Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

MAKALAH PEMBERIAN KOLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang
Menyusui merupakan cara pemberian makan yang diberikan secara langsung oleh ibu kepada anaknya, namun seringkali ibu menyusui kurang memahami dan kurang mendapatkan informasi, bahkan sering kali ibu-ibu mendapatkan suatu informasi yang salah tentang manfaat ASI ekslusif itu sendiri, tentang bagaimana cara menyusui ataupun langkah - langkah menyusui yang benar kepada bayinya, dan kurangnya informasi yang diberikan tentang dampak apabila Asi esklusif itu tidak diberikan dan apa yang harus dilakukan bila timbul kesukaran dalam menyusui secara ekslusif kepada bayinya (Roesli, 2000).
ASI merupakan satu – satunya makanan tunggal paling sempurna bagi bayi hingga berusia 6 bulan. ASI cukup mengandung seluruh zat gizi dibutuhkan bayi. Selain itu, secara alamiah ASI dibekali enzim pencerna susu sehingga organ pencernaan bayi mudah mencerna dan menyerap gizi ASI (Arif, 2009).
Menyusui, artinya memberikan makanan kepada bayi yang secara langsung dari payudara ibu sendiri. Menyusui adalah proses alamiah, dimana berjuta-juta ibu melahirkan diseluruh dunia berhasil menyusui bayinya tanpa pernah membaca buku tentang pemberian ASI. Walupun demikian dalam lingkungan kebudayaan kita saat ini melakukan hal yang sifatnya alamiah tidaklah selalu mudah untuk dilakukan oleh para ibu-ibu menyusui (Roesli, 2000).


Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar payudara. Kolostrum mengandung sel darah putih dan antibodi yang paling tinggi. khususnya kandungan Imunoglobulin A (IgA), yang membantu melapisi usus bayi yang masih rentan terhadap penyakit dan mencegah kuman memasuki tubuh bayi. IgA ini juga membantu dalam mencegah bayi mengalami alergi makanan (Saleha, 2009).
Kolostrum yang dihasilkan ibu umumnya diproduksi dalam jumlah yang sangat kecil, yaitu sekitar 7,4 sendok teh (36,23 ml) per hari atau sekitar 1,4 hingga 2,8 sendok teh (6,8 – 13, 72 ml) sekali menyusu. Dan jumlah yang sangat sedikit tersebut akan segera diminum dan ditelan oleh bayi (Novianti, 2009).
Kadar protein yang dikandung dalam kolostrum lebih tinggi dari ASI matang atau mature. Adapun kandungan lemak dan laktosanya (gula darah) lebih rendah dari pada ASI mature. Kolostrum juga mengandung vitamin, seperti vitamin A, B6, B12, C, D, dan K, serta mineral terutama zat besi dan kalsium sebagai zat pembentukan tulang (Prasetyono, 2009).
Faktor imun seperti IgG dan IgA sangat banyak jumlahnya dalam kolostrum dibandingkan ASI matang. Kedua zat imun tersebut akan menstimulasi dan meningkatkan sistem imun tersebut akan menstimulasi dan meningkatkan sistem imun bayi (Novianti, 2009).
Menurut UNICEF, ASI Eksklusif dapat menekankan angka kematian bayi di Indonesia. UNICEF menyatakan bahwa dari 30.000 kematian bayi di Indonesia dan 10 juta kematian anak balita di dunia setiap tahun dapat dicegah melalui pemberian ASI Eksklusif selama enam bulan sejak jam pertama setelah kelahirannya tanpa memberikan makanan dan minuman tambahan kepada bayi (Prasetyono, 2009).
WHO, UNICEF, dan Departemen Kesehatan Republik Indonesia melalui SK Menkes No. 450/ Menkes/SK/IV/2004 telah menetapkan rekomendasi pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan. Dalam rekomendasi tersebut, dijelaskan bahwa untuk mencapai pertumbuhan, perkembangan, kesehatan yang optimal, bayi harus diberi ASI Eksklusif selama 6 bulan pertama (Prasetyono, 2009).
Pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan, artinya hanya memberikan ASI saja selama 6 bulan tanpa pemberian makanan atau minuman yang lain. Pemberian cairan dan makanan dinilai dengan menimbang kenaikan berat badan secara teratur (Yuliarti, 2010).
Dengan manajemen laktasi yang baik, produksi ASI dinyatakan cukup sebagai makanan tunggal untuk pertumbuhan bayi yang normal sampai usia 6 bulan. Itu sebabnya, badan kesehatan dunia (WHO) menganjurkan agar ASI Eksklusif diberikan hingga bayi berusia 6 bulan (Arif, 2009).
Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI), 2003 diketahui bahwa angka pemberian ASI Eksklusif turun dari 49% menjadi 39%, sedangkan penggunaan susu formula meningkat tiga kali lipat (Prasetyono, 2009).
Departmen kesehatan menetapkan target pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan di angka 80%, sementara angka SDKI 2007 menunjukkan bahwa hanya 32,4% bayi yang mendapatkan ASI secara Eksklusif. Hanya 44 % bayi yang menyusui dalam 1 jam sesudah kelahirannya, sementara 65% bayi menerima asupan non- ASI dalam 3 hari pertama kehidupannya (Wulandari, 2007).
Hasil penelitian menerangkan bahwa bayi yang diberi ASI Eksklusif selama 4 bulan mengalami infeksi telinga 40 % lebih sedikit ketimbang bayi yang diberi ASI dan makanan tambahan. Kemungkinan terjadinya penyakit pernafasan semasa kanak – kanak dapat berkurang secara signifikan bila bayi diberi ASI Eksklusif setidaknya selama 15 minggu dan makanan tambahan tidak diberikan kepadanya (Prasetyono, 2009).


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Kolostrum
Kolostrum merupakan cairan yang pertama disekresi oleh kelenjar payudara dari hari ke-1 sampai hari ke-4. Setelah persalinan komposisi kolostrum ASI mengalami perubahan. Kolostrum bewarna kuning keemasan disebabkan oleh tingginya komposisi lemak dan sel-sel hidup. Kolostrum merupakan pencahar (pembersih usus bayi) yang membersihkan sehingga mukosa usus bayi yang baru segera bersih dan menerima ASI ( Purwanti, 2004 ).
Kolostrum merupakan nutrisi pertama dan paling penting bagi bayi karena mengandung sejumlah besar antibodi yang melindungi bayi dari infeksi dan beberapa faktor pertumbuhan yang menolong perkembangan normal dan pematang saluran pencernaan (Ramaiah, 2007).
Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali di sekresikan oleh kelenjar payudara. Kolostrum mengandung sel darah putih dan anti bodi yang paling tinggi. Khusunya Imunoglobulin A yang membantu melapisi usus bayi yang masih rentan terhadap penyakit. Dan membantu dalam mencegah bayi mengalami alergi makanan (Saleha, 2009).
2.1.1. Fungsi Kolostrum
Peran kolostrum sampai hari ke-3 setelah persalinan selain sebagai imunisasi pasif juga mempunyai fungsi sebagai pencahar untuk mengeluarkan mekonium dari usus bayi. Oleh karenanya, bayi sering defekasi dan feses bewarna hitam (Purwanti, 2004).
2.1.2 . Komposisi Kandungan Kolostrum
Kandungan
Kolostrum
Energi (kg kla)
Laktosa (gr/100 ml)
Lemak (gr/100 ml)
Protein (gr/100 ml)
Mineral (gr/100 ml)
Imunoglobulin :
Ig A (mg/100 ml)
Ig G (mg/100 ml)
Ig M (mg/100 ml)
Lisosim (mg/100 ml)
Laktoferin
57,0
6,5
2,9
1,195
0,3

335,9
5,9
17,1
14,2 – 16,4
420 – 520
Sumber : Kristiyanasari, 2009.

2.1.3. Manfaat Kolostrum
Beberapa fakta berikut menunjukan mengapa kolostrum harus diberikan kepada bayi baru lahir (Kristiyanasari, 2009) :
1.      Sebagai pembersih selaput usus BBL, sehingga saluran pencernaan siap untuk menerima makanan.
2.      Mengandung kadar protein yang tinggi terutama gama globulin sehingga dapat memberikan perlindungan tubuh terhadap infeksi.
3.      Mengandung zat antibodi sehingga mampu melindungi tubuh bayi dari berbagai penyakit infeksi untuk jangka waktu s/d 6 bulan.
2.2.      Jenis – jenis ASI
Jenis – jenis ASI dapat dibagi menjadi beberapa yaitu (Chumbley, 2004):
1.Colostrum
Kolostrum diproduksi pada beberapa hari. Air susu ini sangat kaya protein dan antibodi, serta sangat kental. Kolostrum melapisi usus bayi dan melindunginya dari bakteri (Chumbley, 2004).
2.Foremilk
Foremilk disimpan pada saluran penyimpanan dan keluar pada awal menyusui. Yang dihasilkan sangat banyak dan cocok untuk menghilangkan rasa haus bayi (Chumbley, 2004).
3.            Hindmilk
Hindmilk keluar setelah foremik habis, saat menyusui hampir selesai. Sangat kaya kental dan penuh lemak bervitamin (Chumbley, 2004).

2.2.1. Pengelompokan ASI
Komposisi ASI tidak sama dari waktu kewaktu, berdasarkan produksi ASI dapat dibagi menjadi 3 stadium (Purwanti, 2004):
1.      ASI Stadium I
ASI Stadium I adalah kolostrum. Kolostrum merupakan cairan yang pertama disekresikan oleh kelenjar payudara dari hari ke-1 sampai hari ke-3. kandungan tertinggi dalam kolostrum adalah antibodi yang siap melindungi bayi ketika kondisi bayi masih lemah.
2.      ASI Stadium II
ASI Stadium II adalah ASI peralihan/transisi. ASI ini diproduksi pada hari ke- 4 sampai hari ke-10. komposisi protein makin rendah, sedangkan lemak dan hidrat makin tinggi dan jumlah volume ASI semakin meningkat. Hal ini merupakan pemenuhan terhadap aktifitas bayi yang mulai aktif karena bayi sudah beradaptasi terhadap lingkungan.
3.      ASI Stadium III
ASI Stadium III adalah ASI matur. ASI yang disekresik dari hari ke-10 sampai seterusnya. ASI matur nutrisi bayi yang terus berubah sesuai dengan perkembangan bayi sampai berumur 6 bulan.
2.2.2. Manfaat Pemberian ASI
Banyak manfaat pemberian ASI khususnya ASI eksklusif yang dapat dirasakan berikut manfaat terpenting yang diperoleh bayi (Roesli, 2004):


1.      ASI Sebagai Nutrisi
ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan kebutuhan bayi. ASI adalah makanan yang paling sempurna, baik kualitas maupun kuantitas, dengan tatalaksana menyusui yang benar.
2.      ASI Meningkatkan Daya Tahan Bayi
ASI adalah cairan hidup yang mengandung zat kekebalan yang akan melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri virus, parasit dan jamur.
3.      ASI Eksklusif Meningkatkan Kecerdasan
Meningkatkan kecerdasan anak berkaitan erat dengan otak maka jelas bahwa faktor utama yang mempengaruhi perkembangan kecerdasan adalah pertumbuhan otak. Sementara itu faktor terpenting dalam pertumbuhan termasuk pertumbuhan otak adalah nutrisi yang diberikan. Dengan memberikan ASI eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan akan menjamin tercapainya pengembangan potensi kecerdasan anak secara optimal.
4.      ASI Meningkatkan Jalinan Kasih Sayang
Bayi yang sering berada dalam dekapan ibu karena menyusui akan merasakan kasih sayang ibunya, ia juga akan merasa tentram dan aman, terutama karena masih dapat mendengar detak jantung ibunya yang telah dia kenal sejak dari kandungan.



2.2.3. Faktor – Faktor Tidak Mampu Menghasilkan ASI Dalam Jumlah Yang Cukup
  1. Faktor Bayi
Faktor penyebab ketidakberhasilan untuk menghasilkan ASI yang berasal dari bayi dapat berupa gangguan fisik bayi, seprti gangguan sistem saraf atau keterbelakangan mental yang mengganggu proses penyusuan atau penambahan berat badan (Arif, 2009).
  1. Faktor Ibu
Faktor dari pihak ibu umumnya tidak bersifat permanen, sehingga dapat diperbaiki, yaitu yang berhubungan dengan gangguan emosi, gizi, dan istirahat (Arif, 2009).
  1. Faktor Teknik
Kesalahan dalam teknik menyusui, dapat mengakibatkan bayi tidak cukup mendapatkan ASI (Arif, 2009).
2.3. Komposisi ASI / Kandungan Yang Terdapat Dalam ASI Yaitu (Huliana, 2004) :
1.Lemak
Lemak merupakan sumber kalori (energi) utama dalam ASI dengan kadar yang cukup tinggi, yaitu sebesar 50 %, lemak ASI juga merupakan komponen zat gizi yang sangat bervariasi , tetapi juga mudah diserap oleh bayi karena sudah berbentuk emulsi.
2.Karbohidrat
Karbohidrat utama (kadar paling tinggi) dalam ASI adalah laktose yang mempertinggi penyerapan kalsium yang dibutuhkan bayi. Laktose mudah terurai menjadi glukose dan galktose oleh enzim laktose yang terdapat dalam mukosa bayi sejak lahir.
3.            Protein
Protein dalam ASI sangat mudah dicerna oleh bayi. Protein ASI mempunyai kelebihan yang tidak terdapat pada susu lain, yaitu mengandung asam amino sistin dan asam amino taurin diperlukan untuk otak.
4.            Mineral
Air Susu Ibu (ASI) dan mineral merupakan susu dengan kadar garam dengan mineral yang rendah sehingga tidak merusak fungsi ginjal bayi.
5.Vitamin
ASI berasal dari ibu dengan pola makan yang memadai cukup mengandung vitamin yang di perlukan bayi. Kandungan vitamin E dalam ASI terutama dalam kolostrum tertinggi.
2.4. Zat Protektif
Berikut ini zat protektif yang terkandung dalam ASI sebagai berikut :
1.                              Lactobacillus Bifidus
Lactobacillus Bifidus berfungsi mengubah laktosa menjadi asam laktat dan asam asetat. Kedua asam ini menjadikan saluran pencernaan bersifat asam sehingga menghambat pertumbuhan mikroorganisme.



2.      Laktoferin
Laktoferin adalah protein yang berkaitan dengan zat besi. Dengan msengikat zat besi. Laktoferin bermanfaat menghambat pertumbuhan kuman.
3.                              Lisozim
Lisozim adalah enzim yang dapat memecah dinding bakteri (bakterisidal) dan anti inflamasi, bekerja bersama peroksida askorbat.
4.                              Faktor anti strepkokous
Dalam ASI terdapat faktor anti streptokokus yang melindungi bayi terhadap infeksi kuman streptokokus.
5.      Anti bodi
Secara elektroforetik, kromatografik, dan radioimmunoasy terbukti bahwa ASI terutama kolostrum mengandung immunoglobulin, yaitu IgA, IgM, dan IgG.
6.                              Imunitas Seluler
ASI mengandung sel – sel. sebagian besar (90 %) sel tersebut berupa makrofag yang berfungsi membunuh memfagositosis mikroorganisme, membentuk C3 dan C4, lisozim dan laktoferin (Suradi, 2008).



DAFTAR PUSTAKA

Arif, Nurhaeni. 2009. ASI dan Tumbuh Kembang Bayi. Yogyakarta: Media Presindo.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Budiarto, Eko. 2001. Biostatik , Jakarta: E-GC.

Chumbley, Jene. 2004. Menyusui. Jakarta: Erlangga.

Huliana, Mellyna. 2003. Perawatan Ibu Pasca Melahirkan. Jakarta: Puspa Swara.

Kristiyanasari, Weni. 2009. ASI Menyusui dan Sadari. Yogjakarta: Nuha Offset.

Notoadmodjo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehata masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Promosi Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2007 Promosi Kesehatan dan Ilmu Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2002. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Novalina. 2006. Karya Tulis Ilmiah. Medan: Akademi Kebidanan Helvetia.

Novianti, Ratih. 2009.Menyusui Itu Indah. Yogyakarta: Octopus.

Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. 2001. Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: CV. Infomedika.

Prasetyono, Dwi. 2009. ASI Eksklusif. Yogyakarta: Diva Press.

Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Purwanti, Hubertin. 2004. Konsep Penerapan ASI Eksklusif. Jakarta: EGC.

Ramaiah, Savitri. 2007. ASI dan Menyusui. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer.

Saleha, Sitti. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
Suradi, Rulina. 2008. Manfaat ASI dan Menyusui. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Yuliarti, Nurheti. 2010. Keajaiban ASI. Yogyakarta: Andi Yogy akarta.

Roesli, Utami. 2010. Menyusui (http://www.webcache.googleusercontent.com, diakses oleh: Evierny Cikita Simatupang, 10 Mei 2010, 06.11 WIB).

Setiadji, Andi. 2010. Sumber Informasi, (http://mediavet.blogspot.com, diakses oleh : Evierny Cikita Simatupang, 23 Mei 2 010, 16:22 WIB).