawat tali pusat.
Ujung tali pusat akan
mengering dan putus pada 7 – 10 hari sesudah bayi lahir, bisa juga 15 – 18 hari
atau lebih. Orang tua dianjurkan untuk meletakkan popok yang dilipat di bawah
area tali pusat dan menggunakan alkohol pada pusat beberapa kali sehari agar
tali pusat dalam keadaan bersih dan kering. Tali pusat dibersihkan dengan menggunakan alkohol
dimulai disekitar hubungan antara tali pusat dan kulit.
Untuk meningkatkan
proses pengeringan dan penyembuhan pada saat memandikan bayi baru lahir tidak
dianjurkan untuk di celupkan dalam bak mandi asampai tali pusat putus dan
umbilikus sembuh.
Orang tua dapat
menggunakan metode sponge bath sampai jaringan granulasi menutupi bagian tali
pusat yang lepas. Penutupan tali pusat tidak dianjurkan karena akan
memperlambat proses pengeringan.
Warna merah dan
pengeluaran bau yang tidak sedap disekitar umbilikus harus diperhatikan karena
sebagai tanda adanya infeksi tali pusat dan dilaporkan untuk mendapatkan
perawatan dan pengobatan yang lebih lanjut.
Tujuan tali pusat
terbuka atau tidak ditutup dengan kassa alkohol adalah :
1. Meningkatkan
granulasi
2. Memudahkan
dan mempercepat pengeringan pada tali pusat (Sarwono, 2008).
2.2.3 Prinsip-Prinsip Pada Saat Perawatan Tali Pusat
Pada Bayi Baru Lahir:
1)
Setelah memandikan bayi,
tutuplah pusat bayi dengan kapas kering dan kasa. Biasanya 5-7 hari tali pusat
ini akan lepas sendiri bahkan tanpa ibu ketahui dimana dan kapan sisa jaringan
tali pusat ini terlepas.
2)
Tali pusat ini sebaiknya
dijaga tetap kering setiap hari untuk menghindari terjadinya infeksi. Bila
sampai terdapat nanah dan darah berarti terdapat infeksi dan harus segera
diobati. Tali pusat yang luka bernanah akan memudahkan perkembangan
kuman-kuman anaerob, yaitu kuman yang tidak membutuhkan udara dalam hidupnya.
Biasanya penyakit tetanus neonatorum akan mengintai tempat tersebut (Iis
Sinsin, 2008).
3)
Perlu diperhatikan
kesegaran tali pusat, ada tidaknya simpul pada tali pusat. Pada potongan tali
pusat(Corry Matondang, 2007).
2.2.4 Hal-hal Yang Harus Diperhatikan Pada Saat
Perawatan Tali Pusat Pada Bayi Baru Lahir
Untuk mencegah tali
pusat dari infeksi, maka tali pusat harus tetap bersih dan kering. Hal-hal yang
perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
1) Selalu cuci tangan sebelum menyentuh plasenta.
2) Jika tali plasenta kotor atau memiliki banyak darah
kering, bersihkan dengan alkohol 70% atau minuman alkohol dosis tinggi atau
gentian violet. Bisa juga menggunakan sabun dan air.
3) Jangan meletakan benda apapun di atas tali plasenta.
Sisa tali pusat
biasanya jatuh sekitar 5-7 hari setelah lahir. Mungkin akan keluar beberapa
tetes darah atau lendir saat tali pusat terlepas. Ini normal-normal saja.
Namun, jika ternyata masih keluar banyak darah atau muncul nanah, segera minta
bantuan medis (Siti Saleha, 2009).
2.2.5 Cara-Cara Melakukan Perawatan Tali Pusat Pada
Bayi Baru Lahir
1)
Pertahankan sisa tali
pusat dalam keadaan terbuka agar terkena udara dan tutupilah dengan kain bersih
secara longgar.
2)
Lipatlah popok di bawah
sisa tali pusat
3)
Jika tali pusat terkena
kotoran atau tinja, cuci dengan sabun dan air bersih , dan keringkan
betul-betul (Sarwono, 2002).
4)
Cuci tangan dengan sabun
dan air bersih sebelum merawat tali pusat.
5)
Bersihkan dengan lembut
kulit di sekitar tali pusat dengan kapas basah, kemudian bungkus dengan
longgar/tidak terlalu rapat dengan kasa bersih/steril.
6)
Popok atau celana bayi
diikat di bawah tali pusat, tidak menutupi tali pusat untuk menghindari kontak
dengan feses dan urin.
7)
Hindari penggunaan
kancing, koin atau uang logam untuk membalut tekan tali pusat
8)
Jagalah tali pusat dalam
keadaan bersih dan kering (Sarwono, 2008).
2.2.6
Gejala-Gejala Yang
Timbul Akibat Kurangnya Perawatan Tali Pusat Pada Bayi Baru Lahir
Kurangnya perawatan
tali pusat pada bayi baru lahir dapat menyebabkan tetanus bayi, yang ditandai
dengan :
1)
Tali pusat berwarna merah,
basah, dan kotor, yang kemungkinan tapi pusat bernanah.
2)
Kesulitan menyusui
3)
Mulut tidak bisa dibuka
4)
Kejang-kejang bila
disentuh, kena sinar atau mendengar suara keras
5)
Kadang demam (Iis Sinsin,
2008).
2.2.7 Nasehat-Nasehat Yang Diberikan Bidan Pada Ibu
Saat Melakukan Perawatan Tali Pusat di Rumah
1) Jangan membungkus puntung tali pusat atau perut bayi
atau mengoleskan cairan atau bahan apapun ke puntung tali pusat.
2) Mengoleskan alkohol atau betadine (terutama jika
pemotong tali pusat tidak terjamin DTT atau steril) masih diperkenankan tetapi
tidak dikompreskan karena menyebabkan tali pusat basah/lembap. `Lipat popok
dibawah puntung tali pusat.
3) Jika puntung tali pusat kotor, bersihkan (hati-hati)
dengan air DTT dan sabun dan segera keringkan secara seksama dengan menggunakan
kain bersih.
4) Jelaskan pada ibu bahwa ia harus mencari bantuan jika
pusat menjadi merah, bernanah atau berdarah atau berbau.
5) Jika pangkal tali pusat (pusat bayi) menjadi merah,
mengeluarkan nanah atau darah, segera rujuk bayi ke fasilitas yang dilengkapi
perawatan untuk bati baru lahir (Depkes,2007).
2.3
Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Pengetahuan Ibu Terhadap Perawatan Tali Pusat pada Bayi Baru Lahir
:
2.3.1 Pendidikan
Pendidikan adalah
suatu proses keluarga yang berarti di dalam pendidikan itu terjadi proses
pertumbuhan, perkembangan atau perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik
dan lebih matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat. Konsep ini
berangkat dari suatu asumsi bahwa manusia sebagai makhluk sosial dalam
kehidupannya untuk mencapai nilai-nilai hidup. Di dalam
masyarakat selalu memerlukan bantuan orang lain yang mempunyai kelebihan. Dalam
mencapai tujuan tersebut, seorang individu, kelompok masyarakat tidak terlepas
dari kegiatan belajar teoritis pengetahuan tentang pentingnya pendidikan
(Notoatmodjo, 2005).
Pada penelitian
tersebut ibu yang berpendidikan SD yang berjumlah < 60% yang
berpengetahuanya kurang. Sedangkan ibu yang berpendidikan tinggi lebih cenderung
berpengetahuan baik yaitu 75-100% (Arikunto, 2006).
Penelitian tersebut
juga menunjukkan hubungan antara pendiddikan formal ibu dengan pengetahuan
yaitu dengan membandingkan prevalensi pengetahuan ibu yang kurang <60%
dengan baik 75-100%. Ibu dengan pendidikan lanjut lebih sedikit yang kurang
mengerti tentang perawatan tali pusat dibandingkan dengan ibu yang pendidikan
lebih rendah (Arikunto, 2006).
Pendidikan adalah jenjang
pendidikan secara formal yang pernah diselesaikan pendidikan secara umum adalah
segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu,
kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh
pelaku pendidikan, yang diharapkan dari pendidikan itu adalah setiap individu
mampu meningkatkan kesehatannya (Notoatmodjo, 2003).
Hasil penelitian Sri Mutia
Batu Bara (2009) di desa Kota Datar Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli
Serdang menyebutkan bahwa jumlah infeksi pada tali pusat pada tahun 2008
berjumlah 65% kemudian meningkat menjadi 80% pada tahun 2009, kondisi ini
menunjukkan bahwa infeksi tali pusat di kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli
Serdang dapat diprediksi angka infeksi tali pusat semakin meningkat. Rendahnya
pengetahuan tentang perawatan tali pusat diduga turut menjadi faktor penyebab
tingginya angka kematian akibat infeksi tali pusat.
Dari batasan diatas tersirat
unsur-unsur pendidikan, yakni :
a. Input adalah sasaran
pendidikan (individu, kelompok, masyarakat) dan pendidikan (pelaku pendidikan).
b. Proses adalah upaya yang
direncanakan untuk mempengaruhi orang lain.
c. Output adalah melakukan
apa yang diharapkan atau pelaku.
Dimana semakin tinggi
pendidikan seseorang itu maka semakin tinggi ilmu pengetahuan seseorang itu
(Notoatmodjo, 2003).
2.3.2 Sumber Informasi
Menurut Notoatmodjo (2003)
menyatakan bahwa informasi kesehatan berasal dari petugas kesehatan (Instansi
pemerintah) maupun media massa pada umumnya. Pendekatan (cara) yang dilakukan
oleh petugas kesehatan adalah dengan cara ceramah dan penyuluhan kesehatan.
Informasi mempunyai peranan yang besar dalam meningkatkan pengetahuan individu
atau seseorang.
Sumber informasi
kesehatan dibagi menjadi dua, yaitu sumber informasi Ekstern dan Intern. Sumber
informasi ekstern adalah informasi yang diperoleh dari petugas kesehatan, media
elektronik, media cetak. Sedangkan Sumber informasi intern berasal dari
lingkungan dari teman, orang tua dan keluarga. (Notoatmodjo, 2003).
Hasil penelitian Sri Mutia
Batu Bara (2009) di desa Kota Datar Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli
Serdang menyebutkan bahwa jumlah infeksi pada tali pusat pada tahun 2008
berjumlah 65% kemudian meningkat menjadi 80% pada tahun 2009, kondisi ini
menunjukkan bahwa infeksi tali pusat di kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli
Serdang dapat diprediksi angka infeksi tali pusat semakin meningkat. Rendahnya
pengetahuan tentang perawatan tali pusat diduga turut menjadi faktor penyebab
tingginya angka kematian akibat infeksi tali pusat.
Pada penelitian tersebut
menunjukkan hunbungan antara sumber informasi formal ibu dengan pengetahuan
yaitu membandingkan prevalensi pengetahuan ibu yang kurang <60% dan baik
75-100%. Ibu dengan sumber informasi yang didapat dari media cetak, media
elektronik lebih sedikit kurang mengerti dibandingkan dengan ibu yang
mendapatkan sumber informasi dari petugas kesehatan (Arikunto, 2006).
Sumber Informasi yang dipakai
ibu yang mengalami keputihan untuk mendapatkan informasi tentang kejadian
keputihan dengan kategori :
1.
Media
- Media cetak :
Poster, Brosur, Majalah, Surat Kabar.
- Media Elektronik :
TV, Radio, Video, Film, CD, VCD
- Media Luar
Ruang : Papan Reklame, Spanduk, Pameran.
2.
Non Media
- Orang Tua
- Teman
- Tetangga (Notoatmodjo, 2003).
2.3.3 Paritas
Paritas
adalah Jumlah kehamilan yang berakhir dengan kelahiran bayi atau bayi telah mencapai
titik mampu bertahan hidup yang terdiri dari :
a.
Nullipara (Ibu
yang pernah hamil tetapi belum pernah melahirkan)
b.
Primipara
(Wanita yang baru pertama kali melahirkan)
c.
Scundipara
(Wanita yang 2 kali
melahirkan)
d.
Multipara
(Wanita yang telah 3-5 kali melahirkan)
e.
Grandemultipara(Wanita
yang telah melahirkan 6 kali atau lebih)
(Helen Varney, 2007).
Hasil penelitian Sri Mutia Batu Bara (2009) di
desa Kota Datar Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang menyebutkan
bahwa jumlah infeksi pada tali pusat pada tahun 2008 berjumlah 65%
kemudian meningkat menjadi 80% pada
tahun 2009, kondisi ini
menumjukkan bahwa infeksi tali pusat di kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli
Serdang dapat diprediksi angka infeksi tali pusat semakin meningkat. Rendahnya
pengetahuan tentang perawatan tali pusat diduga turut menjadi faktor penyebab
tingginya angka kematian akibat infeksi tali pusat.
Tingkat
paritas telah menarik perhatian dimana kecenderungan kesehatan ibu berparitas
rendah lebih baik daripada ibu yang berparitas tinggi, terdapat asosiasi antara
lingkungan paritas dengan penyakit tertentu. Pengetahuan sering diturunkan atau
diperoleh dari pengalaman sendiri maupun pengalaman sendiri maupun pengalaman
yang diperoleh orang lain (Notoatmodjo, 2003).
Penelitian tersebut
juga menunjukkan hubungan antara paritas ibu dengan pengetahuan yaitu dengan
membandingkan prevalensi pengetahuan ibu yang kurang <60% dengan baik
75-100%. Ibu dengan paritas primipara lebih banyak yang kurang mengerti tentang
perawatan tali pusat dibandingkan dengan ibu yang paritas multipara (Arikunto,
2006).
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,
2002, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta, Erlangga.
Arikunto,
2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta, Erlangga.
Coory
Matondang, 2007, Diagnosis Fisis Pada Anak, Jakarta, CV. Sagung Seto
Depkes,
2007, Pelatihan Asuhan Normal Bahan Tambahan Inisiasi Menyusui Dini,
Jakarta, Direktorat Bina Kesehatan Keluarga.
Ferry
Efendi, 2009, Keperawatan Kesehatan Komunitas, Jakarta, Salemba Medika.
Helen
Varney, 2007, Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4, Jakarta, EGC.
Iis
Sinsin, 2008, Masa Kehamilan Dan Persalinan, Jakarta, PT. Elex Media
Komputindo
Irene
Bobak, 2005, Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4, Jakarta, EGC
Notoatmodjo,
2003, Ilmu kesehatan masyarakat, Jakarta, Rineka Cipta.
Notoatmodjo, 2005, Metodologi Penelitian Kesehatan ,
Jakarta, Rineka Cipta
Notoatmodjo, 2008, Metodologi Penelitian Kesehatan , Jakarta,
Rineka Cipta
Patricia
W. Ladewig, 2006, Buku Suku Asuhan Ibu dan Bayi Baru Lahir Edisi V,
Jakarta, EGC
Sarwono
Prawiharhardjo, 2002, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, Jakarta, PT. Bina Pustaka
Sarwono
Prawiharhardjo, 2006, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, Jakarta, PT. Bina Pustaka
Sarwono
Prawiharhardjo, 2008, Ilmu Kebidanan, Jakarta, PT. Bina Pustaka
Siti
Saleha, 2009, Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas, Jakarta, Salemba Medika
Sodikin,
2009, Perawatan Tali Pusat, Jakarta, EGC