FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MASA NIFAS DAN MENYUSUI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa nifas disebut juga masa post partum atau
puerperium adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar
kemudian lepas dari rahim, sampai enam minggu kemudian disertai denan pulihnya kembali
alat-alat kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lainnya
yang berkaitan dengan persalinan.
Pada masa nifas ini ibu akan mendapati
beberapa perubahan pada tubuh maupun emosi. Bagi yang belum mengetahui hal ini
tentu akan merasa khawatir akan perubahan yang terjadi, oleh sebab itu penting
bagi ibu memahami apa saja perubahan yang terjadi agar dapat menangani dan
mengenali tanda bahaya secara dini.
B. Rumusan Masalah
1. Faktor
fisik yang mempengaruhi masa nifas dan menyusui
2. Faktor
Psikologis yang mempengaruhi masa nifas dan menyusui
3. Faktor
lingkungan yang mempengaruhi masa nifas dan menyusui
C. Tujuan
Mengetahui factor - factor fisik, psikologis, lingkungan yang mempengaruhi masa nifas dan menyusui
BAB II
PEMBAHASAN
Pada masa nifas ini ibu akan mendapati
beberapa perubahan pada tubuh maupun emosi. Bagi yang belum mengetahui hal ini
tentu akan merasa khawatir akan perubahan yang terjadi, oleh sebab itu penting
bagi ibu memahami apa saja perubahan yang terjadi agar dapat menangani dan
mengenali tanda bahaya secara dini.
A.
FAKTOR PENGARUH FISIK
Adapun beberapa faktor
yang mempengaruhi pada ibu nifas dan menyusui,antara lain :
1.
Rahim
Setelah melahirkan rahim
akan berkontraksi (gerakan meremas) untuk merapatkan dinding rahim sehingga
tidak terjadi perdarahan, kontraksi inilah yang menimbulkan rasa mulas pada
perut ibu. Berangsur angsur rahim akan mengecil seperti sebelum hamil.
2.
Jalan lahir (servik,vulva dan vagina)
Jalan lahir mengalami
penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi,
sehingga penyebabkan mengendurnya organ ini bahkan robekan yang memerlukan
penjahitan, namun akan pulih setelah 2-3 pekan (tergantung elastis tidak atau
seberapa sering melahirkan). Jaga kebersihan daerah kewanitaan agar tidak
timbul infeksi (tanda infeksi jalan lahir bau busuk, rasa perih, panas, merah
dan terdapat nanah).
3.
Darah nifas (Lochea)
Darah nifas hingga hari ke
dua terdiri dari darah segar bercampur sisa ketuban, berikutnya berupa darah
dan lendir, setelah satu pekan darah berangsur-angsur berubah menjadi berwarna
kuning kecoklatan lalu lendir keruh sampai keluar cairan bening di akhir masa
nifas.
4.
Payudara
Payudara menjadi besar,
keras dan menghitam di sekitar puting susu, ini menandakan dimulainya proses
menyusui. Segera menyusui bayi sesaat setelah lahir (walaupun ASI belum
keluar). Pada hari ke 2 hingga ke 3 akan diproduksi kolostrum atau susu jolong
yaitu ASI berwarna kuning keruh yang kaya akan anti body, dan protein.
5.
Sistem perkemihan
Hari pertama biasanya ibu
mengalami kesulitan buang air kecil, selain khawatir nyeri jahitan juga karena
penyempitan saluran kencing akibat penekanan kepala bayi saat proses
melahirkan. Namun usahakan tetap kencing secara teratur, buang rasa takut dan
khawatir, karena kandung kencing yang terlalu penuh dapat menghambat kontraksi
rahim yang berakibat terjadi perdarahan.
6.
Sistem pencernaan
Perubahan kadar hormon dan
gerak tubuh yang kurang menyebabkan menurunnya fungsi usus, sehingga ibu tidak
merasa ingin atau sulit BAB (buang air besar). Terkadang muncul wasir atau
ambein pada ibu setelah melahirkan, ini kemungkinan karena kesalahan cara mengejan
saat bersalin juga karena sembelit berkepanjangan sebelum dan setelah
melahirkan.
7.
Peredaran darah
Sel darah putih akan
meningkat dan sel darah merah serta hemoglobin (keping darah) akan berkurang,
ini akan normal kembali setelah 1 minggu. Tekanan dan jumlah darah ke jantung
akan lebih tinggi dan kembali normal hingga 2 pekan.
8.
Penurunan berat badan
Setelah melahirkan ibu
akan kehilangan 5-6 kg berat badannya yang berasal dari bayi, ari-ari, air
ketuban dan perdarahan persalinan, 2-3 kg lagi melalui air kencing sebagai
usaha tubuh untuk mengeluarkan timbunan cairan waktu hamil.
9.
Suhu badan
Suhu badan setelah
melahirkan biasanya agak meningkat dan setelah 12 jam akan kembali normal. Waspadai
jika sampai terjadi panas tinggi, karena dikhawatirkan sebagai salah satu tanda
infeksi atau tanda bahaya lain.
B.
FAKTOR PENGARUH PSIKOLOGI
Adapun Beberapa Pengaruh Psikologi Pada Masa
Nifas dan Menyusui, antara lain :
1.
Perubahan peran
Terjadinya perubahan
peran, yaitu menjadi orang tua setelah kelahiran anak.Sebenarnya suami dan
istri sudah mengalami perubahan peran mereka sejak masa kehamilan.Perubahan
peran ini semakin meningkat setelah kelahiran anak. Contoh, bentuk perawatan
dan asuhan sudah mulai diberikan oleh si ibu kepada bayinya saat masih berada
dalam kandungan adalah dengan cara memelihara kesehatannya selama masih hamil,
memperhatikan makanan dengan gizi yang baik, cukup istirahat, berolah raga, dan
sebagainya.
Selanjutnya, dalam periode postpartum atau
masa nifas muncul tugas dan tanggung jawab baru, disertai dengan
perubahan-perubahan perilaku. Perubahan tingkah laku ini akan terus berkembang
dan selalu mengalami perubahan sejalan dengan perkembangan waktu cenderung
mengikuti suatu arah yang bisa diramalkan.
Pada awalnya, orang tua belajar mengenal
bayinya dan sebaliknya bayi belajar mengenal orang tuanya lewat suara, bau
badan dan sebagainya. Orang tua juga belajar mengenal kebutuhan-kebutuhan
bayinya akan kasih sayang, perhatian, makanan, sosialisasi dan perlindungan.
Periode berikutnya adalah proses menyatunya
bayi dengan keluarga sebagai satu kesatuan/unit keluarga. Masa konsolidasi ini
menyangkut peran negosiasi (suami-istri, ayah-ibu, orang tua-anak, anak dan
anak).
2.
Peran menjadi orang tua setelah melahirkan
Selama periode postpartum,
tugas dan tanggung jawab baru muncul dan kebiasaan lama perlu diubah atau
ditambah dengan yang baru.Ibu dan ayah, orang tua harus mengenali hubungan mereka
dengan bayinya.Bayi perlu perlindungan, perawatan dan sosialisasi.Periode ini
ditandai oleh masa pembelajaran yang intensif dan tuntutan untuk mengasuh. Lama
periode ini bervariasi, tetapi biasanya berlangsung selama kira-kira empat
minggu.
Periode berikutnya mencerminkan satu waktu
untuk bersama-sama membangun kesatuan keluarga.Periode waktu meliputi peran
negosiasi (suami-istri, ibu-ayah, saudara-saudara) orang tua mendemonstrasikan
kompetensi yang semakin tinggi dalam menjalankan aktivitas merawat bayi dan
menjadi lebih sensitif terhadap makna perilaku bayi.Periode berlangsung
kira-kira selama 2 bulan.
3.
Tugas dan tanggung jawab orang tua
Tugas pertama orang tua
adalah mencoba menerima keadaan bila anak yang dilahirkan tidak sesuai dengan yang
diharapkan. Karena dampak dari kekecewaan ini dapat mempengaruhi proses
pengasuhan anak.
Walaupun kebutuhan fisik terpenuhi, tetapi
kekecewaan tersebut akan menyebabkan orang tua kurang melibatkan diri secara
penuh dan utuh. Bila perasaan kecewa tersebut tidak segera diatasi, akan
membutuhkan waktu yang lama untuk dapat menerima kehadiran anak yang tidak
sesuai dengan harapan tersebut.
Orang tua perlu memiliki keterampilan dalam
merawat bayi mereka, yang meliputi kegiatan-kegiatan pengasuhan, mengamati tanda-tanda
komunikasi yang diberikan bayi untuk memenuhi kebutuhannya serta bereaksi
secara cepat dan tepat terhadap tanda-tanda tersebut.
Berikut ini adalah tugas dan tanggung jawab
orang tua terhadap bayinya, antara lain :
Ø Orang tua harus menerima
keadaan anak yang sebenarnya dan tidak terus terbawa dengan khayalan dan impian
yang dimilikinya tentang figur anak idealnya. Hal ini berarti orang tua harus
menerima penampilan fisik, jenis kelamin, temperamen dan status fisik anaknya.
Ø Orang tua harus yakin
bahwa bayinya yang baru lahir adalah seorang pdibadi yang terpisah dari diri
mereka, artinya seseorang yang memiliki banyak kebutuhan dan memerlukan
perawatan.
Ø Orang tua harus bisa
menguasai cara merawat bayinya. Hal ini termasuk aktivitas merawat bayi,
memperhatikan gerakan komunikasi yang dilakukan bayi dalam mengatakan apa yang
diperlukan dan member respon yang cepat
Ø Orang tua harus menetapkan
criteria evaluasi yang baik dan dapat dipakai untuk menilai kesuksesan atau
kegagalan hal-hal yang dilakukan pada bayi.
Ø Orang tua harus menetapkan
suatu tempat bagi bayi baru lahir di dalam keluarga. Baik bayi ini merupakan
yang pertama atau yang terakhir, semua anggota keluarga harus menyesuaikan
peran mereka dalam menerima kedatangan bayi.
Dalam menunaikan tugas dan
tanggung jawabnya, harga diri orang tua akan tumbuh bersama dengan meningkatnya
kemampuan merawat/mengasuh bayi. Oleh sebab itu bidan perlu memberikan
bimbingan kepada si ibu, bagaimana cara merawat bayinya, untuk membantu
mengangkat harga dirinya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi suksesnya masa transisi ke masa menjadi orang tua pada masa post partum adalah :
Faktor-faktor yang mempengaruhi suksesnya masa transisi ke masa menjadi orang tua pada masa post partum adalah :
· Respon dan dukungan dari keluarga dan teman
· Hubungan dari pengalaman melahirkan terhadap harapan dan
aspirasi
· Pengalaman melahirkan dan membesarkan anak yang lalu
· Pengaruh budaya
1.
Masa Adaptasi Ibu Dalam Masa Nifas
Ada tiga fase dalam masa
adaptasi peran pada masa nifas, antara lain adalah :
a)
Fase dependent
Pada hari pertama dan kedua
setelah melahirkan, ketergantungan ibu sangat menonjol. Pada saat ini ibu
mengharapkan segala kebutuhannya dapat dipenuhi oleh orang lain. Rubin (1991)
menetapkan periode beberapa hari ini sebagai fase menerima yang disebut
dengan taking in phase.Dalam penjelasan klasik Rubin, fase menerima ini
berlangsung selama 2 sampai 3 hari.
Ia akan mengulang-ulang pengalamannya waktu bersalin dan melahirkan.
Pada saat ini, ibu memerlukan istirahat yang cukup agar ibu dapat menjalan masa nifas selanjutnya dengan baik.
Membutuhkan nutrisi yang lebih, karena biasanya selera makan ibu menjadi bertambah. Akan tetapi jika ibu kurang makan, bisa mengganggu proses masa nifas.
Ia akan mengulang-ulang pengalamannya waktu bersalin dan melahirkan.
Pada saat ini, ibu memerlukan istirahat yang cukup agar ibu dapat menjalan masa nifas selanjutnya dengan baik.
Membutuhkan nutrisi yang lebih, karena biasanya selera makan ibu menjadi bertambah. Akan tetapi jika ibu kurang makan, bisa mengganggu proses masa nifas.
b)
Fase independent
Pada ibu-ibu yang mendapat
perawatan yang memadai pada hari-hari pertama setelah melahirkan, maka pada
hari kedua sampai keempat mulai muncul kembali keinginan untuk melakukan
berbagai aktivitas sendiri. Di satu sisi ibu masih membutuhkan bantuan orang
lain tetapi disisi lain ia ingin melakukan aktivitasnya sendiri. Dengan penuh
semangat ia belajar mempraktekkan cara-cara merawat bayi. Rubin (1961)
menggambarkan fase ini sebagai fase taking hold.
Pada fase taking hold, ibu berusaha
keras untuk menguasai tentang ketrampilan perawatan bayi, misalnya menggendong,
menyusui, memandikan dan memasang popok. Pada masa ini ibu agak sensitive dan
merasa tidak mahir dalam melakukan hal-hal tsb, cenderung menerima nasihat
bidan atau perawat karena ia terbuka untuk menerima pengetahuan dan kritikan
yang bersifat pribadi. Pada tahap ini Bidan penting memperhatikan perubahan
yang mungkin terjadi.
Pada beberapa wanita yang sulit menyesuaikan
diri dengan perannya, sehingga memerlukan dukungan tambahan. Hal ini dapat
ditemukan pada :
· Orang tua yang baru melahirkan untuk pertama kali dan belum
pernah mempunyai pengalaman mengasuh ana
· Wanita karir
· Wanita yang tidak mempunyai keluarga atau teman dekat untuk
membagi suka dan duka
· Ibu dengan anak yang sudah remaja
· Single parent
c)
Fase interdependent
Periode ini biasanya
terjadi “after back to home” dan sangat berpengaruh terhadap waktu dan
perhatian yang diberikan oleh keluarga. Ibu akan mengambil tanggung jawab
terhadap perawatan bayi, ia harus beradaptasi dengan kebutuhan bayi yang sangat
tergantung, yang menyebabkan berkurangnya hak ibu, kebebasan dan hubungan
sosial.
Pada fase ini, kegiatan-kegiatan yang ada
kadang-kadang melibatkan seluruh anggota keluarga, tetapi kadang-kadang juga
tidak melibatkan salah satu anggota keluarga. Misalnya, dalam menjalankan
perannya, ibu begitu sibuk dengan bayinya sehingga sering menimbulkan
kecemburuan atau rasa iri pada diri suami atau anak yang lain.
Pada fase ini harus dimulai fase mandiri
(letting go) dimana masing-masing individu mempunyai kebutuhan sendiri-sendiri,
namun tetap dapat menjalankan perannya dan masing-masing harus berusaha
memperkuat relasi sebagai orang dewasa yang menjadi unit dasar dari sebuah
keluarga.
2.
Keadaan Abnormal Psikologi Pada Ibu Nifas
a)
Baby Blue (Post Partum Blues)
Post Partum Blues merupakan
suatu fenomena psikologis yang dialami oleh ibu dan bayinya. Biasanya tejadi
pada hari ke-3 sampai ke-5 post partum. Angka kejadiannya 80% dari ibu post
partum mengalaminya, dan berakhir beberapa jam/hari.
Merupakan kesedihan atau kemurungan setelah
melahirkan, biasanya hanya muncul sementara waktu yakni sekitar dua hari hingga
dua minggu sejak kelahiran bayi yang ditandai dengan gejala-gejala sebagai
berikut :
· Sedih
· Cemas tanpa sebab
· Menangis tanpa sebab
· Tidak sabar
· Tidak percaya diri
· Sensitif
· Mudah tersinggung (iritabilitas)
· Merasa kurang menyayangi bayinya
Post partum blues ini dikategorikan
sebagai sindroma gangguan mental yang ringan. Oleh sebab itu, sering tidak
diperdulikan sehingga tidak terdiagnosis dan tidak ditindak lanjuti sebagaimana
seharusnya. Jika hal ini dianggap enteng, keadaan ini bisa menjadi serius dan
bisa bertahan dua minggu sampai satu tahun dan akan berlanjut menjadi depresi
dan psikosis post partum. Banyak ibu yang berjuang sendiri dalam beberapa saat
setelah melahirkan.Mereka merasakan ada hal yang salah namun mereka sendiri
tidak mengetahui penyebabnya.
Banyak faktor yang dapat menyebabkan post
partum blues, antara lain :
Ø Faktor hormonal
Perubahan kadar estrogen
dan progesterone yaitu terjadi fluktuasi hormonal dalam tubuh. Kadar hormone
kortisol (hormone pemicu stress) pada tubuh ibu naik hingga mendekati kadar
orang yang mengalami depresi. Disaat yang sama, hormone laktogen dan prolaktin
yang memicu produksi ASI sedang meningkat. Sementara pada saat yang sama kadar
progesterone sangat rendah. Pertemuan kedua hormone ini akan menimbulkan
keletihan fisik pada ibu dan memicu depresi.
Ø Faktor demografik, seperti
faktor usia yang terlalu muda atau terlalu tua.
Pengalaman proses
kehamilan dan persalinan.
Latar belakang psikososial wanita yang bersangkutan, seperti tingkat pendidikan, status perkawinan, kehamilan yang tidak diinginkan, riwayat gangguan kejiwaan sebelumnya, sosial ekonomi serta keadekuatan dukungan sosial dari lingkungannya (suami, keluarga dan teman).
Latar belakang psikososial wanita yang bersangkutan, seperti tingkat pendidikan, status perkawinan, kehamilan yang tidak diinginkan, riwayat gangguan kejiwaan sebelumnya, sosial ekonomi serta keadekuatan dukungan sosial dari lingkungannya (suami, keluarga dan teman).
Ø Faktor psikologis
Berkurangnya perhatian
keluarga, terutama suami karena semua perhatian tertuju pada anak yang baru
lahir.Padahal usai persalinan si ibu yang merasa lelah dan sakit pasca
persalinan membuat ibu membutuhkan perhatian. Kecewa terhadap penampilan fisik
bayi karena tidaksesuai dengan harapannya juga bisa memicu baby blues.
Ø Faktor fisik
Kelelahan fisik karena
aktifitas mengasuh bayi, menyusui, memandikan, mengganti popok, dan menimang
sepanjang hari bahkan tidak jarang di malam buta sangatlah menguras tenaga.
Apalagi jika tidak ada bantuan dari suami atau anggota keluarga yang lain.
Ø Faktor sosial
Si ibu merasa sulit menyesuaikan
dengan peran baru sebagai ibu. Apalagi kini gaya hidupnya akan berubah drastis.
Ibu merasa dijauhi oleh lingkungan dan merasa kaan terasa terikat terus pada si
kecil.
Dibutuhkan pendekatan menyeluruh/holistik dalam
penanganan ibu post partum blues. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa
dibutuhkan penanganan di tingkat perilaku, emosional, intelektual, sosial dan
psikologis secara bersama-sama dengan melibatkan lingkungannya, yaitu suami,
keluarga dan teman dekatnya.
PERAN BIDAN
Menjalin hubungan baik dengan keluarga dalam
mengembangkan upaya menjalin kasih sayang dengan bayinya
Hal ini merupakan tanda awal kesulitan dalam pengasuhan anak di masa yang akandatang.
Waspada terhadap reaksi negatif yang menonjol dari orang tua, seperti :
Hal ini merupakan tanda awal kesulitan dalam pengasuhan anak di masa yang akandatang.
Waspada terhadap reaksi negatif yang menonjol dari orang tua, seperti :
· Perilaku negatif orang tua
· Sikap verbal dan nonverbal
· Interaksi yang tidak mendukung (tidak menyentuh
bayinya)
· Ucapan kekecewaan/merendahkan
Upaya memperkokoh hubungan bayi dengan orang tuanya
(seperti menggendong, mengajak bayinya bercerita, dan sebagainya).
Mendorong orang tua untuk melihat dan memeriksa bayi mereka dengan komentar positif tentang bayinya.
Mendorong orang tua untuk melihat dan memeriksa bayi mereka dengan komentar positif tentang bayinya.
Berikan anjuran-anjuran/advice pada ibu dan
keluarga :
· Anjurkan pada ibu untuk melepaskan saja emosi, tidak perlu
ditahan-tahan. Ingin menangis, marah, lebih baik dekspresikan saja
· Usahakan agar ibu mendapatkan istirahat yang cukup (kalau
ada kesempatan gunakan untuk tidur, walaupun hanya 10 menit)
· Berikan motivasi pad ibu, agar ibu menyadari badai pasti
berlalu. Rasa sakit setelah melahirkan pasti akan sembuh, rasa sakit ketika
awal-awal memberi ASI pasti akan hilang, teror tangis bayi lambat laun akan
berubah menjadi ocehan dan tawa yang menggemaskan, bayi yang “menjengkelkan”,
beberapa bulan lagi akan menjadi bayi mungil yang menakjubkan, dan lain-lain
· Minta bantuan orang lain, misalnya kerabat atau teman untuk
membantu mengurus si kecil
· Ibu yang baru saja melahirkan sangat butuh instirahat dan
tidur yang cukup. Lebih banyak istirahat di minggu-minggu dan bulan-bulan
pertama setelah melahirkan, bisa mencegah depresi dan memulihkan tenaga yang
seolah terkuras habis
· Hindari makan manis serta makanan dan minuman yang mengandung
kafein, karena kedua makanan ini berfungsi untuk memperburuk depresi
· Konsumsi makanan yang bernutrisi agar kondisi tubuh cepat
pulih, sehat dan segar
· Coba berbagi rasa dengan suami atau orang terdekat lainnya,
dukungan dari mereka bisa membantu mengurangi depresi
b).
Depresi postpartum
Depresi postpartum dialami
20% ibu yang baru melahirkan, menurut Boback & Jensen (1993). Depresi dapat
digambarkan sebagai perasaan sedih, galau, tak bahagia, susah atau kehilangan
semangat hidup. Kebanyakan dari kita merasakan hal seperti ini pada suatu
periode singkat di dalam suatu waktu. Biasanya gejala akan tampak pada bulan
pertama setelah melahirkan, bisa hingga bayi berumur satu tahun.
Penyebab depresi
Penyebabnya belum diketahui secara pasti.Banyak alasan yang dapat dikemukakan sebagai penyebab perempuan menderita depresi. Perubahan hormone atau kejadian di dalam kehidupan yang menimbulkan stress seperti saat kematian keluarga, menyebabkan perubahan kimiawi di dalam otak yang mengarah menuju depresi. Setelah melahirkan perubahan hormonal yang terjadi dalam tubuh perempuan dapat memicu terjainya depresi.Selama kehamilan terjadi lonjakan jumlah estrogen dan progesterone. Dalam jangka waktu 24 jam setelah melahirkan, jumlah estrogen dan progesterone kembali normal seperti saat sebelum kehamilan.
Faktor lain yang dapat menyebabkan depresi :
· Kelelahan setelah melahirkan, berubahnya pola tidur dan
kurang istirahat, seringkali menyebabkan ibu yang baru melahirkan belum kembali
ke kondisi normal meskipun setelah berminggu-minggu dari saat melahirkan
· Kegalauan dan kebingungan dengan kelahiran bayi yang baru,
perasaan tidak percaya diri dengan kemampuan diri untuk dapat merawat bayi yang
baru sementara masih merasa bertanggung jawab dengan semua pekerjaan yang ada
· Perasaan stress dari perubahan dalam pekerjaan maupun
kerutinan dalam rumah tangga. Sementara banyak perempuan yang merasa
berkewajiban untuk menjadi super women yang tidak realistis dan sulit dicapai,
malahan akan menambah stress yang ada
· Perasan kehilangan akan identitas diri, akan kemampuan diri
akan figure tubuh sebelum kehamilan, akan perasaan dapat mengontrol diri
sebelum kehamilan, akan perasaan menjadi kurang menarik
· Kurangnya waktu untuk diri sendiri, tidak dapatnya
mengontrol waktu sebagaimana yang dapat dilakukan sebelum dan selama kehamilan,
harus tinggal di dalam rumah dalam jangka waktu yang lama, juga kekurangan
waktu probadi dengan orang yang dicintai selain dari bayi yang baru lahir
Gejala depresi :
· Perasaan sedih, tidak berdaya dan galau
· Sering menangis
· Tidak ada energy dan motivasi hidup
· Makan terlalu banyak atau terlalu sedikit
· Tidur terlalu banyak atau terlalu sedikit
· Rasa tidak berharga dan bersalah
· Kehilangan semangat atau kenyamanan dalam beraktifitas
· Menjauhkan diri dari teman atau keluarga
· Sakit kepala, nyeri di dada, jantung berdebar-debar dan
nafas cepat
Setelah melahirkan, gejala lain dari depresi
dapat termasuk ketakutan untuk menyakiti bayi dan dirinya sendiri (rasa ingin
bunuh diri) dan tidak ada ketertarikan pada bayi.
PERAN BIDAN
1.
Menjalin hubungan baik dengan keluarga dalam
mengembangkan upaya menjalin kasih sayang dengan bayinya
2.
Berikan dukungan emosional dan spiritual
3.
Lakukan kolaborasi untuk perawatan depresi :
a.
Terapi bicara, adalah sesi bicara dengan
terapis, psikolog atau pekerja sosial untuk mengubah apa yang dipikirkan,
dirasakan dan dilakukan oleh ibu akibat menderita depresi.
b.
Obat medis. Obat anti depresi yang diresepkan
oleh dokter. Sebelum mengkonsumsi obat anti depresi sebaiknya didiskusikan
benar, obat mana yang tepat dan aman bagi bayi untuk dikonsumsi oleh ibu
menyusui.
4.
Berikan advice :
a.
Banyak istirahat sebisanya (tidurlah selama
bayi tidur).
b.
Hentikan membebani diri sendiri untuk
melakukan semuanya sendiri. Kerjakan apa yang dapat dilakukan dan berhenti saat
merasa lelah. Biarkan pekerjaan yang tersisa dilakukan kemudian.
c.
Mintalah bantuan untuk mengerjakan pekerjaan
rumah tangga dan pemberian makan pada waktu malam hari. Mintalah pada suami
untuk mengangkat bayinya untuk disusui saat malam hari sehingga ibu dapat
menyusui di tempat tidur tanpa harus banyak bergerak. Bila memungkinkan,
carilah tenaga bantuan dari teman, keluarga atau tenaga professional untuk membantu
selama diperlukan.
d.
Bicarakan dengan suami, keluarga,dan teman
mengenai perasaan yang dimiliki.
e.
Jangan sendirian dalam jangka waktu lama.
Berdandan dan keluarlah dari rumah. Pergilah atau jalan-jalan ke suatu tempat
untuk merubah suasana hati.
f.
Bicaralah dengan orang tua (ibu) agar dapat
bertukar pikiran dansharing pengalaman.
g.
Jangan membuat perubahan hidup yang sangat
drastic, seperti pindah kerja, pindah rumah, ganti pasangan hidup, dan
lain-lain.
h.
Bila ada perubahan drastic yang tidak
dapat dielakkan, buatlah persiapan yang matang.
Dampak depresi pada bayi
Stress serta sikap tidak tulus ibu yang terus
menerus diterima oleh bayi kelak bisa membuatnya tumbuh menjadi anak yang mudah
menangis, cenderung rewel, pencemas sekaligus pemurung. Dampak lain yang juga
merugikan adalah anak cenderung mudah sakit.
Depresi pasca melahirkan mempengaruhi kemampuan seseorang untuk merawat bayinya.Ia dapat kurang tenaga, tidak dapat berkonsentrasi, gusar terus menerus dan tidak dapat memenuhi kebutuhan bayi akan cinta dan perhatian yang tidak putus. Akibatnya penderita akan merasa
Depresi pasca melahirkan mempengaruhi kemampuan seseorang untuk merawat bayinya.Ia dapat kurang tenaga, tidak dapat berkonsentrasi, gusar terus menerus dan tidak dapat memenuhi kebutuhan bayi akan cinta dan perhatian yang tidak putus. Akibatnya penderita akan merasa
bersalah dan kehilangan rasa percaya diri
akan kemampuannya sebagai ibu, dimana perasan ini dapat memperburuk kondisi
depresinya.
Pendapat para ilmuwan bahwa ini dapat
mempengaruhi kemampuan bayi dalam perkembangan bahasanya, dalam kedekatan
emosionalnya dengan orang lain, dalam masalah bersikap, tingkat aktifitas yang
lemah, masalah tidur dan distress.Adanya gangguan pemberian ASI sehingga pemberian
nutrisi bayi menjadi terganggu. Jika menyusui di jam-jam pertama kelahiran
tidak dapat dilakukan, alternatif terbaik berikutnya adalah memerah ASI selama
10-20 menit tiap 2 hingga 3 jam sekali.
Post Partum Psikosis
Sangat jarang terjadi, 1 atau 2 dalam setiap
1000 kelahiran dan biasanya dimulai pada minggu ketiga dalam 6 minggu setelah
melahirkan. Para wanita yang rentan terhadap depresi postpartum yang lebih
berat adalah mereka yang kehamilannya tidak diharapkan, atau mereka yang
mempunyai masalah-masalah yang sulit dihadapi, beresiko untuk terkena
postpartum psikosis.
Gejala :
ü Halusinasi
ü Gangguan saat tidur
ü Perilaku yang kurang wajar
Etiologi :
ü Perubahan tingkat hormonal
ü Stres psikologis dan
fisik
ü Sistem pendukung yang tidak
memadai
Sering dialami :
ü Ibu yang mengalami abortus
ü Kematian bayi dalam
kandungan
ü Kematian bayi setelah
lahir
Kesedihan dan Duka Cita
Kesedihan
Kesedihan adalah reaksi
emosi, mental dan fisik dan sosial yang normal dari kehilangan sesuatu yang
dicintai dan diharapkan. Berduka sangat bervariasi tergantung pada apa yang
hilang dan respon terhadap kehilangan akan berbeda setiap individunya.
Tahap kesedihan (Kubler Ross, 1970
1)
Denial (penyangkalan)
Menyangkal apa yang
sebenarnay terjadi dan terus berharap pada apa yang mereka impikan atau
angan-angankan.
2)
Anger (kemarahan)
Marah pada apa yang sedang
terjadi, emosi tidak stabil dan mungkin menyalahkan semua pihak yang terlibat
di dalamnya (seperti tenaga kesehatan yang menolong ataupun dari pihak
keluarganya sendiri.
3)
Bargaining (tawar menawar)
Terkesan seperti menerima
apa yang telah terjadi tetapi tahap ini merupakan tahap pendek atau singkat dan
tidak mungkin dinyatakan oleh pasien. Pasien tetap berharap, itu tidak terjadi.
4)
Depression (depresi)
Fase ini merupakan fase
yang berlangsung cukup lama, bisa berlangsung dalam beberapa bulan atau mungkin
beberapa tahun.Gejala yang tampak; perasaan depresi, bersalah, kehilangan,
kesepian, panic dan menangis tanpa sebab yang jelas.
5)
Acceptance (menerima)
Kematian merupakan suatu
hal yang tidak bisa dielakkan atau dihindari, kesedihan akibat kematian akan
mulai berkurang seiring dengan berjalannya waktu, ibu dan keluarga mulai
menerima kenyataan.
Tanda gejala berduka:
· Efek fisik, ibu akan merasa kelelahan, sulit tidur, nafsu
makan menghilang, gelisah dan lemah.
· Efek emosional, ibu merasa bersalah terhadap apa yang
terjadi, marah, sedih, dan benci pada dirinya sendiri.
· Efek sosial, ibu cenderung untuk menarik diri.
Duka cita
Duka cita adalah suatu respon fisiologis
terhadap kehilangan.
Ada beberapa tahapan proses duka cita :
Ada beberapa tahapan proses duka cita :
1). Tahap shock, merupakan respon awal
individu terhadap kehilangan.
a)
Manifestasi perilaku dan perasaan
Penolakan ketidak
percayaan, keputusasaan, marah, takut, ansietas, merasa bersalah, kekosongan,
kesendirian, kesedihan, kesepian, isolasi, kekakuan, menangis,
kebencian/kepahitan, keterasingan, kehilangan inisiatif, merasa dihianati,
frustasi, memberontak dan kehilangan konsentrasi.
b)
Manifestasi fisik
Keluhan kehilangan berat,
anoreksia, tidur gelisah, keletihan, kurang istirahat,kurus, sesak nafas, mengomel
sakit dada, kelemahan internal, kelemahan umum dan kelemahan kaki.
2) Tahap
penekanan / fase realitas
Tahap ini terjadi penerimaan fakta kehilangan
dan penyesuaian terhadap realita yang membebani.Contoh : orang yg mengalami
duka cita akan menyesuaikan dengan lingkungan tanpa kehadiran orang yang
dicintainya atau menerima fakta dan membuat penyesuaian yang perlu dalam
kehidupannya.
PERAN BIDAN
Dalam upaya membantu klien yang bersedih dan
berduka, bidan dapat memfasilitasi penerimaan mereka pada :
1). Kehilangan bayi :
· Mengajak untuk melihat, menyentuh dan memegang bayi yang
meninggal
· Memberi harapan kepada mereka dengan memberi nama bayi,
memberi satu set jejak kaki, memberi foto
· Memberi harapan untuk mendapatkan beberapa bentuk bantuan
pemakaman
2). Anak yg tidak sempurna/kelainan :
· Memberikan rasa aman dan sabar
· Mendengarkan keluhannya
· Tidak menyalahkan
· Menghindari lingkungan yang memfasilitasi hal yang negatif
yng mereka rasakan
· Menghindari penolakan terhadap bayinya
C.
FAKTOR PENGARUH LINGKUNGAN
Faktor Lingkungan
Faktor yang paling
mempengaruhi status kesehatan masyarakat terutama ibu hamil, bersalin dan nifas
adalah faktor lingkungan yaitu pendidikan di samping faktor-faktor lainnya.
Jika masyarakat mengetahui dan memahami hal-hal yang mempengaruhi status
kesehatan tersebut maka diharapkan masyarakat tidak melakukan
kebiasaan/adat-istiadat yang merugikan kesehatan khususnya bagi ibu hamil,
bersalin dan nifas.
DAFTAR PUSTAKA
Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa
Nifas. Jakarta: Salemba Medika (Halaman: 63-69)
Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonata, 2002. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo (Halaman:U-6 s/d U-7)
Post a Comment for "FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MASA NIFAS DAN MENYUSUI"