Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

TEORI DAN MODEL KONSEPTUAL ASUHAN KEBIDANAN

 
1.      Teori Reva Rubin
Menurut Rubin seorang wanita sejak hamil sudah mempunyai harapan sebagai berikut :
o   Kesejahteraan ibu dan bayi
o   Penerimaan masyarakat
o   Penentuan identitas diri
o   Mengerti tentang arti memberi dan menerima

Perubahan yang umumnya terjadi pada wanita pada waktu hamil :
1.       Cenderung lebih tergantung dan membutuhkan perhatian yang lebih baik untuk dapat berperan sebagai calon ibu dan mampu memperhatikan perkembangan janinnya.
2.       Membutuhkan sosialisasi

Tahap Psikososial (Psikososial Stage)
1.       Anticipatory Stage
Tahap ini ibu-ibu melakukan latihan peran dan memerlukan interaksi dengan anak lain.
2.       Honeymoon Stage
Ibu mulai memahami sepenuhnya peran dasarnya, pada tahap ini ibu memerlukan bantuan anggota keluarga yang lain.
3.       Plate Stage
Ibu akan mencoba dengan sepenuhnya apakah ia telah mampu menjadi ibu. Tahap ini membutuhkan waktu beberapa minggu dan ibu akan melanjutkan sendiri.
4.       Disangagement
Merupakan tahap penyelesaian dimana latihan peran dihentikan. Pada tahap ini peran sebagai orang tua belum jelas.

Reaksi umum pada kehamilan :
a.       Trimester I
Ambivalen, takut, fantasi, khawatir
b.       Trimester II
Perasaan lebih enak, meningkatnya kebutuhan untuk mempelajari tentang perkembangan dan pertumbuhan janin, menjadi narsistik, pasif, introvert, kadang egosentrik dan self centered.
c.       Trimester III
Berperasaan aneh, sembrono, jelek menjadi introvert, merefleksikan terhadap pengalaman masa kecil.

Tiga aspek yang diidentifikasi dalam peran ibu :
1.       Gambaran tentang idaman
Seorang ibu muda akan mempunyai seseorang yang dijadikannya contoh
2.       Gambaran tentang diri
Gambaran diri seorang wanita adalah bagaimana seorang wanita tersebut memandang dirinya sebagai bagian dari pengalaman dirinya.
3.       Gambaran tubuh
Gambaran tentang tubuh berhubungan dengan perubahan fisik yang terjadi selama kehamilan dan perubahan yang spesifik yang terjadi selama kehamilan dan setengan melahirkan.

Tahap Phase aktivitas penting sebelum seseorang menjadi ibu
Ø  Taking On
Wanita meniru dan melakukan peran ibu, dikenal sebagai tahap meniru
Ø  Taking In
Fantasi wanita tidak hanya meniru tetapi sudah mulai membayangkan peran yang dilakukannya. Pada tahap sebelumnya Introjection, Projection dan Rejection merupakan tahap dimana wanita menirukan model-model yang ada sesuai dengan pendapatnya.
Ø  Letting Go
Merupaka phase dimana wanita mengingat kembali proses dan aktivitas yang sudah dilaksanakannya.

 Sehingga dibutuhkan peran dari lingkungan dalam menghadapi masa transisi pada masa postpartum kemasa menjadi orang tua, menurut Rubin (1960) sebagai berikut :
o  Respon dan dukungan dari keluarga dan teman
o  Hubungan dari pengalaman melahirkan
o  Pengalaman melahirkan dan membesarkan anak yang lalu
o  Pengaruh budaya




2.      TEORI RAMONAT T.MARCER
Teori Marcer lebih menekankan pada stress antepartum dan pencapaian peran ibu.
a.      Efek Stress Antepartum
Tujuan : memberikan dukungan selama hamil untuk mengurangi lemahnya lingkungan serta dukungan sosial serta kurangnya kepercayaan diri.
Enam faktor yang mempunyai hubungan dengan status kesehatan :
1)     Hubungan interpersonal
2)     Peran keluarga
3)     Stress antepartum komplikasi dari resiko kehamilan dan pengalaman negatif dalam hidup
4)     Dukungan sosial
5)     Rasa percaya diri
6)     Penguasaan rasa takut, depresi dan keraguan.

b.      Pencapaian Peran Ibu
Empat langkah dalam peran ibu (tahapan)
1)     Anticipatory
Suatu masa sebelum menjaid ibu memulai penyesuaian sosial dan psikologi terhadap peran barunya nanti dengan mempelajari apa saja yang dibutuhkan untuk menjadi seorang ibu.
Contoh : Latihan masak, belajar tentang ASI, belajar perawatan anak, dll.
2)     Formal
Dimulai dengan peran sesungguhnya seorang ibu, bimbingan peran secara formal dan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh sistem wanita dan wanita.
3)     Informal
Saat wanita telah mampu menemukan jalan yang unik dalam melaksanakan peran barunya ini.
4)     Personal
Pencapaian peran ibu dengan baik tergantung dari diri sendiri. Marcer melihat bahwa peran aktif seorang wanita dalam pencapaian peran umumnya dimulai setelah bayi lahir yaitu pada 3 bulan sampai 7 bulan postpartum.

Faktor-faktor yang mempengaruhi wanita dalam pencapaian peran ibu yaitu :
a.       Faktor Ibu
o   Umur ibu pada waktu melahirkan anak pertama lahir
o   Persepsi ibu pada waktu melahirkan anak pertama kali
o   Memisahkan ibu dan anak secepatnya
o   Stress sosial
o   Dukungan sosial
o   Konsep diri
o   Sifat pribadi
o   Sikap terhadap membesarkana nak
o   Status kesehatan ibu
b.      Faktor bayi
o   Tempramen
o   Kesehatan bayi
c.       Faktor-faktor lain
o    Latar belakang etnik
o    Status perkawinan
o    Status ekonomi

Faktor-faktor pendukung pencapaian peran ibu :
a.       Emosional Support
Perasaan mencintai, penuh perhatian, percaya dan mengerti
b.       Informasional Support
Membantu individu untuk menolong dirinya sendiri dengan memberikan informasi yang berguna dan berhubungan dengan masalah situasi
c.       Phisical Support
Pertolongan yang langsung seperti membantu merawat bayi dan memberikan dukungan dana.
d.       Appraisal Support
Berupa informasi yang menjelaskan tentang peran pelaksanaan bagaimana ia menampilkan dalam peran, sehingga memungkinkan individu mampu mengevaluasi dirinya sendiri yang berhubungan dengan penampilan orang lain.

3.      TEORI ELA JOY LEHRMAN
Dalam teori ini Lehrman menginginkan agar bidan dapat melihat semua aspek praktik memberikan asuhan pada wanita hamil dan memberikan pertolongan pada persalinan.
Lehrman mengemukakan  8 konsep yang penting dalam pelayanan antenatal :
1.      Asuhan yang berkesinambungan
2.      Keluarga sebagai pusat asuhan
3.      Pendidikan dan konseling merupakan bagian dari asuhan
4.      Tidak ada intervensi dalam asuhan
5.      Fleksibilitas dalam asuhan
6.      Keterlibatan dalam asuhan
7.      Advokasi dari klien
8.      Waktu

Asuhan Partisipatif
Dari delapan komponen yang dibuat oleh Lehrman tersebut kemudian diuji cobakan oleh Morten pada pasien postpartum.
Dari hasil penerapan tersebut Morten menambahkan 3 komponen lagi ke dalam 8 komponen yang telah dibuat oleh Lehrman, yaitu
§  Tehnik terapeutik
§  Pemberdayaan
§  Hubungan sesama

Tehnik Terapeutik
Proses komunikasi sangat bermanfaat dalam proses perkembangan dan penyembuhan, misalnya : mendengar aktif, mengkaji, mengklarifikasi, sikap yang tidak menuduh, pengakuan, fasilitas, pemberian ijin.

Empowerment (pemberdayaan)
Suatu proses memberi kekuasaan dan kekuatan bidan melalui penampilan dan pendekatan akan meningkatkan kemampuan pasien dalam mengoreksi, memvalidasi, menilai dan memberi dukungan.

Lateral Relationship (hubungan sesama)
Menjalin hubungan yang baik terhadap klien bersikap terbuka, sejalan dengan klien, sehingga antara bidan dan kliennya nampak akrab, misalnya sikap empati atau berbagi pengalaman.

4.      TEORI ERNESTINE
Ernestine Wiedenbach sudah pernah bekerja dalam suatu proyek yang mempersiapkan persalinan berdasarkan teori Dr. Grantley Dick Read. Wiedenbach mengembangkan teorinya secara induktif berdasarkan pengalaman dan observasinya dalam praktek.
Konsep luas yang menurut Wiedenbach yang nyata ditemukan dalam keperawatan, yaitu :
§  The Agent                : perawat, bidan, atau tenaga kesehatan lain
§  The Recipient           : wanita, keluarga, masyarakat
§  The Goal                  : goal dari intervensi (tujuan)
§  The Means                : metode untuk mencapai tujuan
§  The Framework        : organisasi sosial, lingkungan profesional

The Agent (The Widwife)
Filosofi Wiedenbach tentang asuhan kebidanan dan tindakan kebidanan dapat dilihat dalam uraiannya yang jelas pada perawatan maternitas dimana kebutuhan ibu dan bayi yang segera untuk mengembangkan kebutuhan yang lebih luas yaitu kebutuhan ibu dan ayah dalam mempersiapkan menjadi orang tua.

The Goal (purpose)
Disadari bahwa kebutuhan masing-masing individu perlu diketahui sebelum menentukan goal. Bila sudah diketahui kebutuhan ini, maka dapat diperkirakan goal yang akan dicapai dengan mempertimbangkan tingkah laku fisik: emosional, atau fisiological yang berbeda dari kebutuhan normal.

The Recipient
Wanita, masyarakat yang oleh sebab tertentu tidak mampu memenuhi kebutuhannya. Wiedenbach sendiri berpandangan bahwa recipient adalah individu yang berkompeten dan mampu menentukan kebutuhannya.

The Means
Untuk mencapai tujuan dari asuhan kebidanan Wiedenbach menentukan beberapa tahap, yaitu :
1.      Identifikasi kebutuhan klien
2.      Ministration : memberikan dukungan dalam mencari pertolongan yang dibutuhkan
3.      Validation : bantuan yang diberikan sungguh merupakan bantuan yang dibutuhkan
4.      Coordination : dengan usaha yang direncanakan untuk memberikan bantuan.

5.      TEORI JEAN BALL
(Teori ”kursi goyang” = keseimbangan emosiona ibu)
Tujuan Asuhan maternitas pada teori ini adalah agar ibu mampu melaksanakan tugasnya sebagai ibu baik fisik maupun psikologis.
Psikologis dalam hal ini tidak hanya pengaruh emosional tetapi juga proses emosional agar tujuan akhir memenuhi kebutuhan untuk menjadi orang tua terpenuhi. Kehamilan, persalinan dan masa post partum adalah masa untuk mengadopsi peran baru.


Hypotesa Ball :
Respon emosional wanita terhadap perubahan yang terjadi bersamaan dengan kelahiran anak yang mempengaruhi personality seseorang dan dengan dukungan yang berarti mereka mendapatkan system keluarga dan sosial.
Persiapan yang sudah diantisipasi oleh bidan dalam masa post natal akan mempengaruhi respon emosional wanita dalam perubahan yang dialaminya pada proses kelahiran anak.
Dalam teori kursi goyang dibentuk oleh tiga elemen :
1.      Pelayanan maternitas
2.      Pandangan masyarakat terhadap keluarga
3.      Sisi penyanggah/support terhadap kepribadian wanita
Kesejahteraan seorang wanita sangat tergantung terhadap efektivitas ketiga elemen tersebut.
Women               :     Ball memusatkan perhatiannya terhadap perkembangan emosional, sosial dan spikologikal seorang wanita dalam proses melahirkan.
Health                  :     Merupakan pusat dari model Ball
                             Tujuan dari post natal care agar wanita mampu menjadi seorang ibu.
Environment   :     Lingkungan sosial dan organisasi wanita dalam sistem dukungan post natal misalnya membutuhkan dukungan sangat penting untuk mencapai kesejahteraan.
Midwifery         : Berdasarkan penelitian asuhan post natal misalnya, dikhawatirkan kurang efektif karena kurangnya pengetahuan tentang kebidanan.
Self                        :    Secara jelas kita dapat melihat bahwa peran bidan dalam memberikan dukungan dan membantu seorang wanita untuk menjadi yakin dengan perannya sebagai seorang ibu.

B.     Model Konseptual Asuhan Kebidanan
 Midwifwery Care
a.      Pengertian
Midwifery Care (Asuhan Kebidanan) adalah penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi tanggung jawab dalam memberikan pelayanan kepada klien yang mempunyai kebutuhan/masalah dalam bidang kesehatan ibu masa hamil, masa persalinan, nifas, bayi setelah lahir serta keluarga berencana.
b.      Model asuhan kebidanan
Asuhan kebidanan merupakan metode pemberian asuhan yang berbeda dengan metode perawatan medis. Model asuhan kebidanan didasarkan pada prinsip-prinsip sayang ibu. Adapun prinsip-prinsip asuhan kebidanan adalah sebagai berikut :
1)       Memahami bahwa kelahiran anak merupakan sesuatu proses alamiah dan fisiologis
2)       Menggunakan cara-cara yang sederhana, tidak melakukan intervensi tanpa adanya indikasi sebelum berpaling ke teknologi.
3)       Aman, berdasarkan fakta, dan memberi kontribusi pada keselamatan jiwa ibu.
4)       Terpusat pada ibu, bukan terpusat pada pemberian asuhan kesehatan/lembaga (Sayang Ibu)
5)       Menjaga privacy serta kerahasiaan ibu.
6)       Membantu ibu agar merasa aman, nyaman dan didukung secara emosional
7)       Memastikan bahwa kaum ibu mendapatkan informasi, penjelasan dan konseling yang cukup
8)       Mendorong ibu dan keluarga agar menjadi peserta aktif dalam membuat keputusan setelah mendapat penjelasan mengenai asuhan yang akan mereka dapatkan
9)       Menghormati praktek-praktek adapt, dan keyakinan agama mereka
10)   Memantau kesejahteraan fisik, psikologis, spiritual dan sosial ibu/keluarganya selama masa kelahiran anak
11)   Memfokuskan perhatian pada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.

c.       Proses Asuhan Kebidanan
Proses asuhan kebidanan adalah dinamis, tanggung jawab terhadap perubahan status kesehatan setiap wanita, dan mengantisipasi masalah-masalah potensial sebelum terjadi.
Para bidan melibatkan ibu dan keluarganya dalam asuhannya pada seluruh bagian dalam proses pengambilan keputusan, dan dalam pengembangan rencana asuhan kesehatan kehamilan dan pengalaman melahirkan.
d.      Komponen Asuhan Kebidanan
Komponen-komponen asuhan kebidanan di Indonesia dalam ”Kompetensi Bidan Di Indonesia”. Kompetensi Bidan tersebut dikelompokkan dalam 2 kategori, yaitu yang pertama adalah kompetensi inti/dasar merupakan kompetensi minimal yang mutlak dimiliki oleh bidan. Kompetensi inti tersebut difokuskan pada seputar kehamilan dan kelahiran. Yang kedua adalah kompetensi tambahan/lanjutan yang merupakan pengembangan dari pengetahuan dan ketrampilan dasar untuk mendukung tugas bidan dalam memenuhi tuntutan/kebutuhan masyarakat yang sangat dinamis serta perkembangan IPTEK. Asuhan kebidanan ini termasuk pengawasan pelayanan kesehatan masyarakat di posyandu (tindakan dan pencegahan), penyuluhan dan pendidikan kesehatan reproduksi wanita, keluarga dan masyarakat termasuk persiapan menjadi orang tua, menentukan pilihan KB, deteksi kondisi abnormal pada ibu dan bayi. Usaha memperoleh pelayanan khusus bila diperlukan (konsultasi atau rujukan), dan pelaksanaan pertolongan kegawat-daruratan primer dan sekunder ketika tindakan ada pertolongan medis.
e.       Asuhan Kebidanan Yang Berkualitas : 5 Benang Merah Asuhan Persalinan
Selama melaksanakan asuhan persalinan bidan selalu bekerjasama dengan ibu selama persalinan dan kelahiran. Ada 5 aspek dasar dari kualitas asuhan yang harus dilakukan oleh bidan pada saat persalinan kala satu, dua, hingga tiga dan empat, termasuk asuhan pada bayi baru lahir. Karena kelima aspek ini sangat menentukan untuk memastikan persalinan yang aman bagi ibu dan bayinya. Kelima aspek ini sering disebut sebagai 5 benang merah. Dalam asuhan kebidanan yang berkualitas, setiap aspek benang merah ini saling berkaitan satu sama lain pada :
§  Asuhan Sayang Ibu
Asuhan Sayang Ibu amat membantu ibu dan keluarganya untuk merasa aman dan nyaman selama dalam proses persalinan. Cara untuk memahami asuhan sayang ibu adalah dengan menanyakan pada diri kita sendiri ”SEPERTI INIKAH ASUHAN YANG SAYA INGIN DAPATKAN?” Bagian dari ini juga merupakan asuhan sayang bayi.
§  Pencegahan Infeksi
Dalam memberikan asuhan berkualitas tinggi, bidan harus melindungi terhadap infeksi tidak hanya pada pasien, namun juga pada diri sendiri dan rekan kerjanya. Cara praktis, efektif dan ekonomis melakukan pencegahan infeksi (seperti mencuci tangan, menggunakan sarung tangan dan pelindung, melakukan pemrosesan disinfeksi alat-alat dan pembuangan sampah yang aman) harus betul-betul dipatuhi oleh bidan selama penatalaksanaan asuhan kebidanan. 
§  Pengambilan Keputusan Klinik
Pengambilan keputusan klinik yang efektif adalah selama proses penatalaksanaan kebidanan. Keputusan klinik yang dibuat oleh bidan sangat menentukan kepastian persalinan yang aman. Dengan menggunakan pendekatan manajemen proses kebidanan, para bidan dapat mengumpulkan data dengan sistematis, menginterpretasikan data dan membuat keputusan sesuai dengan asuhan yang dibutuhkan pasien. Seorang bidan akan menggunakan manajemen proses kebidanan serupa ini berulang kali pada setiap pasien.
§  Pencatatan (Dokumentasi)
Karena bidan menggunakan proses penatalaksanaan kebidanan untuk membuat keputusan, maka ia harus mencatat temuan dan membuat keputusannya. Hal ini sangat penting untuk diingat bahwa jika temuan tidak dilaporkan, maka seolah ia tidak melakukan apa-apa. Dokumentasi memberikan catatan permanen mengenai manajemen pasien dan dapat merupakan pertukaran informasi dengan para petugs kesehatan yang lain. Pencatatan dibutuhkan oleh undang-undang.
§  Rujukan
Rujukan pada institusi yang tepat serta tepat waktu dimana asuhan yang dibutuhkan tersedia akan menyelamatkan nyawa ibu. Walaupun kebanyakan ibu-ibu akan mengalami persalinan normal, namun sekitar 10% akan mengalami komplikasi yang membahayakan nyawanya. Sangat penting bagi bidan untuk mengenali masalah, serta menentukan jika ia cukup terampil dalam menangani masalah tersebut, lalu merujuk ibu untuk mendapatkan pertolongan dengan tepat waktu. Ketika merujuk, bidan harus selalu ingat, siapa, kapan, kemana dan bagaimana merujuk agar ibu dan bayi tetap selamat.

f.       Etika Dalam Asuhan Kebidanan
Pada umumnya bidan mampu mengambil keputusan berdasarkan apa nalurinya. Karena asuhan kebidanan merupakan asuhan yang komplek, maka para bidan sebelumnya dapat mengembangkan nalurinya selama memberikan asuhan.
Organisasi bidan telah mengembangkan ”kode etik profesi” sebagai pedoman. Salah satu contohnya adalah kode etik Bidan Internasional (International Confederation of Midwives of Ethics).
Adanya satu forum diskusi untuk membahas pertimbangan-pertimbangan etik merupakan suatu bagian yang amat penting bagi pendidikan kebidanan. Isu-isu yang perlu dipikirkan adalah : pilihan individu, otonomi, peningkatan kesejahteraan klien, tidak menimbulkan penderitaan klien, memberikan keadilan, kesetaraan, hak-hak wanita.
Kode etik praktek dan perilaku bidan harus dipakai untuk memfasilitasi alasan etis dan meningkatkan asuhan dan bukan untuk memberikan penilaian moral tentang perilakunya.

Paradigma Sehat
Derajat kesehatan di Indonesia masih rendah, hal ini menuntut adanya upaya untuk menurunkannya.Salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan, pemerintah membuat satu model dalam pembangunan kesehatan yaitu PARADIGMA SEHAT. Paradigma Sehat ini pertama kali dicetuskan oleh Prof. Dr.F.A Moeloek (Menkes RI) pada rapat sidang DPR Komisi VI pada tanggal 15 September 1998.
Paradigma Sehat adalah cara pandang, pola pikir, atau model pembangunan kesehatan yang melihat masalah kesehatan saling berkait dan mempengaruhi dengan banyak faktor yang bersifat lintas sektor, dan upayanya lebih diarahkan pada peningkatan, pemeliharaan dan perlindungan kesehatan, bukan hanya penyembuhan orang sakit atau pemulihan kesehatan.
Secara MAKRO dengan adanya Paradigma sehat berarti pembangunan semua sektor harus memperhatikan dampaknya dibidang kesehatan. Secara MIKRO dengan adanya Paradigma sehat maka Pembangunan kesehatan lebih menekankan pada upaya promotif dan preventif.
Paradigma Sehat ini sangat penting karena :
Paradigma Sehat ini merupakan model dalam pembangunan kesehatan tetapi juga dijadikan model dalam Asuhan Kebidanan, hal ini karena :
Paradigma sehat dikatakan sebagai suatu perubahan sikap, orientasi atau MindSet, Beberapa pandangan yang berubah menjadi Paradigma Sehat, yaitu :
Pada hakekatnya sehat atau kesehatan dapat diartikan sebagai kondisi yang normal dari kehidupan manusia. Sehat atau kesehatan seringkali dianggap sebagai sesuatu yang sudah dengan sendirinya begitu. Sehat merupakan suatu keadaan yang tidak hanya terbebas dari penyakit akan tetapi meliputi seluruh aspek kehidupan manusia yang meliputi aspek fisik, emosi, sosial, dan spiritual.
Sehat adalah suatu keadaan dan kualitas dari organ tubuh yang berfungsi secara wajar dengan segala faktor keturunan dan lingkungan yang dimiliki
Sehat adalah keadaan yang sempurna dari fisik, mental, sosial, tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan.
Sehat adalah suatu keadaan seimbang yang dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh dan berbagai faktor yang berusaha mempengaruhinya.
Sehat adalah suatu keadaan dimana seseorang pada waktu diperiksa tidak mempunyai keluhan ataupun tidak terdapat tanda-tanda suatu penyakit dan kelainan.
            Batasan sehat menurut WHO yang mencakup keadaan fisik, mental dan sosial sering perlu ditambah dengan sehat spiritual.
            Definisi WHO tentang sehat mempunyai karakteristik berikut yang dapat meningkatkan konsep sehat yang positif (WHO, 1974):
UU No. 23. 1992 tentang kesehatan menyatakan bahwa: Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
Dalam pengertian yang paling luas, sehat merupakan suatu keadaan yang dinamis dimana individu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan internal (psikologis, intelektual, spiritual dan penyakit) dan eksternal (lingkungan fisik, sosial dan ekonomi). Dalam mempertahankan kesehatannya.
Sehat fisik diartikan sebagai kondisi badan yang serasi dengan tanda-tanda utama kulit yang bersih, mata yang bersinar, rambut yang subur, otot-otot bidan yang kuat, tidak terlalu gemuk, nafas yang segar, nafsu makan yang baik, tidur yang nyenyak, buang air besar dan kecil yang teratur, dan gerakan badan yang supel, mudah dan terkoordinasi, semua organ badan dalam ukuran yang sebanding dan berfungsi normal, semua alat indera berfungsi lengkap, denyut nadi dan tekanan darah dalam keadaan istirahat dan gerakan (exercise) ada dalam batas-batas normal menurut umur dan jenis kelamin. Pada usia anak dan remaja yang sedang tumbuh dan berkembang, berat dan tinggi badan akan bertambah sampai mencapai ukuran dewasa pada umur ± 25 tahun.

Dalam badan yang sehat terletak jiwa yang kuat. Sehat fisik dan mental adalah dua hal yang tidak terpisahkan.
Ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi untuk dapat dikatakan sehat mental, yaitu :

Sehat sosial menekankan pada kemampuan untuk hidup bersama dengan masyarakat dilingkungannya dengan penuh rasa kebersamaan, tolong – menolong, saling menghormati dan saling menghargai. Hidup bersama ini untuk saling memenuhi kebutuhan hidup yang menunjang kesehatan itu sendiri.

Manusia sebagai makhluk yang berbudaya dan berakal akan merasakan ketidaklengkapan cara hidupnya tanpa pegangan kepada sesuatu yang bukan fisik, mental atau sosial, tapi supernatural. Sehat secara spiritual adalah penting untuk masyarakat Indonesia yang ajaran hidupnya adalah Pancasila, dimana sila pertamanya adalah ketuhanan yang maha esa.

Menurut Neuman (1990) menyatakan bahwa :
Sehat adalah suatu rentang yang merupakan tingkat kesejahteraan klien pada waktu tertentu, yang terdapat dalam rentang dan kondisi sejahtera yang optimal, dengan energi yang paling maksimum, sampai kondisi kematian yang menandakan habisnya energi total.
Jadi menurut model ini sehat adalah keadaan dinamis yang berubah secara terus-menerus sesuai dengan adaptasi individu terhadap berbagai perubahan pada lingkungan internal dan eksternalnya untuk mempertahankan keadaan fisik, emosional, intelektual, sosial, perkembangan, dan spiritual yang sehat.
Dengan model ini bidan dapat menentukan tingkat kesehatan klien  sesuai dengan rentang sehatnya, sehingga faktor risiko klien yang merupakan faktor penting untuk diperhatikan dalam mengidentifikasikan tingkat kesehatan klien. Faktor-faktor risiko tersebut meliputi variabel genetik dan psikologis. Kekurangan dari model ini adalah sulitn ya menentukan tingkat kesehatan klien sesuai dengan titik tertentu yang ada diantara dua titik ekstrim pada rentang itu ( kesejahteraan tingkat tinggi kematian). Misalnya, apakah seseorang yang mengalami fraktur kaki tapi ia mampu melakukan adaptasi dengan keterbatasan mobilitas.
Model ini efektif jika digunakan untuk membandingkan tingkat kesejahteraan saat ini dengan tingkat kesejahteraan sebelumnya. Sehingga bermanfaat bagi bidan dalam menentukan tujuan pencapaian tingkat kesehatan yang lebih baik di masa yang akan datang.
Model yang dikembangkan oleh Dunn (1977) ini berorientasi pada cara memaksimalkan potensi sehat pada individu melalui perubahan prilaku. Model ini berhasil diterapkan untuk perawatan lansia, dan juga digunakan dalam perawatan keluarga dan kebidanan komunitas.
Menurut pendekatan model ini tingkat sehat dan sakit individu atau kelompok ditentukan oleh hubungan dinamis antara agen pejamu dan lingkungan. Model ini menyatakan bahwa sehat dan sakit ditentukan oleh interaksi yang dinamis dari ketiga variabel tersebut .
Model ini memberikan cara bagaimana klien akan berperilaku sehubungan dengan kesehatan mereka dan bagaimana mereka mematuhi terapi kesehatan yang diberikan.
Terdapat tiga komponen dari model Keyakinan-Kesehatan antara lain :
Model ini membantu bidan memahami berbagai faktor yang dapat mempengaruhi persepsi, keyakinan dan perilaku klien serta membantu bidan membuat rencana kebidanan yang paling efektif untuk membantu klien, memelihara dan mengembalikan kesehatan serta mencegah terjadinya penyakit.
Focus model ini adalah menjelaskan alasan keterlibatan klien dalam aktifitas kesehatan.
Peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit merupakan dua konsep yang berhubungan serta pada pelaksanaannya ada beberapa hal yang menjadi saling tumpang tindih satu sama lain.
Peningkatan kesehatan merupakan upaya memelihara atau memperbaiki tingkat kesehatan klien saat ini. Sedangkan penyakiy merupakan upaya yang bertujuan untuk melindungi klien dari ancaman kesehatan yang bersifat actual maupun sosial.

Kegiatan peningkatan kesehatan dapat bersifat aktif maupun pasif :
Merupakan strategi peningkatan kesehatan dimana individu akan memperoleh manfaat dari kegiatan yang dilakukan oleh orang lain tanpa harus melakukannya sendiri.
Pada strategi ini setiap individu diberikan motivasi untuk melakukan program kesehatan tertentu.

Cara pandang atau pola piker pembangunan kesehatan yang bersifat holistic, proaktif, antisifatif, melihat masalah kesehatan sebagai masalah yang dipengaruhi banyak faktor secara dinamis dan bersifat lintas sector dalam satu wilayah. Paradigm sehat merupakan model pembangunan kesehatan yang berorientasi pada peningkatan, pemeliharaan dan perlindungan penduduk sehat dan bukan hanya penyembuhan pada orang sakit.

Post a Comment for "TEORI DAN MODEL KONSEPTUAL ASUHAN KEBIDANAN"