HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Penyakit hipertensi dalam kehamilan adalah komplikasi
yang serius trimester kedua-ketiga dengan gejala klinis seperti: odema
hipertensi, proteinuria, kejang sampai koma dengan umur kehamilan di atas 20 minggu,
dan dapat terjadi antepartum, intrapartum, pascapartus (Cuninghem, 2006).
Ganguan hipertensi yang menjadi penyulit dalam
kehamilan sering dijumpai dan termasuk salah satu diantara 3 trias yang
mematikan bersama dengan perdarahan dan infeksi yang banyak menimbulkan
mortalitas dan morbiditas ibu karena kehamilan. Menurut the National Center
for Health Statistics pada tahun 1998 penyakit ini ditemukan pada 146.320
wanita,atau 3,7 % diantara semua kehamilan yang berakhir dengan kelahiran hidup
Berg dkk.(1996)melaporkan bahwa hampir 18 % diantara 1450 kematian di Amerika
Serikat dari tahun 1987 sampai 1990 terjadi akibat penyulit hipertensi dalam
kehamilan (Cuninghem,2006).
Selama kehamilan normal, resistensi vaskular perifer
menurun sebagai akibat vaskulator yang mengalami dilatasi. Jika
resistensi perifer meningkat terjadilah hipertensi. Sindrom dari hipertensi
yang diindeksi oleh kehamilan, proteinuria dan odema dikenal dengan
bermacam-macam yaitu sindroma preeklampsia, eklampsia, toksemia, kompleks EPH
(odema, proteinuria, hipertensi) gestosis.
Hipertensi yaitu peningkatan tekanan sistolik sekurang-kurangnya 30
mmHg/peningkatan tekanan diastolik sekurang-kurangnya 15 mmHg.
Menurut data World Health Organization (WHO), penyakit
hipertensi dan gagal ginjal di Indonesia selalu mengalami peningkatan tiap
tahunnya.
Di negara berkembang, sekitar 80 % penduduk negara mengidap hipertensi. Untuk penyakit ginjal kronik (PGK), peningkatan terjadi sekitar 2-3 kali lipat dari tahun sebelumnya (Kompas, 2009).
Di negara berkembang, sekitar 80 % penduduk negara mengidap hipertensi. Untuk penyakit ginjal kronik (PGK), peningkatan terjadi sekitar 2-3 kali lipat dari tahun sebelumnya (Kompas, 2009).
Proteinuria yaitu adanya protein dalam urin dalam konsentrasi lebih besar
dari 0,3 gram/liter urin 24 jam/dalam konsentrasi lebih besar dari 1 gram/liter
(1 + sampai 2 +. Menurut AHA
(American Heart Association), di Amerika, tekanan darah tinggi ditemukan satu
dari setiap orang atau 65 juta orang dan 28 atau 59 juta orang mengidap
prehipertensi.
Semua orang yang mengidap hipertensi hanya satu
pertiganya yang mengetahui keadaannya dan hanya 61% medikasi.dari penderita
yang mendapat medikasi hanya satu pertiga mencapai target darah yang
optimal (Muhammadun ,2010).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Penyakit hipertensi dalam kehamilan adalah komplikasi yang serius
trimester kedua-ketiga dengan gejala klinis seperti: odema hipertensi
,proteinuria, kejang sampai koma dengan umur kehamilan di atas 20 minggu, dan
dapat terjadi antepartum, intrapartum, pascapartus (Manuaba, 2001)
Gambaran klinis dapat dijabarkan sebagai berikut;
1.
Hipertensi
· Kenaikan tekanan darah sistolik dan diastolik
30 mmHg atau 15 mmHg.
· Tekanan darah 140 /90 atau 160 /110 yang
diambil selang waktu 6 jam.
2.
Odema
·
Merupakan timbunan
cairan tubuh yang tampak atau tidak tampak.
·
Perhitungan kenaikan BB
melebihi tiga per empat -1 kg/minggu dianggap patologis.
·
odema dijumpai di tibia
,muka, atau tangan bahkan seluruh tubuh.
3.
Proteinuria
·
Proteinuria menunjukkan
komplikasi lanjut, dengan kerusakan ginjal sehingga beberapa protein lolos
dalam urin.
·
Normal terdapat
sejumlah protein dalam urin, tetapi tidak melebihi 0,3 gr dalam 24 jam.
Proteinuria menunjukkan komplikasi hipertensi dalam kehamilan lebih lanjut
sehingga memerlukan perhatian yang serius.
4. Kejang
(konvulsi)
Kejang menunjukkan kelanjutan komplikasi menjadi
eklampsia yang menyebabkan terjadi AKI tinggi dan dapat diikuti AKB yang
tinggi. Kejang atau konvulsi menunjukkan telah terjadi kemungkinan perdarahan
nekrosis dan Odema.
5. Koma
Kelanjutan kejang dapat diikuti koma, sebagai
manifestasi dari acut vascular accident (AVA)yang menimbulkan perdarahan
nekrosis hingga terjadi koma Manuaba (2001).
Penyakit ini cukup sering dijumpai dan masih merupakan
salah satu satu sebab dari kematian ibu. Di U.S.A, misalnya 1/3 dari kematian
ibu disebabkan penyakit ini. Hipertensi dalam kehamilan menjadi juga penyebab
yang penting dari kelahiran mati dan kematian neonatal Kematian bayi ini
terutama disebabkan partus prematurus yang merupakan akibat dari penyakit
hipertensi (Manuaba, 1998).
Menurut WHO, tekanan darah diangap normal bila kurang
dari 135/85 mmHg, sedangkan dikatakan hipertensi bila lebih dari 140 mmHg dan
diantara nilai tersebut dikatakan normal tinggi (Adib, 2009)
2.1.1
Klasifikasi
Hipertensi Dalam Kehamilan
Klasifikasi
menurut American Committee and Maternal Welfare
1. Hipertensi yang hanya terjadi dalam
kehamilan dan khas untuk kehamilan ialah preeklamsi dan eklamsi. Diagnosa
dibuat atas dasar hypertensi dengan proteinuria atau kedua-duanya pada wanita
hamil setelah minggu 20.
2. Hypertensi yang kronis Diagnosa dibuat atas
adanya hipertensi sebelum kehamilan, penemuan hipertensi sebelum minggu ke 20
dari kehamilan hypertensi dan ini tetap setelah kehamilan berakhir.
3. Pre-eklamsia dan eklamsi yang terjadi atas
dasar hipertensi yang kronis. Pasien dengan hipertensi yang kronis sering
memberat penyakitnya dalam kehamilan dengan gejala-gejala hipertensi naik
proteinuria odema dan kelainan retina.
4. Transient hypertensi. Diagnosa dibuat kalau
timbul hypertensi dalam kehamilan atau dalam 24 jam pertama dari nifas pada
wanita yang tadinya non-motensip dan yang hilang dalam 10 hari postpartum.
Hipertensi dalam kehamilan sebagai penyulit yang berhubungan langsung
dengan kehamilan :
1.
Preeklampsia
2.
Eklampsia
A. Hipertensi dalam kehamilan
sebagai penyulit yang tidak berhubungan langsung dengan kehamilan Hipertensi kronik
B. Pre eklampsia / eklampsia pada hipertensi kronik (superimposed)
C. Transien hipertension.
D. Hipertensi dalam kehamilan yang
tidak dapat diklasifikasikan
Hipertensi kronik dalam kehamilan
adalah hipertensi yang menetap oleh sebab
apapun , yang ditemukan pada usia kehamilan
kurang dari 20 minggu, atau hipertensi yang
menetap setelah 6 minggu pasca persalinan. Diagnosis hipertensi
kronik menjadi sulit bila wanita tersebut datang pada pertengahan masa
kehamilannya. Ini disebabkan karena kenaikan tekanan darah terjadi pada
trimester kedua dan awal dari trimester ketiga dari kehamilan
baik pada wanita yang tekanan darahnya normal maupun yang menderita hipertensi.
Faktor – faktor lain yang dapat membantu diagnosis antara lain multiparitas , factor keturunan dan obesitas. Secara klinis hipertensi kronik kemungkinan ditemukan pada pasien : berusia > 40 tahun , sudah menderita hipertensi sebelum hamil ini, tekanan darah > 160/110 mmHg, biasanya tidak menunjukkan gejala-gejala lain selain hipertensi, gejala – gejala seperti kelainan jantung, arteriosklerosis, perdarahan otak dan penyakit ginjal baru timbul setelah waktu yang lama dan penyakit terus berlanjut.
Faktor – faktor lain yang dapat membantu diagnosis antara lain multiparitas , factor keturunan dan obesitas. Secara klinis hipertensi kronik kemungkinan ditemukan pada pasien : berusia > 40 tahun , sudah menderita hipertensi sebelum hamil ini, tekanan darah > 160/110 mmHg, biasanya tidak menunjukkan gejala-gejala lain selain hipertensi, gejala – gejala seperti kelainan jantung, arteriosklerosis, perdarahan otak dan penyakit ginjal baru timbul setelah waktu yang lama dan penyakit terus berlanjut.
Bahaya yang dapat terjadi pada kehamilan dengan hipertensi
kronis adalah resiko terjadinya superimposed preeklampsia/eklampsia , yang
dapat terjadi pada lebih dari 25% wanita. Superimposed pre eklampsia/eklampsia
adalah timbulnya pre eklamsi pada hipertensi
kronis. Disebut superimposed preeklampsia bila disertai dengan odema dan
proteinuria, namun bila disertai dengan kejang yang bukan akibat dari kelainan
neurologik, disebut superimposed eclampsia. Selain itu hipertensi
kronis meningkatkan resiko terjadinya insuifisiensi plasenta dan solusio
plasenta dan janin bertumbuh kurang sempurna : prematuritas dan dismaturitas.
Angka kematian pada janin: 20%.
Penanganan hipertensi
kronis pada kehamilan adalah istirahat yang
cukup, pemeriksaan antenatal yang teratur, menjaga penambahan berat badan dengan
diet tinggi protein dan rendah karbohidrat dan lemak. Ketenangan jiwa penderita sangat diperlukan, yang dapat dicapai
dengan pendekatan psikologis atau pemberian fenobarbital 3x30 mg. Obat
antihipertensi hanya diberikan bila tekanan darah diastolik > 90mmHg.
Bila terjadi superimposed preeklamsi/eklamsi maka
diterapi seperti preeklamsi dan eklamsi. Pengakhiran kehamilan
dilakukan bila ada tanda-tanda hipertensi
ganas (tekanan darah 200/120 mmHg) atau janin mati dalam kandungan. Pengakhiran
kehamilan dapat secara pervaginam dengan
memperpendek kala II atau secara abdominal dengan seksio sesarea (White Tiger,
2010).
2.1.2
Gejala dan Tanda
Hipertensi
karena kehamilan dan pre eklampsia ringan sering ditemukan tanpa gejala-gejala
yang selalu ada pada hipertensi dalam kehamilan adalah tekanan diastolik 90-110
mmhg didua pengukuran berjarak 4 jam dan proteinuria negativ (Saifuddin,
2002).
2.1.3
Etiologi
Sampai
sekarang belum diketahui penyebab hipertensi dalam kehamilan masih belum pasti,
salah satu teori yang banyak dikemukakan dewasa ini adalah iskemia yaitu
pembuluh darah terjepit sehingga terjadi gangguan aliran pembuluh darah dan
kurangnya aliran darah dari plasenta namun teori ini belum dapat menerangkan
berbagai pertanyaan yang bersangkutan tentangnya (Suara Merdeka 2003), tetapi
menurut Manuaba (1998) penyebab utama hipertensi dalam kehamilan adalah
hipertensi essensial dan penyakit ginjal.
2.1.4
Faktor
Predisposisi
Menurut Saifuddin (2001:208-209), terjadi hipertensi dalam kehamilan
dapat dipengaruhi oleh beberapa keadaan yaitu lebih sering pada primigravida,
patologi terjadi akibat implitasi sehingga timbul iskemia plasenta yag diikuti
sindrom inflamasi, resiko meningkat pada masa plasenta besar Diabetes Melitus
faktor herediter dan masalah vaskuler.
Hipertensi di negara berkembang biasanya disebabkan gaya hidup
modern yang berdampak tidak sehat, seperti merokok, obesitas, fisik yang kurang
beraktivitas, dan stress psikososial. Tekanan darah yang tinggi inilah yang
merupakan kunci faktor patogenetik yang mempengaruhi penurunan fungsi ginjal. Jika sudah seperti itu, maka penderita hipertensi akan menderita
Penyakit ginjal kronik (Armilawati, 2007).
2.1.5
Diagnosis
Hipertensi Dalam Kehamilan
Hipetensi dalam kehamilan mencakup hipertensi karena kehamilan dan
hipertensi kronik, nyeri kepala, penglihatan kabur sering berhubungan dengan
hipertensi dalam kehamilan.
Hipertensi yang ditimbulkan atau diperberat oleh kehamilan lebih
mungkin terjadi pada wanita yang :
•
Terpapar
vili korialis untuk pertama kalinya
•
Terpapar
vili korialis yang terdapat jumlah yang banyak seperti pada kehamilan kembar
atau mola hidatidosa
•
Mempunyai
riwayat penyakit vaskuler
•
Mempunyai
kecenderungan genetik untuk menderita hipertensi dalam kehamilan.
Kemungkinan bahwa mekanisme imunologis di samping
endokrin dan genetic turut terlibat dalam proses terjadinya pre-ekklamsia dan
masih menjadi masalah yang mengundang perhatian. Resiko hipertensi karena kehamilan
dipertinggi pada keadaan di mana pembentukan antibody penghambat terhadap tempat-tempat yang bersifat antigen pada
plasenta terganggu.
Tekanan diastolik merupakan indikator untuk prognosis dalam penanganan
hipertensi dalam kehamilan karena tekanan diastolik mengukur tahanan ferifer
dan tidak dipengaruhi oleh keadaan emosional Jika tekanan diastolik > 90
mmhg pada dua pemeriksaan berjarak 4 jam diagnosisnya adalah hipertensi tetapi
pada keadaan urgen tekanan diastolik 110 mmhg dapat dipakai sebagai dasar
diagnosis dengan jarak waktu pengukuran < 4 jam (Saifuddin 2002).
2.1.6
Pencegahan dan
Penanganan Hipertensi Dalam Kehamilan
2.1.6.1 Pencegahan Hipertensi Dalam Kehamilan
Menurut
Murbawi (2003) tidak ada cara lain untuk mencegah hipertensi dalam kehamilan
selain dengan menjaga kehamilan dengan baik. Salah satu cara yaitu dengan
mengkonsumsi sayuran, buah segar yang bergizi dan menjalani pola hidup sehat. Makanan yang dikonsumsi harus mengandung
sedikit garam, rendah lemak, karbohidrat, istirahat dan menjaga makanan.
Pemeriksaan kehamilan secara teratur sangat berguna untuk memonitor kondisi ibu
dan janin.
2.1.6.2 Penanganan Hipertensi Dalam Kehamilan
Penanganan hipertensi dalam kehamilan bertujuan untuk mencegah
terjadinya hipertensi dalam kehamilan yang lebih parah yaitu eklampsia ibu
hamil diharapkan mampu melahirkan bayi hidup dengan trauma seminimal mungkin
pada bayi maupun ibu sendiri.
Penanganan
hipertensi dalam kehamilan yaitu dengan mengajukan ibu untuk mengkonsumsi
makanan yang bergizi, rendah lemak, karbohidrat, mengurangi garam dan
memperbanyak sayuran serta buah segar. Jika hal ini kondisi ibu tidak membaik
walau sudah diberi obat-obatan, kehamilan harus segera diakhiri meskipun janin
masih belum mencukupi (Murbawi, 2003).
•
Hipertensi esensial
Hipertensi esensial adalah
kondisi permanen meningkatnya tekanan darah dimana biasanya tidak ada penyebab yang
nyata. Kadang-kadang keadaan ini dihubungkan dengan penyakit ginjal,
phaeochromocytoma atau penyempitan aorta, dan
keadaan ini lebih sering muncul pada saat kehamilan. Wanita hamil dikatakan
mempunyai atau menderita hipertensi esensial jika tekanan darah pada awal
kehamilannya mencapai 140/90 mmHg. Yang membedakannya dengan preeklamsia
yaitu faktor-faktor hipertensi esensial muncul pada awal kehamilan, jauh sebelum
terjadi pre eklamsia, serta tidak terdapat edema atau proteinuria. Selama
trimester ke II kehamilan tekanan darah turun di bawah batas normal,
selanjutnya meningkat lagi sampai ke nilai awal atau kadang-kadang lebih
tinggi. Setelah UK 18 minggu lebih sulit hipertensi esensial dari pre
eklamsia.
•
Penatalaksanaan:
Wanita dengan hipertensi esensial
harus mendapat pengawasan yang ketat dan harus dikonsultasikan pada dokter
untuk proses persalinannya. Selama tekanan darah ibu tidak meningkat
sampai 150/90 mmHg berarti pertanda baik. Dia dapat hamil dan bersalin
normal tetapi saat hamil dianjurkan untuk lebih banyak istirahat dan
menghindari peningkatan berat badan terlalu banyak. Kesejahteraan janin
dipantau ketat untuk mendeteksi adanya retardasi pertumbuhan. Kehamilan
tidak dibolehkan melewati aterm karena kehamilan post term meningkatkan risiko terjadinya insufisiensi plasenta janin. Jika perlu,
dapat dilakukan induksi apabila tekanan darah meningkat atau terdapat tanda-tanda Intra
Uterine growth Retardation(IUGR). Merupakan pertanda kurang baik jika tekanan
darah sangat tinggi. Jika ditemukan tekanan darah 160/100 mmHg,
harus dirawat dokter di rumah sakit. Obat-obat antihipertensi dan
sedative boleh diberikan untuk mengontrol tekanan darah. Anamnesa juga
diperlukan untuk mengeluarkan ibu dari pre eklamsia. Kandungan
catecholamine atau vanilmandelic acid (VMA) biasanya diukur karena hipertensi yang berat mungkin disebabkan karena Pheochromacytoma atau
tumor pada ginjal.
Keadaan ibu mungkin berkembang menjadi Pre Eklamsia atau mengalami abrupsio plasenta (plasenta Pecah); kadang-kadang gagal ginjal merupakan komplikasi. Jika tekanan darah sangat tinggi, 200/120 mmHg atau lebih, mungkin terjadi perdarahan otak atau gagal jantung. Janin juga berisiko, karena kurangnya sirkulasi plasenta, yang dapat menyebabkan kejadian Intra Uterine Growth Retardation (IUGR) dan hipoksia. Jika tekanan darah tidak dapat dikendalikan atau terdapat tanda-tanda IUGR atau hipoksia, dokter dapat menghindari risiko yang serius dengan mempercepat persalinan. Hal ini dapat dilakukan dengan menginduksi persalinan, atau jika keadaan berbahaya atau lebih akut, atau meningkat pada awal persalinan, persalinan dapat dilakukan dengan cara Sectio caesarea.
Keadaan ibu mungkin berkembang menjadi Pre Eklamsia atau mengalami abrupsio plasenta (plasenta Pecah); kadang-kadang gagal ginjal merupakan komplikasi. Jika tekanan darah sangat tinggi, 200/120 mmHg atau lebih, mungkin terjadi perdarahan otak atau gagal jantung. Janin juga berisiko, karena kurangnya sirkulasi plasenta, yang dapat menyebabkan kejadian Intra Uterine Growth Retardation (IUGR) dan hipoksia. Jika tekanan darah tidak dapat dikendalikan atau terdapat tanda-tanda IUGR atau hipoksia, dokter dapat menghindari risiko yang serius dengan mempercepat persalinan. Hal ini dapat dilakukan dengan menginduksi persalinan, atau jika keadaan berbahaya atau lebih akut, atau meningkat pada awal persalinan, persalinan dapat dilakukan dengan cara Sectio caesarea.
•
Preeklamsia
Pengertian
Pre-Eklamsi Adalah Penyakit dengan tanda-tanda Hipertensi, Odema, dan Proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit
ini biasanya timbul pada
Triwulan ke-3 kehamilan tetapi dapat timbul sebelumnya, misalnya
pada Mola Hidatosa.
Hipertensi biasanya timbul lebih dahulu daripada tanda-tanda lain. Untuk menegakkan diagnosa Pre-Eklamsi kenaikan tekanan Sistolik harus 30 mmHg atau lebih. Kenaikan tekanan Diagnostik lebih dapat dipercaya apabila tekanan Diastolik meningkat 15 mmHg atau lebih atau menjadi 90 mmHg atau lebih. Pemeriksaan tekanan darah dilakukan minimal 2x dengan jarak waktu 6 jam pada keadaanistirahat. Hipertensi biasanya timbul lebih dahulu dari pada tanda lain. Kenaikan sistolik harus 30 mm Hg atau lebih diatas tekanan yang biasanya ditemukan, atau mencapai 140 mmHg atau lebih. Odema ialah Penimbunan cairan secara umum dan berlebih dalam jaringan tubuh dan biasanya dapat diketahui dari kenaikan berat badan serta pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka.
Hipertensi biasanya timbul lebih dahulu daripada tanda-tanda lain. Untuk menegakkan diagnosa Pre-Eklamsi kenaikan tekanan Sistolik harus 30 mmHg atau lebih. Kenaikan tekanan Diagnostik lebih dapat dipercaya apabila tekanan Diastolik meningkat 15 mmHg atau lebih atau menjadi 90 mmHg atau lebih. Pemeriksaan tekanan darah dilakukan minimal 2x dengan jarak waktu 6 jam pada keadaanistirahat. Hipertensi biasanya timbul lebih dahulu dari pada tanda lain. Kenaikan sistolik harus 30 mm Hg atau lebih diatas tekanan yang biasanya ditemukan, atau mencapai 140 mmHg atau lebih. Odema ialah Penimbunan cairan secara umum dan berlebih dalam jaringan tubuh dan biasanya dapat diketahui dari kenaikan berat badan serta pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka.
Odema Pretribal yang ringan sering terjadi pada kehamilan biasa, sehingga tidak berarti untuk penentuan Diagnosis
Pre-Eklamsi. Kenaikan BB ½ kg setiap minggu masih normal tetapi kalau
kenaikan BB I kg atau lebih setiap minggu beberapa kali, hal ini perlu
menimbulkan kewaspadaan terhadap timbulnya preeklamsia. Proteinuria berarti
konsentrasi protein dalam
urin yang melebihi 0,3 g/lt dalam
urin 24 jam atau pada pemeriksaan menunjukan 1 atau 2+ atau 1 gr/lt yang
dikeluarkan dengan jarak waktu 6 jam. Proteinuria timbul lebih lambat daripada hipertensi dan kenaikan berat badan, karena itu
harus dianggap yang cukup serius.
·
Patofisiologi
Mochtar
(1999) menjelaskan bahwa pada Pre-Eklamsi terjadi pada spasme pembuluh darah
yang disertai dengan Retensi Garam dan air. Pada Biopsi ginjal ditemukan
spasme hebat arteriola Glomerolus. Pada beberapa kasus, lumen arteriole sedemikian
sempitnya sehingga nyata dilalui oleh satu sel darah merah. Jadi jika
semua arteriola di dalam
tubuh mengalami spasme maka tekanan darah akan naik, sebagai usaha untuk
mengatasi kenaikan tekanan perifer agar oksigen jaringan dapat dicukupi. Sedangkan
kenaikan berat badan dan Edema yang disebabkan oleh penimbunan air yang
berlebihan dalam ruangan
intestinal belum diketahui sebabnya, mungkin karena retensi air dan
garam. Proteinuria dapat disebabkan oleh Spasme arteriola sehingga
terjadi perubahan pada glomerolus. Tanda Dan Gejala
Tanda-tanda
Pre-Eklamsi biasanya timbul dalam
urutan pertambahan berat badan yang berlebihan, di ikuti odema, hipertensi, dan akhirnya proteinuria. Pada Pre-Eklamsi ringan tidak
ditemukan gejala-gejala subyektif, pada Pre-Eklamsi ditemukan sakit kepala di
daerah frontal, skotoma, diploma, penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrum
mual dan muntah-muntah. Gejala-gejala ini sering di temukan pada Pre-Eklamsi
yang meningkat dan merupakan petunjuk bahwa Eklamsi akan timbul.
·
Etiologi
Penyebab
preeklamsia secara pasti belum di ketahui, namun pre eklamsia sering terjadi
pada Primigravida, Tuanya kehamilan.
·
Penanganan
Penanganan
Pre-Eklamsi Ringan:
1)Banyak istirahat
(berbaring tidur miring)
2)Diet:cukup protein,
rendah karbohidrat, lemak, dan garam
3)Sedative ringan
(jika tidak bisa istirahat ) tablet Febobarbital 3x30 mg peroral selama 2 hari
4)Roboransia
5)Kunjungan ulang tiap
1 mg
Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Pengetahuan Ibu Tentang Hipertensi Pada Kehamilan
1. Usia ibu
Usia adalah salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit
secara langsung atau secara tidak langsung bersama dengan variabel lain
sehingga menyebabkan perbedaan di antara angka kesakitan dan kematian pada
masyarakat atau kelompok masyarakat (Chandra, 2008).
Umur
adalah lamanya hidup dalam tahun dihitung sejak dilahirkan sampai sekrang.
Dalam kurun waktu reproduksi sehat dikatakan bahwa umur <20 tahun sering
menyebabkan kematian maternal pada wanita hamil, sedangkan usia 20 – 35 tahun
dikenal dengan waktu yang aman untuk berproduksi, dan pada umur >35 tahun
ditegaskan kembali bahwa pada umur tersebut juga sering menyebabkan
meningkatkan kematian maternal pada ibu hamil (Prawiroharjo, 2005).
Menurut
Hurlock (2005)dalam bukunya menyatakan semakin cukup umur ,tingkat
kematanganndan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja.
Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang akan lebih dewasa akan lebih
dipercaya dari orang yang belum cukup tingkat kedewasaanya. Hal ini sebagai
akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya.
Berdasarkan penelitian yang di lakukan Aisyah (2006) ditemukan banyak
pada kelompok usia > 35 tahun sebanyak 14 responden (42,4%)dari 30 sampel..
2. Jumlah kehamilan
Jumlah
kehamilan adalah jumlah kehamilan yang pernah dialami seseorang wanita.Dimana
pengetahuan dan pengalaman ibu yang sudah pernah melahirkan akan lebih baik
pengetahuannya dan pengalamannya (Jones,2005)
Terjadi hipertensi dalam kehamilan dapat dipengaruhi oleh beberapa
keadaan yaitu lebih sering pada primigravida, patologi terjadi akibat implitasi
sehingga timbul iskemia plasenta yag diikuti sindrom inflamasi Resiko meningkat
pada masa plasenta besar Diabetes Melitus faktor herediter dan masalah
vaskuler. Menurut Saifuddin
(2001).
Berdasarkan penelitian yang di lakukan Aisyah (2006) ditemukan banyak
pada primigravida dan multigravida masing-masing sebanyak 15 responden
(45,45%).Menurut Boyke (2003) pada primigravida rahim baru pertama kali
menerima hasil pembuahan,sering kali menimbulkan serangkaian reaksi-reaksi dan
perubahan yang kurang wajar. Menurut Manuaba (2005) menyatakan bahwa jumlah
anak yang dilahirkan oleh seorang ibu akan sangat berpengaruh terhadap
kesehatan ibu dengan anak yang lebih banyak akan lebih retan terhadap penyakit
dan mengalami penuan yang cepat.
3. Tingkat pendidikan
Menurut Hidayat (2008) pendidikan merupakan cara manusia untuk berbuat
dan mengisi kehidupannya yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi
sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Sebagaimana umumnya semakin tinggi
pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi, informasi akan mudah di
terima jika bahasa yang di sampaikan sesuai dengan tingkat pendidikan yang
dimilikinya.
Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti dalam pendidikan itu
terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan kearah yang lebih
dewasa, lebih baik, dan lebih matang pada diri individu (Notoatmodjo, 2007)
Tingkat pendidikan adalah pendidikan formal yang pernah diikuti oleh ibu
dengan katagori
a. SD
b. SMP
c. SMA
d. PT
4. Sumber Informasi
Sumber informasi adalah segala sesuatu yang digunakan seseorang sehingga
mengetahui tentang hal yang baru dan mempunyai ciri-ciri yaitu:
a. Dapat dilihat , dibaca dan dipelajari
b. Diteliti dan dikaji
c. Dimanfaatkan dan dikembangkan dalam
kegiatan-kegiatan pendidikan, penelitian dan laboratorium
d. Ditransformasikan kepada orang lain
(Setiadji,2001 )
Jenis-jenis informasi yaitu:
a. Visual adalah sumber informasi yang dapat
dilihat oleh indra penglihatan dapat berbentuk gambar dan tulisan.
b. Audio adalah sumber informasi yang dapat
diperoleh melalui indra pendengaran, karena hanya berupa suara contoh: Radio
c. Audio Visual adalah sumber informasi yang dapat
diperoleh baik melalui indra penglihatan. Contoh TV, pakar/tenaga kesehatan,
hp, internet (Setiadji, 2010).